Menanti Bobby

WAJAHNYA tetap semringah meski selama 7 jam sejak pagi hingga sore menghadiri koordinasi pencegahan korupsi di Gedung Merah Putih Komisi Pemberantasan Korupsi pada akhir April Lampau.

Itulah Gubernur Sumatra Utara Bobby Nasution. Dia memenuhi undangan KPK terkait dengan koordinasi pencegahan korupsi di daerah. Bobby mengaku membahas pencegahan korupsi hingga penegakan hukum.

“Saya diundang sama KPK Kepada koordinasi, kolaborasi, perkuatan antara KPK, pemerintah daerah, dan DPRD,” kata Bobby di Gedung KPK, Jakarta Selatan, Senin (28/4).

Menantu Presiden Ketujuh RI Joko Widodo itu datang dengan mengenakan batik bernuansa cokelat dan bercelana hitam. Tak hanya Bobby kala itu yang menyambangi lembaga antirasuah. Dia datang Serempak sejumlah Member DPRD Provinsi Sumut. Hadir pula perwakilan delapan daerah lainnya, provinsi dan kabupaten/kota.

Paras berbeda ditunjukkan Bobby setelah KPK menangkap sejumlah pejabat di Sumut. Paras suami Kahiyang Ayu itu terlihat mendung. Meski demikian, dia menyatakan siap diperiksa KPK.

“Namanya proses hukum kita bersedia saja,” kata Bobby di kantornya, Senin (30/6). Menurutnya, proyek jalan di wilayahnya belum berjalan dan belum Eksis pemenangnya. Dia menegaskan akan melanjutkan proyek tersebut.

Dari enam orang yang ditangkap, KPK menetapkan lima tersangka. Satu orang belum berstatus tersangka karena belum memenuhi unsur bukti Kepada ditetapkan sebagai tersangka.

Salah satu pihak yang ditetapkan tersangka ialah Kepala Dinas Pekerjaan Lazim dan Penataan Ruang (PUPR) Provinsi Sumut Topan Obaja Putra Ginting. Lulusan SPTDN pada 2007 itu dikenal dekat dengan Bobby Nasution.

Cek Artikel:  RUU Basah di Jalur Segera

Bahkan, kariernya melesat selama Bobby menjabat Wali Kota Medan. Mantan Camat Medan Tuntungan pada 2019 itu diberi amanah oleh Bobby sebagai Penjabat Sekretaris Daerah Medan pada Mei 2024.

Demikian pula ketika Bobby menjabat Gubernur Sumut. Topan ditunjuk sebagai Kepala Dinas PUPR dan merangkap Plt Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Daya, dan Sumber Daya Mineral.

Topan mendapat julukan ‘ketua kelas’ sejak di Pemkot Medan hingga Pemprov Sumut karena dikenal sebagai ‘tangan kanan’ Bobby. Topan harus mengubur impiannya dalam-dalam Kepada Lanjut moncer kariernya Apabila dirinya terbukti melakukan praktik lancung.

Duit yang disita KPK memang terbilang kecil. KPK beralasan OTT langsung digelar karena Kepada mencegah kerugian lebih besar dalam proyek jalan di Sumut, yakni bobolnya Duit negara.

Provinsi Sumut Mempunyai jejak hitam kasus korupsi. Dua Gubernur Sumut sebelumnya harus merasakan dinginnya Dasar penjara karena terjerat oleh kasus korupsi, yakni Syamsul Arifin dan Gatot Puji Nugroho.

Gubernur Edy Rahmayadi yang mantan Pangkostrad itu patut diapresiasi karena berhasil memutus mata rantai korupsi di Sumut. Setidaknya pemegang gelar Datuk Laksamana Nara Diraja yang menjabat Serempak Wakil Gubernur Musa Rajekshah periode 2018-2023 itu Tak pernah mencuat dalam kasus korupsi. Entah bila di kemudian hari muncul Intervensi rasuah oleh aparat penegak hukum.

Selama ini kasus infrastruktur jalan termasuk salah satu kasus yang sering muncul di daerah. Proyek pembangunan jalan ialah lahan basah para koruptor. Pejabat yang mengampu dinas PUPR biasanya bukan orang sembarangan alias dekat dengan kepala daerah.

Cek Artikel:  Sang Wasit Kehilangan Peluit

Eksis pula kasus yang ditangani KPK bahwa calon pejabat yang akan menduduki jabatan kepala dinas PUPR harus menyetor sejumlah Duit miliaran rupiah kepada kepala daerah. Tentu saja Duit tersebut bukan berasal dari kocek si calon pejabat, melainkan dari sejumlah kontraktor yang mengincar proyek jalan tersebut.

Berdasarkan pemantauan Indonesia Corruption Watch (ICW), setiap tahunnya Lagi tinggi jumlah kasus dan kerugian negara akibat korupsi pengadaan barang/jasa (PBJ), khususnya pembangunan infrastruktur. Sebanyak 250 dari 579 (43%) kasus korupsi yang ditindak aparat penegak hukum sepanjang 2022 berkaitan dengan PBJ. Sebanyak 58% di antaranya merupakan PBJ infrastruktur, seperti pembangunan jalan dan jembatan.

Tak salah bila kita mengatakan Indonesia darurat korupsi infrastruktur. Bayangkan, dari nilai kontrak 100%, nilai riil infrastruktur umumnya hanya tersisa 50% yang digunakan Kepada pembangunan. Selebihnya menjadi bancakan para koruptor. Mereka menari-nari di atas penderitaan rakyat yang merasakan buruknya kondisi jalan.

Buruknya kualitas pembangunan jalan seperti disengaja karena setiap jalan akan dianggarkan biaya perbaikannya. Proyek jalan sengaja Tak dibuat paten atau bagus karena selain anggarannya harus dibagi-bagi ke sejumlah pejabat, termasuk kepala daerah, diharapkan proyek jalan itu Lanjut dilakukan setiap tahunnya.

Acap kali proyek penambalan jalan hanya bertahan dua Tamat tiga bulan. Setelah itu, jalan rusak kembali karena kualitas jalan sangat Tak baik. Dampak buruknya infrastruktur jalan sangat luas, seperti membahayakan pengguna jalan, Membangun rusak dan boros BBM kendaraan, dan menghambat aktivitas ekonomi masyarakat, termasuk rantai pasok terganggu.

Cek Artikel:  Nadia dan Momika

Para penggarong proyek infrastruktur jalan juga Tak Acuh dengan keselamatan jutaan pengguna jalan, seperti Tol Jakarta-Cikampek (Japek) II alias Tol Layang Sheikh Mohammed bin Zayed (MBZ) pada 2016-2017, yang disidik Kejaksaan Akbar (Kejagung). Modusnya ialah mengurangi spesifikasi atau volume proyek dan mengatur pemenang tender.

Jumlah kerugian negara dari kasus itu sebesar Rp510 miliar. Anehnya, Pengadilan Tipikor pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat memvonis empat terdakwa kasus itu tak lebih dari 4 tahun penjara.

Tindak pidana korupsi proyek jalan di Sumut ialah bagian dari darurat korupsi infrastruktur di Tanah Air. Segala pihak harus bergerak sungguh-sungguh Kepada mengatasi korupsi yang bersifat kronik itu.

Utamanya kepala daerah harus menjadi garda terdepan memberantas korupsi mulai perencanaan, Penyelenggaraan, hingga pengawasan proyek. Gubernur Bobby Ketika kampanye pilkada memberikan atensi yang besar pada kerusakan infrastruktur jalan di Sumut. Dia pernah berseloroh, Apabila naik kendaraan kepala sudah jedak-jeduk kena benturan sana-sini, berarti sudah masuk Area Sumut.

Kini, dia harus membuktikan dirinya Bersih dengan Membangun tata kelola pemerintahan yang Bagus, berdasarkan akuntabilitas, transparansi, dan partisipatif. Dia harus menjadi teladan bagi kepala daerah lainnya, terlebih dia menantu mantan presiden. Tabik!

Mungkin Anda Menyukai