PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) menilai persoalan utama dalam penyaluran kredit ialah pada kemampuan konsumsi rumah tangga, alih-alih pada tingkat bunga acuan. Hal itu diketahui perusahaan berdasarkan riset internal.
“Hal tersebut berdasarkan riset internal dan perhitungan model ekonometrika, dimana variabel paling sensitif atau elastisitasnya paling tinggi mempengaruhi pertumbuhan kredit adalah konsumsi rumah tangga dan daya beli masyarakat,” ujar Corporate Secretary BRI Agustya Hendy Bernadi kepada Media Indonesia, Jumat (20/9).
Bank yang penyaluran kreditnya didominasi oleh segmentasi UMKM itu terbilang masih mencatatkan kinerja positif. Hingga akhir triwulan II 2024 BRI mencatat porsi penyaluran kredit kepada UMKM masih mendominasi portofolio kredit BRI yakni sebesar 81,96% dari total kredit yang disalurkan.
Baca juga : BRI Raup Keuntungan Rp29,9 Triliun di Triwulan II 2024
Bagian kredit kepada segmen UMKM tersebut setara dengan Rp1.095,64 triliun. Secara keseluruhan, BRI menyalurkan kredit sebesar Rp1.336,78 triliun atau tumbuh 11,2% secara tahunan (year on year/yoy).
“BRI optimis di tahun ini pertumbuhan kredit dapat mencapai 10-12%. Strateginya, BRI akan tetap fokus di UMKM, dengan strategi go smaller, yakni masuk ke segmen ultra mikro,” kata Hendy.
“Oleh karena itu Holding UMi juga kami jadikan sumber pertumbuhan baru. Disamping itu BRI juga akan terus melakukan penyaluran kredit secara selektif (selective growth) serta melakukan monitoring pinjaman secara ketat, baik secara online maupun offline,” pungkasnya. (Mir/M-4)