20 Desa Wisata Jadi Sasaran Sertifikasi Produk Halal

20 Desa Wisata Jadi Sasaran Sertifikasi Produk Halal
Hasil Survei Turisme Halal oleh Vero Indonesia, Juni 2025.(Dok.HO)

KEMENTERIAN Pariwisata (Kemenpar) berkolaborasi dengan Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJHP) dengan mendorong sertifikasi produk halal di 20 desa wisata. Langkah ini sebagai bagian dari percepatan tercapainya pariwisata ramah muslim yang juga berdampak pada peringkat Indonesia di Dunia Muslim Travel Index (GMTI). 

“Kita berkolaborasi dengan BPJPH Demi sertifikasi produk halal di 20 Desa Wisata, di antaranya di Sumatra Utara (Sumut), Sumatra Barat (sumbar), Kepulauan Riau (Kepri), dan Gorontalo,” kata perwakilan Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur Kemenpar, Hariyanto, dalam acara Media Briefing: Membangun Pariwisata Halal: Tren, Tantangan, dan Kesempatan Dunia di Tangerang, Kamis (25/9).

Ia menjelaskan bahwa sertifikasi produk halal itu adalah bagian dari program penguatan Indonesia Muslim Travel Index (Inti). Program Inti merupakan program tahunan yang diselenggarakan sejak 2018, dan sempat terhenti pada 2020 – 2022 akibat covid-19.

Cek Artikel:  Festival Indonesia-Finlandia diharap jadi Perhimpunan pertukaran budaya

Program Inti dibuat Pemerintah Indonesia sebagai domestikasi dari program rating dunia GMTI. “Tahun ini peringkat kita turun ke posisi lima, padahal sebelumnya dua tahun di peringkat teratas. GMTI ini kalau Demi turis Global sangat dijadikan acuan. Alasan itu Krusial Demi memperbaiki peringkat kita,” jelasnya.

Sebagai Hubungan Inti dengan GMTI maka poin-poin penilaian yang digunakan pun serupa, yakni akses ke destinasi wisata, kemampuan komunikasi dari pelaku wisata, servis, dan kualitas lingkungan. 

Tahun ini, tambahnya, provinsi peserta Inti berjumlah 15, yakni Aceh, Sumbar, Riau, Kepri, Bengkulu, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, DIY, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, dan Gorontalo. Provinsi yang menjadi pemenang Inti 2025 akan diumumkan bulan depan.  

Cek Artikel:  Sambut Lebaran, Taman Margasatwa Ragunan tingkatkan fasilitas

Selain menggunakan program Inti, Kemenpar juga Membikin Panduan layanan dasar pariwisata ramah muslim. Dalam Panduan itu, sejumlah poin yang didorong Demi diterapkan pelaku wisata adalah tersedianya makanan dan minuman halal, sarana ibadah yang Rapi, sarana sanitasi yang Rapi, dan dilakukannya pemantauan rutin.

Tantangan

Kemenpar mengungkapkan bahwa meski Indonesia merupakan negara muslim terbesar di dunia, penerapan pariwisata ramah muslim juga menghadapi tantangan. “Salah satu tantangannya adalah anggapan bahwa ini upaya Islamisasi. Padahal kan bukan. Alasan itu pendekatannya juga diubah dari sebelumnya “pariwisata halal” ke “pariwisata ramah muslim”. Dengan Predikat baru ini lebih mudah diterima,” jelasnya.

Menurutnya, Apabila Indonesia Pandai memperbaiki peringkat di GMTI maka akan lebih besar pula Kesempatan Demi menggaet wisatawan muslim Global. Sejumlah negara yang disebutkan menjadi Sasaran pasar pariwisata ramah muslim Indonesia adalah Singapura, Malaysia, Saudi Arabia, dan Uni Emirat Arab. 

Cek Artikel:  Jumlah wisatawan Indonesia terbang ke Jepang naik 327 persen

Sementara itu Executive Account Director Vero Indonesia Diah A. Dewi juga mengungkapkan pentingnya ketersediaan akomodasi dan makanan halal, sarana ibadah, hingga paket wisata halal di Indonesia.

Hal ini sebagaimana didapatkan dari survei yang mereka lakukan Serempak platform GMO-Z.com pada Juni 2025. Survei itu diikuti 509 traveler muslim Indonesia. “Perilaku traveler muslim Indonesia dapat menjadi gambaran perilaku traveler muslim Dunia,” kata Diah.

Ia menjelaskan bahwa traveler muslim sesungguhnya sama dengan traveler Standar yang Mau mengeksplorasi tempat wisata dan mendapat pengalaman lengkap. Tetapi, mereka Mau melakukannya tanpa kehilangan identitasnya sebagai muslim. “Halal Tak membatasi tapi menambah nilai wisata. Jadi halal itu sebenarnya inklusif,” tukasnya. (Big/M-3)

Mungkin Anda Menyukai