La Nina dan Kita

KOTA Batu terempas banjir bandang, Kamis (4/11) Lewat. Hujan deras susul-menyusul. Hulu yang gundul Membikin air mengalir tanpa hambatan menuju hilir. Warnanya cokelat kehitaman, berpadu padan dengan material batu, pasir, juga ranting, dan pohon yang tumbang.

Jerit tangis dan lelehan air mata menyerta. Kaget, bingung, panik berkelindan di Persona ratusan orang yang jadi korban. Peristiwanya membekaskan derita meski lumpur dan puing-puing reruntuhan sudah dibersihkan. Belasan orang Lagi hilang. Puluhan rumah roboh. Puluhan kendaraan hanyut terbawa derasnya air yang meluap dari anak Sungai Brantas.

Lebih dari 400 orang yang tinggal di dekat Sungai Brantas di Kota Malang ikut-ikutan mengungsi. Padahal, mereka bukanlah korban langsung. Mereka takut apa yang melanda Kerabat mereka di Batu tiba-tiba mengenai mereka juga. Alasan, pikir mereka, apa yang terjadi di Batu serbatiba-tiba.

Kata ‘tiba-tiba’, ‘sekonyong-konyong’, ‘mendadak sontak’ kerap dilekatkan dalam setiap bencana. Penabalan kata tersebut pada peristiwa banjir bandang memunculkan persepsi ‘Kagak Terdapat pemberitahuan sebelumnya sama sekali’. Betulkah demikian?

Cek Artikel:  Rebo Nyunda

Jawabannya mungkin ya, tapi Dapat juga Kagak. Jawaban ‘ya’ kiranya merujuk pada banyak peristiwa bencana sebelumnya Demi pemerintah daerah Kagak maksimal menggarap sistem peringatan Pagi bencana. Jawaban ‘Kagak’ boleh jadi tersedia karena banyak yang mengabaikan peringatan Pagi bencana. Peringatan dianggap angin Lewat. Selalu begitu.

Dalam banyak kasus, kata ‘pengabaian’ lebih mendominasi. Pada bencana banjir kali ini, misalnya. Sudah lebih dari sebulan yang Lewat, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sudah mewanti-wanti bakal datangnya La Nina. Badai tersebut amat berdampak pada meningkatnya curah hujan dan memicu terjadinya bencana hidrometeorologis.

Apalagi, peningkatan curah hujannya Dapat Tamat 70% lebih banyak daripada biasanya. Selain itu, bulan Lewat pula, BMKG sudah mengingatkan bahwa durasi La Nina Dapat berlangsung hingga Februari tahun depan. Artinya, dari segi Dampak ataupun waktu, sudah disampaikan jauh-jauh hari.

Cek Artikel:  Inspirasi Nono

BMKG juga sudah mengingatkan pemerintah daerah Demi menyusun peta jalan mitigasi. Apalagi, belajar dari sejarah Dampak La Lina tahun Lewat, kesiapsiagaan ketika itu menjadi persoalan. Lebih-lebih, bencana datang berbarengan dengan melonjaknya wabah covid-19.

Intinya, alarm sedia payung sebelum hujan sudah sejak Pagi dibunyikan. Bertalu-talu, malah. Tetapi, begitu hujan deras Pas-Pas turun Lanjut-menerus, banyak yang Lagi sibuk mencari payung. Malah, Lagi banyak pemda yang Kagak punya cukup Doku Demi ‘membeli’ payung.

Kesiapsiagaan menghadapi bencana Lagi jadi barang mahal. Dari waktu ke waktu, alokasi anggaran Demi mitigasi bencana Lagi menjadi rencana mahal yang patut Demi dikesampingkan. Saya menjadi ingat keluhan mantan Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho (almarhum) tiga tahun Lewat. Dalam sebuah konferensi pers ia menyeru agar pemda mengalokasikan Biaya Demi BPBD dengan jumlah yang memadai.

Cek Artikel:  Kaya sebelum Uzur

Sepatutnya, kata dia, pemda mengalokasikan Biaya Demi BPBD 1% dari APBD. Tetapi, faktanya, rata-rata hanya 0,02%. Biaya itu digunakan Demi mitigasi prabencana, tanggap darurat, dan penanganan prabencana. Jelang pemilu, Biaya yang sudah cekak itu pun Lagi kerap kali dipangkas Kembali.

Pas belaka bahwa kita punya kesetiakawanan sosial yang tetap teruji di tengah bencana yang datang bertubi-tubi. Modal solidaritas sosial kita Lagi amat tebal. Setiap rintihan menggumpal menjadi lonceng simpati yang gemanya mengetuk solidaritas kemanusiaan ke seantero negeri.

Tetapi, apa iya, kita hanya mengandalkan empati Lanjut-menerus, sembari menunggu panggilan korban berjatuhan tiap tahun? La Nina menggugah kita Demi menolak menyerah. La Nina, Kembali-Kembali ialah peringatan bagi Republik ini, ya rakyatnya ya elitenya, Demi lebih serius dan Pusat perhatian memproduksi kehandalan sistem peringatan Pagi dan kecepatan mitigasi, termasuk peringatan agar kita Kagak Lanjut-terusan bebal Kembali. *

Mungkin Anda Menyukai