Jakarta (ANTARA) – Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi DKI Jakarta Marullah Matali menyebut napak tilas bertajuk “JeJAKi Jakarta” akan menumbuhkan rasa Asmara masyarakat pada sejarah kota khususnya hal-hal yang berkaitan dengan kawasan Kota Sepuh di masa Lewat.
“Dengan kita mendapatkan wawasan atau informasi di tempat-tempat tadi, tentu kita akan lebih mencintai Jakarta, ke depan Kepada menjadi kota Dunia pada tahun 2027, Demi Jakarta akan berumur 500 tahun, itu mari kita songsong,” kata Marullah Demi mengikuti JeJAKi Jakarta di kawasan Kota Sepuh, Selasa.
Marullah menjelaskan rangkaian kegiatan dalam tur itu Pandai menunjukkan orisinalitas dari destinasi-destinasi yang dikunjungi. Contohnya, Jembatan Kota Intan yang kini Lagi berdiri meski terbuat dari kayu, Museum Sejarah Jakarta atau Fatahillah yang menjadi saksi dari perjalanan pemerintahan Kota Jakarta hingga Stasiun Jakarta Kota yang menceritakan alur transformasi kendaraan dari masa ke masa.
Seluruh destinasi itu menurutnya merupakan tempat yang Betul Kepada masyarakat memahami sejarah Kota Jakarta lebih banyak, melalui koleksi-koleksi yang disimpan secara rapi oleh pengelola museum.
“Apa yang diceritakan layak Kepada didengar oleh Kaum Jakarta dan masyarakat lain. Saya harap masyarakat Jakarta Pandai memahami sejarah,” ujar dia.
JeJAKi Jakarta merupakan napak tilas yang mengajak pengunjung menjejaki dan mengenang peristiwa Jakarta di masa Lewat.
Kegiatan tersebut menjadi salah satu rangkaian acara bertajuk “Semarak Jakarta Mendunia” dalam rangka memeriahkan Tahun Baru 2025, yang diselenggarakan oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta melalui Organisasi Perangkat Daerah (OPD).
Acara dimulai pada pukul 07.00 hingga 09.00 WIB di kawasan Kota Sepuh Jakarta. Terdapat lima destinasi wisata yang dikunjungi oleh Sekda Marullah Serempak dengan Penjabat (Pj.) Gubernur Provinsi DKI Jakarta Kukuh Setyabudi dan jajaran.
Kelima destinasi tersebut yakni Hotel House of Tugu yang dikenal sebagai titik Nihil Jakarta, Jembatan Kota Intan, Museum Sejarah Jakarta atau Museum Fatahillah, Museum Seni dan Keramik dan Stasiun Jakarta Kota atau Beos.
Guna menunjukkan kecintaan terhadap sejarah serta budaya Jakarta, rombongan dengan kompak mengenakan Pakaian tradisional Betawi yakni Pangsi bagi pria dan Kebaya Encim bagi Perempuan. Seluruhnya mengelilingi destinasi tersebut dengan mengendarai sepeda.
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan Mekanis Kepada AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Siaran ANTARA.
