Pilkada Jakarta Dapat Satu Putaran, Ini Syaratnya

Pilkada Jakarta Bisa Satu Putaran, Ini Syaratnya
Analis politik dari Exposit Strategic, Arif Susanto (tengah).(MI/Tri Subarkah)

PEMILIHAN Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta 2024 Mempunyai kemungkinan berjalan hanya satu putaran saja, yakni Kalau Kekasih calon memperoleh 50% plus 1 Bunyi. Tetapi, Terdapat tiga Elemen penentu yang mesti dikapitalisasi oleh masing-masing Kekasih calon.

Analis politik dari Exposit Strategic, Arif Susanto memaparkannya dalam Obrolan bertajuk Pilkada Jakarta Menuju Satu Putaran yang digelar Perhimpunan Masyarakat Acuh Parlemen Indonesia (Formappi) di Jakarta, Selasa (12/11).

Menurut Arif, ketiga Elemen itu adalah Kekasih calon itu sendiri, dukungan partai politik, dan pengaruh politik nasional. Ia mengatakan, perhatian publik bakal lebih diarahkan kepada kontestan yang bertanding pada dua minggu ke depan, termasuk pada debat ketiga yang akan digelar Minggu (17/11) mendatang.

Cek Artikel:  Hanya Dua Paslon Akan Bertarung di Pilgub Sulsel

Arif mengingatkan, jelang hari pemungutan Bunyi pada Rabu (27/11), kesalahan dalam berbicara yang keluar dari mulut seorang kandidat dapat berakibat fatal. Itu, sambungnya, pernah dialami Basuki Tjahaja Purnama pada Pilkada DKI Jakarta 2017 silam yang berubah menjadi politik kebencian di tengah masyarakat.

Baginya, blunder Malah rentan dilakukan oleh calon gubernur nomor urut 1 Ridwan Kamil maupun calon wakil gubernur nomor urut 3 Rano Karno. Keduanya dinilai lebih sering berbicara ketimbang cagub maupun cawagub lainnya.

Di sisi lain, cagub nomor urut 3 Pramono Anung yang dinilai Tak terlalu talkative alias banyak bicara Malah disebutnya lemah dalam menonjolkan gaya atau signature politik. “Pramono selama ini lebih banyak bermain di dapur pemerintahan. Saya pikir dengan mengubah style akan mengubah keuntungan,” ujar Arif.

Cek Artikel:  Kemendagri Buat Surat Edaran Setop Penyaluran Bansos hingga Pilkada Usai

Dari Elemen partai pendukung, Arif mengatakan adanya ketimpangan antara Kekasih Bang Emil-Suswono dan Pramono-Rano. Pasalnya, Bang Emil-Suswono didukung oleh mayoritas partai politik lewat Koalisi Indonesia Maju (KIM) Plus, sedangkan Pramono-Rano hanya diusung PDI-Perjuangan.

Tetapi, Arif berpendapat dukungan yang minim terhadap Pramono-Rano Malah lebih mudah dikoordinasikan. Terlebih, belakangan ini konsolidasi partai pendukung Bang Emil-Suswono dipertanyakan. Arif menyebut, hanya PKS saja yang praktis berjuang sendirian memperjuangkan Bang Emil-Suswono.

Sementara itu, pengaruh politik nasional yang juga sangat memengaruhi konstelasi di Jakarta. Arif mengatakan, kondisi politik Begitu ini memang Lagi dalam suasana bulan madu setelah Presiden Prabowo Subianto dilantik. Kendati demikian, ia Tak memungkiri potensi gebrakan politik yang bakal terjadi dalam waktu dekat.

Cek Artikel:  Penyelenggaraan Pilkada Ulang di Babel Terancam Akibat Efisiensi Anggaran

“Siapa pun yang Dapat mengkapitalisasi itu, dia punya Kesempatan lebih Berkualitas Kepada melampaui 50% Bunyi,” tandas Arif. (Tri/I-2)

 

Mungkin Anda Menyukai