Terkoreksi Usai Cetak Rekor, Emas Hari Ini Diramal Lagi Lalu Menguat

Ilustrasi emas. Foto: Unplash

Jakarta; Harga emas mencapai rekor tertinggi sepanjang sejarah pada Kamis, 26 September 2024, dipicu oleh beberapa faktor global. Menurut analis Dupoin Indonesia Andy Nugraha, kombinasi dari suku bunga global yang menurun, meningkatnya ketegangan geopolitik, dan ekspektasi pelonggaran lebih lanjut dari Federal Reserve (The Fed) AS telah memberikan dorongan signifikan bagi pergerakan harga emas.

Emas hari ini terkoreksi turun ke USD2.672, setelah mengalami kenaikan tajam hingga mencapai titik tertinggi di USD2.685 per ons pada Kamis, 26 September 2024. Tetapi, tren bullish emas masih cukup kuat, dengan beberapa indikator teknis, termasuk Moving Average, yang menunjukkan bahwa emas memiliki potensi untuk terus naik.

“Berdasarkan analisis, emas berpotensi untuk menembus level USD2.700, yang merupakan proyeksi tertinggi untuk hari ini,” ucap Nugraha, dikutip dari analisis hariannya, Jumat, 27 September 2024.

Cek Artikel:  Formal Turun Harga, Ini Dia Daftar Harga Terbaru BBM di Seluruh SPBU Mulai 1 September 2024

Menurutnya, salah satu faktor utama yang mendorong rally emas adalah kebijakan moneter global yang semakin melonggar. Beberapa bank sentral, termasuk People’s Bank of China (PBoC), Riksbank Swedia, dan Bank Sentral Republik Ceko, telah menurunkan suku bunga mereka dalam beberapa hari terakhir.

Keputusan ini memberikan keuntungan bagi emas, mengingat aset ini tidak memberikan bunga, sehingga penurunan suku bunga global menurunkan biaya peluang (opportunity cost) dari memegang emas dan membuatnya semakin menarik bagi investor sebagai safe haven.
 

Kesempatan di tengah pelemahan dolar AS

Selain itu, pelemahan dolar AS (USD) juga menjadi faktor utama yang mendukung kenaikan harga emas. Ekspektasi The Fed akan melanjutkan kebijakan pelonggaran moneternya telah memberikan tekanan pada USD, dan hal ini mendorong minat investor terhadap emas, yang sebagian besar dihargai dan diperdagangkan dalam mata uang tersebut.

Cek Artikel:  Dorong 'Pariwisata Hijau' Mandalika, BRI Ajak Pembalap MotoGP Tanam Pohon demi Keseimbangan Lingkungan

Ekspektasi pasar terhadap penurunan suku bunga ini, yang saat ini berada di atas 60 persen menurut CME FedWatch Tool, menambah tekanan pada dolar AS, yang secara tidak langsung mendukung penguatan emas.

Data pasar tenaga kerja yang akan dirilis dalam beberapa hari ke depan juga menjadi faktor penting yang dapat memengaruhi keputusan The Fed dan pergerakan harga emas.


(Ilustrasi pergerakan harga emas. Foto: Bappebti)

Didorong konflik geopolitik

Konflik geopolitik yang semakin meningkat di Timur Tengah juga berperan dalam mendorong harga emas ke level tertingginya. Konflik antara Israel dan Hizbullah yang terus memanas, dengan saling serang rudal antara kedua belah pihak, menimbulkan ketidakpastian global yang tinggi.

Cek Artikel:  Investor Tiongkok Guyur Rp500 Miliar untuk IKN

Pada Rabu, Kepala Laskar Pertahanan Israel Herzi Halevi menginstruksikan pasukannya di Israel utara untuk bersiap menghadapi kemungkinan serangan darat ke Lebanon. Apabila eskalasi ini terus berlanjut, ketidakpastian global akan meningkat, mendorong lebih banyak aliran dana ke aset safe haven seperti emas.

“Elemen risiko geopolitik ini sangat krusial, terutama di tengah ketidakpastian ekonomi global yang terus meningkat. Emas secara tradisional dianggap sebagai pelindung nilai (hedge) terhadap risiko politik dan ekonomi, sehingga investor cenderung beralih ke emas ketika situasi dunia semakin tidak stabil,” papar Nugraha.

Secara keseluruhan, prediksi harga emas hari ini masih bullish, dengan proyeksi potensi kenaikan hingga USD2.700. “Meskipun emas mengalami koreksi dalam jangka pendek, tren bullish masih cukup kuat untuk mendukung kenaikan harga lebih lanjut,” jelas dia.

Mungkin Anda Menyukai