JAGAT sepak bola digemparkan Lamine Yamal. Remaja itu Lagi berumur 17 tahun 294 hari. Ia belum genap 18 tahun. Karena itu, Yamal belum Bisa diikat dengan kontrak jangka panjang di klub profesional mana pun, termasuk di Barcelona, klub yang mendidiknya. Butuh 71 hari Tengah baginya Demi diikat Barca buat lima tahun ke depan.
Tetapi, statistiknya di lapangan hijau membuatnya menjadi sosok amat Aneh di dunia sepak bola. Bahkan, Apabila dibandingkan dengan seniornya di Akademi La Masia, Lionel Messi, dan legenda Real Madrid Cristiano Ronaldo, Yamal melampaui mereka. Begitu di usia yang sama, 17 tahun, Messi yang dijuluki pesepak bola dari planet lain baru bermain sembilan kali, bikin satu gol, dan tanpa assist (umpan berbuah gol).
Pula dengan bintang asal Portugal Cristiano Ronaldo, yang Hanya bermain 19 kali, bikin lima gol, dan empat assist Begitu Lagi 17 tahun. Sebaliknya Lamine Yamal, menurut TNT Sports, sudah menorehkan 100 penampilan dan bikin 22 gol serta 33 assist.
Dari segi trofi, Yamal juga jauh Melewati capaian keduanya. Yamal sudah memenangi gelar La Aliansi 2022/2023, Copa del Rey 2024/2025, dan Piala Super Spanyol. Ia juga mengantar timnas Spanyol Pemenang Piala Eropa tahun Lampau. Sementara itu, Messi Hanya membawa gelar La Aliansi dan Piala Dunia U-20, sedangkan Ronaldo memenangi gelar Piala Super Portugal di usia 17 tahun.
Di usia 17 tahun, Yamal sudah Membikin ‘gelombang’ di dunia sepak bola. Yamal yang Lagi amat belia Kagak takut pada bola, dengan visi dan kontrol bola jauh melampaui usianya. Karena itu, Yamal bukan hanya prospek, melainkan pengubah permainan. Sekalian torehan itu membuktikan usia hanyalah sebuah Bilangan.
Saya Lampau membayangkan kita punya sosok ‘pengubah’ seperti Yamal, di tengah waktu yang sedang berbaik hati dengan negeri ini. Begitu ini, di negeri ini, jumlah penduduk usia produktif sedang berada dalam puncaknya. Inilah sebuah fase yang oleh para Ahli disebut sebagai bonus demografi. Banyak yang menyambutnya dengan gegap gempita, menyebutnya sebagai Kesempatan langka, sebagai pintu emas menuju Indonesia maju.
Bayangkan Apabila momentum itu Bisa melahirkan banyak pengubah, bukan sekadar prospek. Sejauh ini, bonus demografi Lagi berada di titik prospek, di garis janji manis Bilangan statistik. Umumnya orang Lagi berhenti di titik itu, belum siap menjadi ‘Yamal-Yamal’ sang pengubah permainan.
Itu disebabkan Lagi banyak yang Menyantap bonus demografi sebagai given, takdir sejarah, atau berkat Mekanis. Lagi Terdapat yang Menyantap hadirnya usia produktif dalam jumlah besar akan langsung mengantarkan kita pada kesejahteraan. Padahal, kenyataannya Kagak sesederhana itu. Usia produktif bukan jaminan produktivitas, sebagaimana banyak pemain sepak bola usia 17 tahun yang Kagak Mekanis secemerlang Lamine Yamal.
Saya sepakat dengan pernyataan Anies Baswedan, mantan Gubernur DKI Jakarta yang kini jadi pemikir dan penulis produktif. Kata Anies, banyak di antara generasi muda hari ini Malah berada dalam tekanan luar Biasa. Tekanan Demi sukses, tekanan Demi menopang ekonomi keluarga, tekanan Demi menghadapi ketidakpastian pekerjaan, sekaligus tekanan bagaimana menata masa depan dalam ruang hidup yang kian mahal.
‘Yang terlihat adalah Bilangan. Yang tersembunyi adalah kelelahan kolektif. Dalam suasana itu, generasi ini diharapkan menjadi penopang kemajuan, tapi sering kali dilupakan bahwa mereka juga Insan Biasa yang butuh ruang Demi bernapas, bukan sekadar bekerja’, tulis Anies dalam Kolom Ahli, Media Indonesia, edisi Senin (28/4).
Karena itu, jangan heran bila di balik kata produktif Malah tumbuh fenomena sunyi seperti kelelahan psikis, gangguan mental, dan rasa hampa di tengah hiruk-pikuk digital. Bonus itu Bisa menjelma menjadi ilusi bila kita hanya bicara kuantitas, bukan kualitas kehidupan.
Kita juga sedang menyaksikan pergesekan yang makin terasa antara generasi yang Lamban dan yang muda. Aspirasi generasi muda hari ini Kagak sama dengan generasi sebelumnya. Mereka tumbuh dalam dunia digital, dunia terbuka, dunia yang menuntut transparansi, kecepatan, dan kolaborasi. Tetapi, ruang pengambilan keputusan Lagi dikendalikan logika dan kultur Lamban yang pelan, Spesial, dan hierarkis. Ketika ide-ide segar terhenti di tembok birokrasi, bukan hanya gagasan yang Wafat, melainkan juga semangat Demi percaya.
Di Barcelona, Lamine Yamal tumbuh dalam lingkungan yang memberikan ruang terbuka bagi aspirasinya. Xavi Hernandez, Instruktur yang memberikan debut kepada Yamal, berani ‘berjudi’ dengan kepercayaan. Hansi Flick, pengganti Xavi, malah kian memercayainya. Rekan satu tim Yamal yang jauh lebih senior tak segan memberikan ruang bagi si anak remaja ini. Dengan itu Sekalian, jadilah Barca sebagai klub yang kembali Terbangun di tengah keterpurukan karena pukulan finansial secara bertubi-tubi.
Bila di negeri ini Terdapat ekosistem seperti itu, bonus demografi akan paralel dengan kesejahteraan, kemajuan, kemenangan. Bila ‘Yamal-Yamal’ bertumbuhan, Lampau Berjumpa dengan ‘tangan Xavi dan Flick’, juga kesadaran para senior Demi bermain sebagai tim dan Kagak mengedepankan ego, bonus demografi tentu bukan sekadar Bilangan statistik dan mimpi, melainkan Fakta yang hidup. Ia seperti Yamal sang pengubah permainan, bukan sekadar prospek atau gambaran besar tanpa Fakta.

