Gencatan Senjata Natal Ketika Sepak Bola Menyatukan Jerman dan Inggris di Perang Dunia I

Gencatan Senjata Natal: Ketika Sepak Bola Menyatukan Jerman dan Inggris di Perang Dunia I
Laskar Jerman dan Inggris berdamai saat Natal 1914 kala Perang Dunia I(www.iwm.org.uk/)

GENCATAN Senjata Natal telah menjadi salah satu peristiwa paling terkenal dan sering diceritakan dalam mitologi Perang Dunia I. Tetapi, apa sebenarnya yang terjadi? Mengapa gencatan senjata ini terjadi, dan apakah tentara Inggris dan Jerman benar-benar bermain sepak bola di wilayah terlarang?

Peristiwa ini terjadi pada Natal 1914, saat perang yang melibatkan negara-negara Eropa, seperti Jerman dan Inggris, dimulai pada musim panas tahun itu. 

Pada malam Natal, prajurit dari Bilangantan Ekspedisi Inggris (BEF) mendengar suara tentara Jerman di parit lawan menyanyikan lagu-lagu Natal dan patriotik, serta melihat lentera dan pohon cemara kecil di sepanjang parit. Pesan mulai diteriakkan antarparit, menciptakan suasana yang tidak terduga di tengah medan perang.

Baca juga : Pihak yang Bertikai di Yaman Setuju Gencatan Senjata dan Perdamaian di Pimpin PBB

Cek Artikel:  Jakarta Menuju Kota Dunia, Design Week Jadi Syarat Krusial

Keesokan harinya, tentara Inggris dan Jerman bertemu di wilayah terlarang, saling bertukar hadiah, berfoto, dan beberapa bahkan bermain sepak bola secara spontan. 

Mereka juga menguburkan korban yang jatuh dan memperbaiki parit serta tempat perlindungan. Tetapi, gencatan senjata ini tidak diterapkan di seluruh garis depan Barat; di tempat lain, pertempuran tetap berlanjut, dan korban masih terjadi pada Hari Natal.

Beberapa perwira merasa tidak senang dengan gencatan senjata ini, khawatir bahwa momen perdamaian ini akan melemahkan semangat tempur. 

Baca juga : Paus: Turunkan Senjata di Karabakh, Cari Solusi Damai Demi Kemanusiaan

Setelah 1914, komando tinggi di kedua belah pihak berusaha mencegah terulangnya gencatan senjata serupa. Meskipun demikian, terdapat beberapa insiden terpisah di mana tentara mengadakan gencatan senjata singkat di kemudian hari, tidak hanya pada Natal.

Cek Artikel:  Greenpeace Dalih Sedimentasi untuk Ekspor Pasir hanya Pikiran-akalan Jokowi

Sistem yang dikenal sebagai ‘Hidup dan Biarkan Hidup’ muncul di sektor-sektor tenang di garis depan, di mana jeda singkat dalam permusuhan kadang-kadang disepakati secara tacit, memungkinkan kedua belah pihak untuk memperbaiki parit mereka atau mengumpulkan mayat.

Momen unik di Natal 1914 ini tercatat dalam kesaksian, surat-surat, dan buku harian para prajurit. 

Baca juga : Sejarah Konflik yang Tak Berujung: Menelusuri Perang Terpanjang dan Pelajaran untuk Perdamaian

Seorang tentara Inggris bernama J Reading menggambarkan bagaimana pada pagi hari Natal, tentara Jerman mulai menyanyi dalam bahasa Inggris yang baik dan mengajak mereka untuk bertemu. 

Reading menulis, “Hari itu, kami tidak saling tembak, dan semuanya terasa damai seperti mimpi.”

Cek Artikel:  DPR RI Tegaskan Permasalahan PPDS di Undip Tanggung Jawab Kemenkes dan Kampus

Pengalaman serupa juga diungkapkan John Ferguson, yang menyebutkan bagaimana mereka bercanda dengan musuh yang sebelumnya ingin mereka bunuh.

Baca juga : Putin Mau Akhiri Konflik Ukraina Secara Menyeluruh, Bukan Gencatan Senjata

Letnan Jerman Kurt Zehmisch menuliskan dalam buku hariannya bahwa orang Inggris membawa bola sepak dan permainan yang meriah segera dimulai.

Gencatan senjata ini adalah salah satu momen paling diingat dari Perang Dunia I yang kelam, ketika perayaan Natal berhasil menyatukan musuh menjadi teman, meskipun hanya untuk sejenak. 

Momen ini menunjukkan bahwa di tengah konflik yang menghancurkan, harapan dan kemanusiaan masih dapat ditemukan. (berbagai sumber/Z-1) 

Mungkin Anda Menyukai