The Fed Pangkas Bangsa Tumbuh, Harga Emas Diprediksi Lanjut Melambung

The Fed Pangkas Suku Bunga, Harga Emas Diprediksi Terus Melambung
Ilustrasi(Antara)

Analisis Dupoin Indonesia Andy Nugraha memperkirakan harga emas dunia terus melonjak seusai Bank Sentral Amerika Perkumpulan (AS), The Fed, memangkas suku bunga atau fed funds rate/FFR secara signifikan pada bulan ini. Pada Jumat (20/9), harga emas mencapai level tertinggi sepanjang masa, yakni di atas US$2.600 per ons. Itu mencerminkan kuatnya minat pasar terhadap aset safe haven tersebut. Harga emas hari ini, Senin (23/9), diperdagangkan sebesar US$2.620 per ons pada awal sesi Asia.

“Berdasarkan indikator Moving Average, tren bullish emas masih sangat kuat, dan harga emas diperkirakan akan terus mengalami kenaikan,” ungkapnya dalam keterangan resmi, Senin (23/9).

Nugraha menyebut pemangkasan suku bunga yang mengejutkan oleh The Fed sebesar 50 basis poin (bp) minggu lalu menjadi salah satu faktor kunci yang mendorong harga emas ke level tertinggi ini. Kemudian, dalam pertemuan dua hari yang digelar Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC), bank sentral AS memberikan sinyal bahwa pemangkasan suku bunga lebih lanjut mungkin terjadi sebelum akhir tahun 2024. Selain itu, ketegangan geopolitik di Timur Tengah dan Ukraina turut menjadi faktor utama yang mendorong harga emas.

Cek Artikel:  Creative Circle Connection Ciptakan Sinergi antara Berbagai Elemen dalam Ekosistem Kreatif

Baca juga : Harga Emas Antam Anjlok ke Rp1,41 Juta pada Rabu 28 Agustus 2024

“Harga spot emas berpotensi mencapai harga $2.625 sebagai target tertinggi harian,” ramalnya.

Nugraha kemudian menyampaikan, meskipun tren emas terlihat sangat kuat, beberapa analis memperingatkan kemungkinan adanya koreksi harga dalam waktu dekat. Hal ini karena emas memiliki volatilitas yang tinggi, terutama dengan berbagai faktor eksternal yang memengaruhi harga.

“Apabila terjadi pembalikan arah (reversal), emas berpotensi terkoreksi ke level $2.604 sebagai target terdekat,” ucapnya.

Dia menambahkan reli emas yang sangat kuat sepanjang tahun 2024, dengan kenaikan 27% sejak awal tahun, dapat mengurangi minat beli dari konsumen ritel di pasar utama seperti Tiongkok dan India. Harga emas yang terus meningkat telah menekan daya beli ritel, yang mungkin mempengaruhi permintaan jangka panjang. (Z-11)

Cek Artikel:  Pemerintah Niscayakan Dukung Kebijakan Pemangkasan BI Rate

Mungkin Anda Menyukai