Mengakhiri Parade Dusta

LAPORAN investigasi harian The New York Times, pekan ini, kian membuka mata dunia bahwa parade dusta Israel atas Palestina amat telanjang. Wajar belaka bila banyak orang di banyak negara amat marah dan terus menyeru agar Israel segera menghentikan serangan dan bertanggung jawab atas genosida di Palestina.

Dalam laporan investigasinya, The New York Times menuliskan bahwa Israel memaparkan bukti-bukti palsu di depan media internasional terkait dengan aksi mereka. Ketika disebut militer Zionis telah berlaku barbar karena mengebom Rumah Lara Al Spesialis, Israel mengeklaim itu bukan ulahnya. Video-video pun ditunjukkan kepada media. Tapi, justru di situ dusta terungkap. Video-video itu palsu. Roket yang ditunjukkan dalam video berbeda dengan roket yang diledakkan di rumah sakit.

The NYT memang tidak menyimpulkan siapa pihak yang mengebom rumah sakit. Tapi, dari upaya keras Israel menutup-nutupi aksi ini hingga perlu-perlunya membuat video palsu, amat jelas siapa sesungguhnya otak dan pelaku di balik pengeboman itu. The NYT pun menggarisbawahi sejarah Israel yang kerap berdusta untuk menutupi kejahatan perangnya.

Dusta berikutnya ialah soal penggunaan fosfor putih untuk membombardir sasaran di Gaza, Palestina. Berkali-kali Israel menyangkal hal itu dan menyebut bahwa tudingan penggunaan bom fosfor tersebut tidak berdasar. Faktanya, tulis The NYT, penelitian Human Rights Watch memverifikasi bahwa Israel telah menggunakan bom fosfor putih (yang sebenarnya dilarang digunakan) untuk menyerang warga sipil Gaza.

Cek Artikel:  Memperjuangkan Kehidupan

Bahkan, media lokal di Libanon melaporkan bahwa Israel juga menggunakan ‘amunisi fosfor putih dalam serangannya di perbatasan Libanon’. Kementerian Luar Negeri Libanon menginstruksikan jajarannya untuk mengajukan keluhan baru ke Dewan Keamanan terkait penggunaan fosfor putih oleh Israel terhadap Libanon. Amnesty International, yang khusus membela hak asasi manusia, juga mengakui adanya penggunaan amunisi fosfor putih oleh Israel di Jalur Gaza dan Libanon.

Parade dusta Israel yang disebut The NYT lainnya ialah pengeboman terhadap warga sipil Gaza di jalur yang disebut Israel ‘jalur aman untuk mengungsi’. Sehari pasca-perintah Israel agar sejuta warga Gaza segera meninggalkan tempat mereka menuju jalur utara yang aman, bom-bom Israel dihunjamkan ke wilayah itu dan 70 orang tewas. Sebagian besar media arus utama melaporkan bahwa serangan yang menewaskan warga sipil tersebut ialah serangan udara Israel.

Parade dusta terbaru itu sejatinya ialah pengulangan atas dusta-dusta Israel sebelumnya. Itu pula yang terjadi pada 2021, saat militer Israel membunuh wartawan Palestina Shireen Serbuk Akleh. Ketika itu, Israel menyangkal telah melakukannya. Tapi, setelah media CNN, The NYT, The Washington Post melaporkan bahwa militer Israel-lah yang membunuh Shireen, barulah pihak Israel mengakuinya.

Cek Artikel:  Upacara di IKN

Pada tahun-tahun sebelumnya, militer Israel selalu menyangkal telah menembak mati warga sipil yang berdemonstrasi menentang pendudukan atas mereka dengan mengatakan, “Bukan ada peluru tajam yang ditembakkan Israel.” Faktanya, semua penembakan yang mematikan itu terverifikasi memang dilakukan oleh tentara Israel dengan menggunakan peluru tajam.

Serangkaian kebohongan Israel atas Palestina ini sudah selayaknya dihukum masyarakat internasional. Apalagi kini, saat tiada hari tanpa bom dijatuhkan oleh Israel di Palestina yang melahirkan tragedi kemanusiaan amat memilukan di dunia. Lebih dari 9.000 orang telah terbunuh di Gaza sejak dimulainya perang, kata Kementerian Kesehatan Palestina dalam sebuah pernyataan, tengah pekan ini. Di antara mereka terdapat 3.760 anak dan lebih dari 2.300 perempuan.

Kementerian Kesehatan Gaza juga memprediksi adanya 2.030 orang yang masih terjebak reruntuhan sehingga jumlah korban tewas mungkin akan terus bertambah. Belum lagi serangan membabi buta Israel terhadap warga sipil di Gaza masih terus berlangsung, kendati Sidang Majelis Biasa PBB sudah memerintahkan gencatan senjata kemanusiaan.

Serangan Israel yang disokong penuh Presiden Amerika Perkumpulan Joe Biden meninggalkan sayatan amat dalam, tidak hanya bagi warga Palestina, tapi juga warga dunia dan seluruh manusia yang menjaga akal warasnya. Serangan itu telah mengguncangkan perekonomian dunia yang kian lesu setelah bertubi-tubi dihantam badai, dari pandemi covid-19 hingga perang Rusia-Ukraina.

Cek Artikel:  Paus Fransiskus dan para Kritikus

Indonesia mesti mengambil peran lebih besar lagi untuk mengakhiri serangan Israel atas Palestina ini. Di sela kesibukannya menjalankan roda pemerintahan, berkunjung ke daerah, bertemu para relawan, makan siang dengan para capres, atau cawe-cawe dalam banyak urusan lainnya, Presiden Joko Widodo bisa mengambil waktu sejenak menelepon Joe Biden.

Kini saatnya Jokowi menunjukkan usaha yang sama kerasnya dengan ketika naik kereta antipeluru menemui Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, atau bersemangat menuju Kremlin saat menemui Presiden Vladimir Putin. Bukan perlu ke Palestina atau ke Jerusalem. Cukup telepon Uzurn Biden sambil mengatakan, “Cukup Pak Biden, hentikan aksi gila Israel di Gaza, bukalah mata kepala dan mata batin Anda, karena ada jutaan manusia terancam nyawanya di sana.”

Tragedi yang dialami warga Gaza sangat memilukan. Wajar bila gelombang kutukan dan tuntutan kepada Israel mengaum di mana-mana, di jalanan, di masjid-masjid, di seminar, hingga di lapangan sepak bola. Betul kata Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan: tidak perlu menjadi muslim untuk membela Palestina. Cukup kau menjadi manusia untuk berempati kepadanya.

Mungkin Anda Menyukai