Praktisi Kesehatan Minta Pemanfaatan Daun Kelor dimaksimalkan, Menuju Indonesia Emas 2045

Praktisi Kesehatan Minta Pemanfaatan Daun Kelor dimaksimalkan, Menuju Indonesia Emas 2045
Dokter Theresia Monica Rahardjo mengajak pemerintah dan masyarakat maksimalkan penggunaan daun kelor sebagai upaya mengatasi stunting(DOK/PRIBADI)

INDONESIA Emas 2045 merupakan sebuah keniscayaan. Syaratnya sumber daya manusia (SDM) di negeri ini tidak gagal tumbuh.

Penegasan itulah yang berulangkali disampaikan dokter Theresia Monica Rahardjo yang akrab disapa Dok Mo. Tokoh perempuan ini tidak pernah lelah menggencarkan sosialisasi manfaat daun kelor untuk mengatasi prevalensi stunting atau gagal tumbuh.

Stunting merupakan ancaman besar bagi bangsa untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045.

Baca juga : Anggap Kental Manis sebagai Susu, Masyarakat Ikuti Sosialisasi dan Edukasi Pencegahan Stunting

Dok Mo mengatakan, sejatinya pemerintah dan masyarakat tidak perlu repot mengatasi stunting. Solusi paling sederhana dan hemat adalah membudidayakan pohon kelor secara masif.

Tumbuhan tropis bernama latin Moringa Oleifera ini, kata dia, memiliki banyak sekali manfaat, khususnya untuk mengatasi stunting. Tak hanya untuk mencegah, tetapi juga mengobati stunting.

Maka dari itu, Dok Mo berharap pemerintah dan masyarakat dapat saling bersinergi, memasifkan pohon kelor sehingga dapat dikonsumsi oleh masyarakat. Supaya bukan hanya menghapus stunting, juga memastikan kebutuhan nutrisi terjaga.

Cek Artikel:  Penduduk Purwakarta Harus Mencari Air Bersih Sejauh 5 Kilometer

Baca juga : Anggap Kental Manis sebagai Susu, Masyarakat Ikuti Sosialisasi dan Edukasi Pencegahan Stunting

“Seluruh dari pohon kelor dapat dimanfaatkan. Paling banyak dan bagus komposisi nutrisinya adalah daun kelor. Berdasarkan penelitian, daun kelor dapat digunakan untuk membantu mengatasi kondisi stunting dan juga untuk sumber nutrisi,” ujarnya saat ditemui di rumahnya di Jalan Tumbuhsari, Kota Bandung, Sabtu (28/9).

Tak hanya stunting. Dari hasil penelitian, lanjut dia, daun kelor juga bisa menjadi suplemen anti kanker dan anti inflamasi. “Jadi manfaat daun kelor sangat luar biasa.”

Hebatnya lagi, lanjut Dok Mo, pengembangbiakan daun kelor sangat mudah dan tidak butuh banyak usaha. Selain mudah ditanam, juga cocok dengan iklim Indonesia yang tropis.

Baca juga : Kolaborasi Multipihak dan Pendanaan yang Adil Kunci Tercapainya SDGs

Demikian pula pengolahannya sangat mudah. Tinggal kreativitas masyarakat di rumah. Bahkan dibuat lalapan pun daun kelor juga bisa.

Cek Artikel:  Aksi Mahasiswa di Tasikmalaya Rusak Ruang Rapat Paripurna

“Makanya saya menyarankan, daun kelor dimasukkan ke dalam program stunting pemerintah. Penelitian mengenai daun kelor membantu stunting sudah banyak. Bagus dari luar negeri maupun dalam negeri,” ucapnya.

Teladannya seperti penelitian di Yogyakarta. Eksis anak kurang gizi diuji coba dengan daun kelor dan hasilnya berat badan meningkat. Selain itu daun kelor juga mengatasi anemia pada ibu hamil.

Baca juga : Kaum Manfaatkan Ikan Lele dan Daun Kelor untuk Pemberdayaan Ekonomi

Diabetes

Dari penelitian yang Dok Mo lakukan ternyata daun kelor juga mampu mencegah penyakit diabetes melitus atau pada orang memiliki kadar gula tinggi.

“Pada prediabetes, bila kita berikan daun kelor dengan dosis tertentu, maka kadar gula bisa terjaga. Tentunya harus diimbangi dengan pola makan yang baik,” ungkapnya.

Dok Mo berharap, seiring dengan banyak manfaatnya dari tanaman kelor. Gerakan satu keluarga satu pohon kelor dapat terus digelorakan, guna memastikan asupan gizi keluarga terjamin.

Cek Artikel:  Menteri Kesehatan Buka Ayo Sehat Festival di Bandung

Stigma daun kelor seperti sebagai makanan orang kurang mampu, kata dia, harus dihilangkan. Alasan daun kelor memiliki nutrisi sangat lengkap bagi kebutuhan tubuh.

“Saya perhatian karena angka stunting di Indonesia cukup tinggi. Di 2023 masih di atas 21%, sehingga dapat memengaruhi cita-cita Indonesia. Indonesia emas akan lebih terjal jalannya, kalau kita tidak mengatasi stunting,” tandasnya.

Dia menambahkan daun kelor dapat menjadi sumber ketahanan ekonomi jika produksinya dimasifkan. Tak sedikit industri herbal yang membutuhkan pasokan daun kelor untuk memenuhi kebutuhan produksi obat mereka.

“Enggak punya halaman, bisa komunal. Kalau lahannya luas, bisa UMKM. Satu desa bisa menghasilkan banyak daun kelor, bisa ke pengusaha herbal. Dapat ketahanan ekonomi juga,” ucapnya.

Alasan itu, dia sangat berharap pemerintah dapat memerhatikan soal manfaat daun kelor ini, supaya ketahanan pangan dan keterpenuhan nutrisi masyarakat terjaga. “Kalau ditanam, bisa diambil kapanpun, dimanfaatkan kapanpun,” tandasnya.

Mungkin Anda Menyukai