Ibu Kota Malaysia Mengapa Ibu Kota Baru Tetangga RI Hening Bak Kota Hantu

Ibu Kota Malaysia: Mengapa Ibu Kota Baru Tetangga RI Sepi Bak Kota Hantu?
Putrajaya, ibukota Malaysia(Sosial media X)

Ibu kota Malaysia, Putrajaya, adalah pusat pemerintahan yang megah. Tetapi, ibu kota baru tetangga Indonesia, seperti Nusantara, sering disebut Hening bak kota hantu. Apa penyebabnya? Mari kita telusuri lebih dalam tentang ibu kota Malaysia dan perbandingannya dengan ibu kota baru di Indonesia.

Mengenal Ibu Kota Malaysia: Putrajaya

Putrajaya, ibu kota Malaysia sejak tahun 1999, dibangun Buat menggantikan Kuala Lumpur sebagai pusat pemerintahan. Kota ini dirancang dengan tata kota modern, gedung-gedung megah, dan taman-taman hijau. Meski begitu, Putrajaya sering terasa Hening, terutama di malam hari. Banyak yang menyebutnya kurang hidup dibandingkan Kuala Lumpur yang ramai.

Mengapa Putrajaya Terasa Hening?

Terdapat beberapa Argumen mengapa ibu kota Malaysia ini terasa kurang ramai:

  • Konsentrasi pada Fungsi Pemerintahan: Putrajaya dirancang Spesifik Buat kantor pemerintahan, bukan sebagai pusat bisnis atau hiburan.
  • Populasi Terbatas: Jumlah penduduknya jauh lebih kecil dibandingkan Kuala Lumpur, sehingga aktivitas malam hari minim.
  • Perencanaan Kota yang Terkontrol: Tata kota yang sangat teratur membuatnya terasa kurang Bergerak bagi sebagian orang.
  • Komparasi dengan Ibu Kota Baru Indonesia: Nusantara

    Indonesia, tetangga Malaysia, sedang membangun ibu kota baru bernama Nusantara di Kalimantan Timur. Seperti Putrajaya, Nusantara juga menghadapi tantangan. Banyak yang menyebutnya berpotensi menjadi “kota hantu” karena:

    • Progres Pembangunan lelet: Hingga kini, pembangunan Nusantara Tetap dalam tahap awal, dengan banyak infrastruktur yang belum selesai.
    • Minim Investor: Kurangnya minat investor asing Membikin proyek ini bergantung pada Anggaran pemerintah, yang terbatas.
    • Kekhawatiran Lingkungan: Letak di Kalimantan yang kaya akan hutan tropis memunculkan kritik dari aktivis lingkungan.

    Meski begitu, Nusantara dirancang sebagai kota pintar dan ramah lingkungan, mirip dengan visi awal Putrajaya sebagai ibu kota Malaysia.

    Apa yang Dapat Dipelajari dari Ibu Kota Malaysia?

    Putrajaya menunjukkan bahwa membangun ibu kota baru bukan hanya soal gedung megah. Kota harus hidup dengan aktivitas Penduduk, bisnis, dan budaya. Buat menghindari kesan “kota hantu”, Nusantara perlu:

    • Meningkatkan Daya Tarik: Menyediakan fasilitas hiburan dan bisnis Buat menarik lebih banyak penduduk.
    • Melibatkan Komunitas Lokal: Memastikan Penduduk setempat mendapat manfaat dari pembangunan.
    • Promosi Mendunia: Meningkatkan kepercayaan investor Buat mendukung pembangunan.

    Tantangan dan Kesempatan Ibu Kota Baru

    Berkualitas ibu kota Malaysia maupun Nusantara Mempunyai visi besar Buat menjadi kota modern. Tetapi, tantangan seperti populasi rendah dan minimnya aktivitas sosial harus diatasi. Dengan perencanaan yang Berkualitas, kedua kota ini Dapat menjadi Teladan kota masa depan yang sukses.

    Konklusi

    Ibu kota Malaysia, Putrajaya, dan ibu kota baru Indonesia, Nusantara, Mempunyai banyak kesamaan. Keduanya dirancang Buat menjadi pusat pemerintahan yang modern, Tetapi menghadapi tantangan Buat tetap hidup dan ramai. Dengan belajar dari pengalaman Putrajaya, Nusantara Dapat menghindari jebakan “kota hantu” dan menjadi kota yang Betul-Betul hidup.

Cek Artikel:  Exit Tol Bawen Panduan Lengkap Letak, Rute, dan Informasi Terkini 2025

Mungkin Anda Menyukai