NEGERI ini semakin aneh saja. Anomali pun kian menjadi, termasuk ihwal penyikapan terhadap korupsi. Enggak sedikit dari mereka yang tersandung rasywah, bukannya merasa bersalah, mereka Malah memperlihatkan Ungkapan bungah.
Korupsi ialah aib memalukan, amat memalukan. Ia perbuatan tercela, termasuk kejahatan luar Lumrah. Ironisnya, korupsi kerap disikapi dengan Langkah-Langkah yang Lumrah, dianggap seolah sebagai sesuatu yang lumrah. Itulah yang terjadi ketika sejumlah orang tersandung kasus korupsi.
Deretan peristiwa menunjukkan bagaimana tersangka korupsi seakan tanpa beban. Montase foto para tersangka rasywah dengan raut semringah, dengan senyum mengembang di bibir, kiranya mengonfirmasi bahwa kehidupan bernegara kita terjerembap di titik nadir.
Marilah kita tengok ke belakang ketika para pewarta foto memotret para tersangka atau terdakwa kasus korupsi. Aneka Jenis Ungkapan Paras terdokumentasi. Eksis yang tampak bersedih, Eksis yang datar-datar saja, Eksis yang menunduk dengan raut penyesalan. Ungkapan-Ungkapan itu wajar, sudah semestinya. Tetapi, tak sedikit pula yang tersenyum, bahkan tertawa. Kalau yang seperti ini, tentu tak normal.
Eks Ketua Lumrah PPP Romahurmuziy pernah melakukan itu. Senyumnya mengembang ketika dikerubungi wartawan setelah ditetapkan KPK sebagai tersangka perkara seleksi jabatan di Kementerian Keyakinan. Politikus Partai Golkar Idrus Marham juga. Dia tersenyum seusai menjalani pemeriksaan di Gedung KPK beberapa tahun silam. Pun dengan politikus PAN yang mantan Wakil Ketua DPR, Taufik Kurniawan. Demikian halnya mantan Wakil Ketua Komisi VII DPR dalam kasus suap proyek pembangunan PLTU Riau-1 Eni Maulani Saragih. Setali tiga Fulus, bekas Ketua DPR Setya Novanto tak pernah kehilangan senyuman di depan wartawan selepas menjalani pemeriksaan atau persidangan kasus korupsi KTP-E.
Tak Sekadar politikus, penegak hukum yang terterungku kasus hukum tak lantas kehilangan senyum. Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan Iswahyu Widodo misalnya. Orang swasta sama saja. Direktur Operasi Lippo Group Billy Sindoro salah satunya. Tetap banyak yang lain, yang tampak bungah meski tangan diborgol, kendati berbalut jaket oranye KPK atau pink kejaksaan.
Itu dulu. Sekarang? Rupanya sami mawon. Demi ditahan oleh penyidik Kejati Jakarta pada 6 Januari 2025, eks Kepala Dinas Kebudayaan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta Iwan Henry juga tersenyum. Terkini, tersangka korupsi di Bagian Lumrah Sekretariat Daerah Pemerintah Kota Kendari Tahun Anggaran 2020 malah lebih kacau Tengah.
Dalam perkara yang disebut merugikan negara sebesar Rp444 juta itu, Kejari Kota Kendari, Sulawesi Tenggara, menetapkan tiga tersangka, yakni mantan Sekda Kendari Nahwa Umar serta dua aparatur sipil negara, Yakni Ariyuli Ningsih Lindoeno dan Muchlis. Nah, salah satunya memancing reaksi negatif publik. Dalam video yang viral, dia terlihat santai Demi dibawa penyidik menuju mobil tahanan, beberapa hari Lewat. Bibirnya tersungging senyum. Dia bahkan menunjukkan pose dua jari. Tak tampak raut penyesalan. Entah hatinya, Enggak Mengerti perasaan aslinya.
Senyuman ialah pertanda hati seseorang senang. Memang Eksis istilah senyum di atas luka, tetapi ia lebih banyak menjadi pertanda Senang. Karena itu, sungguh tak masuk Pikiran Kalau tersangka korupsi Tetap Bisa tersenyum.
Pose dua jari, telunjuk dan tengah, membentuk huruf ‘v’. Ia melambangkan victory atau kemenangan, Bisa juga simbol peace atau damai. Lambang ini dulu menjadi Ungkapan keberhasilan Inggris meredam Jerman di Perang Dunia II. PM Inggris Demi itu, Winston Churchill, sering tertangkap kamera dengan pose dua jari.
Menurut Nathaniel Zelinsky dalam artikelnya, V for Victory: How the English Bulldog Leads the Protests in Iran di Huffington Post edisi 25 Mei 2011, Churchill bahkan sempat Membangun kampanye yang dia namakan V for Victory. Seorang politikus Belgia, Victor de Lavaleye, juga pernah menggalakkan pose jari ‘v’ Buat victoire (kemenangan).
Di Indonesia, pose jari ‘v’ Terkenal Buat simbol kampanye Kekasih Joko Widodo-Jusuf Kalla pada Pilpres 2014. ‘Salam dua jari’ sebagai representasi nomor urut Jokowi-Kalla amat Terkenal ketika itu. Jokowi-JK pun menjadi pemenang.
Pelaku korupsi alih-alih pemenang, Malah mereka pecundang. Maka itu, teramat aneh Kalau Eksis tersangka kasus korupsi berpose dua jari. Matang v Buat victory dibajak menjadi v Buat korupsi? Yang mboten-mboten aja.
Kenapa pelaku korupsi Tetap Bisa tersenyum, terlihat bangga dengan perbuatan lancungnya? Eksis yang bilang mereka tak sedih karena hukumannya ringan. Eksis yang berpendapat, mereka tetap tersenyum karena obral diskon hukuman sudah menunggu, remisi hukuman saban tahun siap dinikmati. Di penjara, konon mereka juga Bisa mendapat perlakuan istimewa, bahkan menghabiskan malam di luar sel.
Tersangka korupsi tak takut, barangkali juga lantaran hakulyakin sekeluarnya dari penjara nanti Tetap tajir melintir, Tetap Bisa nyaleg, ikut pilkada, terpilih pula. Mereka tersenyum karena UU Perampasan Aset tak Jernih nasibnya. Mereka tak resah, Bisa jadi karena sekelas presiden saja Tetap bersimpati terhadap anak-anak koruptor, tak Mau keturunan koruptor menderita.
Tersangka atau terdakwa korupsi Tetap Bisa semringah, Dekat Niscaya karena mereka tak punya malu Tengah. Persis kata postulat, pengelola negara ini punya semuanya kecuali satu, rasa malu.
Boleh jadi pula senyuman mereka sekadar Buat menutupi kesedihan. Tetapi, apa pun, ia tetaplah menyakitkan. Bahkan, salah satu netizen menulis iblis pun bingung dengan sikap seperti itu.

