Proklamasi Kalimantan, Bentuk kesetiaan Kalimantan bagian dari Republik Indonesia Har

Sumber foto: https://surl.li/rqncvq/Liputanindo.id.

17 Mei 1949: Proklamasi Kalimantan, Bentuk kesetiaan Kalimantan bagian dari Republik Indonesia Har

Peristiwa   
Editor: Sigit Kurniawan   
Sabtu, 17 Mei 2025 – 06:21 WIB

Liputanindo.id – Hari ini Lepas 17 Mei pada tahun 1949 silam, para pejuang di Kalimantan menyatakan bahwa Kalimantan adalah bagian tak terpisahkan dari Republik Indonesia.

Peristiwa bersejarah yang disebut sebagai Proklamasi Gubernur Tentara ALRI Divisi IV Pertahanan Kalimantan atau Proklamasi 17 Mei 1949 tersebut, sebagai reaksi adanya Perjanjian Linggarjati.

Perjanjian Linggarjati sendiri adalah perundingan antara Indonesia dan Belanda Demi membahas status kemerdekaan Indonesia. Salah satu isi perjanjian tersebut Yakni mengakui secara de facto Daerah Republik Indonesia hanya pulau Jawa, Sumatera, dan Madura. Hal inilah yang kemudian Membikin para pejuang di Kalimantan melakukan proklamasi 17 Mei 1949 Demi menyatakan bahwa Kalimantan adalah bagian dari Indonesia.

Proklamasi Kalimantan menjadi Bentuk komitmen kesetiaan terhadap Proklamasi 17 Agustus 1945 yang lebih dahulu ditegaskan oleh Soekarno dan Hatta. Selain itu, Proklamasi 17 Mei 1949 tersebut juga menjadi pernyataan bahwa rakyat menginginkan republik yang merdeka, bukan di Dasar naungan Belanda.

Proklamasi yang dilakukan pada Lepas 17 Mei 1949 ini, sebagai reaksi atas Perjanjian Linggarjati yang menyatakan hanya pulau Jawa dan Sumatera yang merupakan Daerah Republik Indonesia. Selain itu, Belanda hanya mengakui kekuasaan de facto RI atas Jawa, Madura, dan Sumatera.

Perjanjian yang diratifikasi kedua negara pada 25 Maret 1947 tersebut tentu saja menjadi tamparan terhebat terhadap perjuangan kemerdekaan di Kalimantan. Demi itu, para pejuang menunjukkan eksistensinya dengan berbagai Metode dan semangat yang membara.Tetapi, dalam kurun waktu 1947 perlawanan para pejuang belum juga membuahkan hasil.

Cek Artikel:  Nuno Espirito Santo Puas dengan Kemenangan 7-0 Nottingham Forest Rival Brighton

Kemudian pada akhir 1948, para gerilyawan di Kalimantan Selatan yang tergabung dalam Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI) Divisi IV Pertahanan Kalimantan berhasil mendesak kedudukan KNIL, KL, dan Polisi NICA. Sehingga, pihak Belanda hanya berkuasa di kota-kota besar.

Dalam Naskah baboon Sejarah Banjar (2013) terbitan Pemprov Kalsel dituliskan bahwa Proklamasi ini mengemuka pada Lepas 15 Mei 1949, ketika terjadi pertemuan pejuang di Ambarawa, nama samaran Daerah Telaga Langsat -sekarang Daerah Kabupaten Hulu Sungai Selatan-.

Atas petunjuk Kepala Markas Pangkalan Rasyidi, para tokoh Tentara ALRI Divisi IV, mereka menempati rumah Dumam yang terletak kira-kira 100 meter dari jalan di anak Kampung Limau Gampang, Daerah Kandangan.

Di sinilah, permusyawaratan selanjutnya yang diikuti oleh H Aberanie Sulaiman, Budhigawis, P Arya, Gusti Kondusif, Hasnan Basuki dan Romansi. Perundingan di ‘kota Ambarawa’ ini dikawal ketat oleh Laskar Setia Budi dan Ibnu Hadjar.

Dalam setiap peristiwa Krusial dalam kancah perang gerilya Ibnu Hadjar selalu setia mengawal Hassan Basry. Rapat ini berhasil merumuskan struktur pemerintahan Gubernur Tentara ALRI Divisi IV Pertahanan Kalimantan.

Dalam pertemuan tersebut, Gusti Kondusif mengusulkan agar pembentukan pemerintahan Gubernur Tentara ALRI Divisi IV ini dalam bentuk satu Proklamasi 17 Mei. Penyusunan Teks awalnya ditugaskan kepada Maxim Le Miaty (P Arya-Munir) kemudian disempurnakan Kembali Berbarengan.

Agar lebih keras Kembali isinya sebagai kalimat penutup, H Aberanie Sulaiman menambahkan kata-kata: ”Dan Kalau perlu diperjuangkan Tiba tetesan darah yang penghabisan“.

Konsep Asal Proklamasi 17 Mei ditulis dengan huruf-huruf balok dengan menggunakan tinta merah. Konsep Asal ini disimpan Gusti Kondusif dan hilang ketika Gusti Kondusif (di kemudian hari) ditahan oleh gerombolan Ibnu Hadjar. Perbanyakan konsep ini ditanda tangani kemudian Pimpinan Standar Hassan Basry, dianggap sebagai lembaran yang Asal.

Cek Artikel:  Beda Pendapat soal Masa Depannya di Chelsea, Lukaku Dikabarkan Ribut dengan Agen

Dalam rapat di ‘kota Ambarawa’ (Telaga Langsat) sebenarnya Tak hanya memutuskan memproklamasikan Pemerintah Gubernur Tentara guna mengatasi masalah politik, tata pemerintahan dan masyarakat. Keputusan lainnya adalah mengatur ekonomi dengan mendirikan koperasi-koperasi dan koperasi terpusat.

Dengan tujuan merubah struktur ekonomi kolonial ke perekonomian revolusioner. Kemudian menembus Gorden besi NICA agar perjuangan di Kalimantan dapat didengar dan diketahui Republik Indonesia dan dunia.

Dalam Naskah baboon Sejarah Banjar (2013) terbitan Pemprov Kalsel juga diuraikan bahwa pada era itu, ekonomi berada di titik terendah. Pasar-pasar menjadi Sunyi dan sebagian besar toko-toko menutup pintu.

Sebagian besar penduduk kota mengungsi ke luar kota, menetap di daerah yang dikuasai ALRI. Di kampung-kampung dan di hutan-hutan dibuka pasar-pasar baru guna menampung hasil rkyat.

Bahan makanan dan lain-lain mengalir ke pasar-pasar baru ini dan jual beli dilakukan dengan mata Dana sementara yang dikeluarkan oleh ALRI yakni ‘Dana ALRI’.

Pada malam hari Lepas 15 ke16 Mei 1949 selesailah teks proklamasi itu dan ditik oleh Romansi. Pada hari Sabtu Lepas 16 Mei 1949, kira-kira pukul 10.00 pagi dibuat proses verbal mengenai musyawarah dan laporan rumusannya, ditanda tangani H Aberanie Sulaiman, Budhigawis, Maxim Le Miaty dan Romansi.

Pada hari itu pula Gusti Kondusif, Maxim dan Hasnan Basuki ditugaskan membawa Berkas itu kepada Pimpinan Standar Hassan Basry di Niih –salah satu desa di Daerah pegunungan Meratus, Ketika ini masuk Daerah Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Tempat di mana Hassan Basry berada hanya diketahui Hasnan Basuki.

Cek Artikel:  Teco Prioritaskan Pemulihan Pusat perhatian, Kebugaran Dan Semangat Tim Bali United FC

Lepas 16 Mei 1949, kira-kira jam lima sore, rumah persembunyian Hasnan Basuki dapat ditemukan di Jambu Hulu, di rumah Guru Idar. Rombongan bermalam satu malam di sini, baru keesokan harinya mereka berangkat pada Lepas 17 Mei 1949 ke Hulu Banyu, melewati Lumpangi, Batantangan dan baru tiba pada sore harinya menjelang magrib di Niih.

Selanjutnya rombongan Berjumpa dengan Pimpinan Standar Hassan Basry dan ajudannya Tobelo di Niih. Rombongan menyerahkan Berkas kepada Pimpinan Standar. Setelah mendapat persetujuan Pimpinan Standar, barulah Proklamasi 17 Mei ditanda tangani Hassan Basry sebagai Gubernur Tentara.

Proklamasi 17 Mei tersebut kemudian dibacakan oleh Pimpinan Standar dalam suatu upacara di Mandapai yang dihadiri Laskar penggempur, Member Markas Pangkalan terdekat dan masyarakat setempat. Siaran proklamasi ini disebarkan dalam bentuk pamflet ke seluruh daerah.

Kemudian teks proklamasi tersebut berhasil ditempel pada Lepas 20 Mei 1949 dan Membikin gempar masyarakat Kandangan. Adapun isi teks proklamasi adalah sebagai berikut:

PROKLAMASI

Merdeka!

Dengan ini kami rakyat Indonesia di Kalimantan Selatan, mempermaklumkan berdirinya pemerintahan Gubernur Tentara dari “ALRI” melingkungi seluruh daerah Kalimantan Selatan menjadi bagian dari Republik Indonesia, Demi memenuhi isi Proklamasi 17 Agustus 1945 yang ditandatangani oleh Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta.

Hal-hal yang bersangkutan dengan pemindahan kekuasaan akan dipertahankan dan kalau perlu diperjuangkan Tiba tetes darah yang penghabisan.

Tetap Merdeka !

Kandangan,17 Mei IV REP.

Atas nama rakyat Indonesia

di Kalimantan Selatan

Gubernur Tentara

HASSAN BASRY. 

Sumber : Liputanindo.id

Mungkin Anda Menyukai