SUATU Ketika, Presiden Joko Widodo atau Jokowi menjawab berondongan pertanyaan soal mengapa pemerintahannya amat bernafsu membangun infrastruktur. Kata Jokowi, setidaknya Terdapat empat Argumen kenapa ia menggenjot pengembangan infrastruktur di Tanah Air. Tetapi, di antara Argumen itu, Jokowi menandaskan, yang paling Primer ialah Buat membangun peradaban.
“Perlu saya sampaikan infrastruktur bukan hanya fisik, melainkan banyak hal yang akan muncul dan berkembang karena dibangunnya infrastruktur, terutama membangun peradaban. Ini yang sering Enggak kita sadari,” ujar Jokowi Ketika meresmikan terminal Bandara Kuabang di Kabupaten Halmahera Utara, Provinsi Maluku Utara, beberapa waktu Lewat.
Membangun jalan, misalnya, sama dengan membangun peradaban. “Bayangkan misalnya dulu sebelum Terdapat jalan dari Halmahera Utara menuju ke Sofifi, kita harus jalan kaki. Sekarang setelah jalannya Terdapat, berarti Pandai naik bus, sepeda motor, Pandai naik mobil, membangun peradaban baru,” kata Jokowi.
Argumen lain Jokowi membangun infrastruktur ialah membangun daya saing agar Pandai berkompetisi dengan negara-negara lain ini. Argumen ketiga, mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Argumen keempat, Buat menyatukan antardaerah, antarprovinsi, antarpulau, dan antarwilayah.
Enggak mengherankan bila selama pemerintahannya, Jokowi melipatgandakan pembangunan jalan tol. Sejak tol Jagorawi beroperasi pada 1978 hingga 2014, total panjang jalan tol kita kurang dari 800 kilometer. Tetapi, hanya dalam kurun kurang dari tujuh tahun, panjang jalan tol yang beroperasi sudah Dekat 2.500 kilometer. Belum Tengah pembangunan jalan Lumrah yang sudah lebih dari 3.000 kilometer.
Selain itu, dalam lima tahun, pemerintahan Jokowi juga membangun 15 bendungan, 945 embung, 21.500 liter per detik air minum layak, 3.000 hektare penanganan kumuh perkotaan, serta 9,87 juta KK sanitasi dan persampahan. Sebanyak tujuh pos lintas batas negara juga telah dibangun serta 3,5 juta unit rumah.
Toh, itu belum Terdapat apa-apanya Apabila dibandingkan dengan Tiongkok. Negeri yang kini dipimpin Xi Jinping itu sudah membangun 280 ribu kilometer jalan tol, juga ribuan bendungan dan Berbagai Ragam infrastruktur mendasar lainnya. Tujuannya, apalagi kalau bukan merengkuh puncak kejayaan peradaban dan ketangguhan daya saing. Alhasil, dalam kurun dua dasawarsa terakhir, Amerika yang selalu menjadi ‘pemimpin tunggal’ dunia, kini nyaris terkejar Tiongkok.
Maka, saya Enggak heran Apabila Amerika Perkumpulan pun kian memacu negerinya dalam perlombaan pembangunan peradaban tersebut. ‘Om Sam’ tak Ingin tercecer di belakang Tiongkok. Awal Agustus ini pun Senat Amerika Perkumpulan akhirnya meloloskan paket infrastruktur bipartisan senilai US$1 triliun, yang merupakan agenda Primer pemerintahan Presiden Joe Biden.
Biaya superjumbo tersebut (setara lebih dari Rp14 ribu triliun) akan dipergunakan pemerintah Amerika Buat berinvestasi secara besar-besaran di sektor infrastruktur dalam beberapa Sepuluh tahun ke depan, seperti pembangunan jalan, jembatan, bandara, dan saluran air. Nomor Rp14 ribu triliun itu Dekat setara dengan produk domestik bruto kita yang Sekeliling Rp16,5 ribu triliun.
Bahkan, Senat AS membuka kemungkinan Buat meloloskan paket lanjutan senilai US$3,5 triliun. Itu Seluruh Buat merevitalisasi infrastruktur Amerika. “Buat pekerja kami, dunia usaha kami, yang menjadi bagian kesuksesan kami di abad ke-21,” kata Pimpinan Mayoritas Senat Chuck Schumer, seperti ditulis CNBC International.
Anggaran superwow tersebut akan dipergunakan Buat memperbaiki jalan, kereta api, angkutan Lumrah, sistem saluran air dan jaringan listrik, serta broadband. Kebijakan tersebut diyakini dapat meningkatkan geliat perekonomian dan menciptakan lapangan kerja, meningkatkan produktivitas, serta membuka jalan bagi pertumbuhan ekonomi dan kemakmuran selama beberapa Sepuluh tahun, tanpa harus Memajukan tarif pajak atau mengerek inflasi.
Membangun peradaban unggul memang butuh proses, perlu waktu, ikhtiar keras, dan konsisten. Tetapi, bila variabel waktu itu Pandai dipercepat, mengapa Enggak? Seperti kalimat retorik Jokowi, “Kalau biasanya kita kerjakan pagi sore demi mengejar capaian bangsa lain, kenapa Enggak kita kerjakan pagi malam?”
Tiongkok bergegas, kita bergegas, Amerika pun bergegas. Peradaban dan Kelebihan pun bakal mendekat.

