Suka Duka Seorang Humas: Wajib Kerja Ikhlas, Cerdas, Berintegritas, Hadapi Masalah Tanpa Cemas

Liputanindo.id SURABAYA – Imej positif pada suatu lembaga maupun perusahaan sangatlah penting untuk membangun kepercayaan masyarakat dan konsumen. Imej positif menunjukkan bahwa lembaga atau perusahaan dianggap baik oleh banyak orang atau masyarakat.

Suatu lembaga maupun perusahaan yang memiliki citra positif akan menarik minat para konsumen ataupun masyarakat untuk menggunakan produk, jasa, maupun layanan yang dimiliki oleh suatu lembaga maupun Perusahaan tersebut.

Baca Juga:
Raih Catatan Skor Tertinggi, BUMD DKI Ini Raih Penghargaan Top Digital PR Award 2023

Humas atau Interaksi Masyarakat memiliki peran penting dalam membentuk citra positif ini. Humas berperan sebagai penghubung antara lembaga atau perusahaan dengan masyarakat atau konsumen.

Lantas apa sih Humas itu?

Humas adalah singkatan dari Interaksi Masyarakat atau Public Relations (PR). Berdasarkan Andas Besar Bahasa Indonesia (KBBI), secara harfiah, humas berarti hubungan dengan publik atau masyarakat. Humas adalah bagian dari lembaga pemerintah atau swasta yang bertujuan mencari dukungan publik untuk mengoptimalkan usahanya.

Cek Artikel:  Rasa Keadilan Publik

Melalui opini ini, penulis berusaha untuk membagikan pengalaman selama sembilan tahun bergelut di bidang kehumasan. Banyak sekali suka dan duka yang dialami penulis selama berkiprah di dunia kehumasan. 

Selama sembilan tahun menjadi seorang humas, berbagai tantangan, ujian, serta harapan bercampur aduk menjadi satu. Mulai dari menyusun strategi branding atau beriklan, memaksimalkan media sosial perusahaan, hingga bagaimana menghadapi sebuah permasalah yang kompleks dan berpotensi menimbulkan risiko reputasi bagi perusahaan.

Sesuai judul di atas, hal yang paling pertama harus dimiliki seorang humas adalah wajib bekerja secara ikhlas, tidak ada kepentingan secara pribadi ataupun kelompok, dan wajib ikhlas mengedepankan kepentingan perusahaan dalam melakukan strategi kehumasan. 

Kalau seorang humas ditunggangi suatu kepentingan ataupun intervensi baik dari internal maupun eksternal, maka strategi kehumasan tidak akan berjalan secara optimal.

Cek Artikel:  Transformasi Indonesia

Seorang humas juga wajib bekerja secara cerdas. Cerdas dalam hal mampu berpikir dalam menyusun strategi kehumasan secara jangka panjang, update terhadap perubahan atau issue terbaru yang terjadi di masyarakat, sehingga dapat menyusun strategi kehumasan yang efektif dan efisien bagi suatu lembaga atau perusahaan.

Dan yang tak kalah penting, seorang humas wajib berintegritas. Seorang humas pasti mengerti apa arti integritas di sini. Integritas yang dimaksud adalah menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran dan menghindari segala bentuk kecurangan yang menimbulkan potensi kerugian bagi perusahaan. Sebagai seorang muslim, ijinkan penulis mengutip ayat yang menegaskan bahwa segala bentuk kecurangan dalam bentuk apapun dilarang oleh Allah SWT.

Allah SWT berfirman melalui surat Al-Muthaffifin, terkhusus di ayat 1-3 yang membahas khusus tentang celakanya orang-orang yang melakukan kecurangan dalam hal apapun, termasuk dalam hal timbangan atau takaran ketika melakukan aktifitas perdagangan atau semacamnya. Allah SWT mengancam pelaku kecurangan dengan siksaan yang pedih di akhirat.

Cek Artikel:  Kontemplasi Migrasi Kerja Dunia

Penulis menyimpulkan, ketika seorang humas mampu mengkolaborasikan antara keikhlasan, kecerdasan, serta menjunjung tinggi nilai nilai kejujuran, maka seorang humas akan memiliki tingkat ketenangan yang luar biasa, sehingga tak kan ada kecemasan dalam menghadapi permasalahan yang terjadi di suatu lembaga maupun perusahaan. Seorang humas akan lebih tenang dalam memberikan solusi terbaik bagaimana untuk menghadapi permasalahan yang ada. (*)

Penulis: Kanda Diendtara Karya (bankir salah satu BUMD Jawa Timur)

Definisikel penulis tidak mewakili pandangan dari caritau.com.

 

Baca Juga:
Menjaga Informasi Hoak, Diskominfotik – Balkoters Bersinergi Tibakan Informasi yang Betul dan Valid

 

Mungkin Anda Menyukai