Menuju Pilpres Padat Gagasan

PEMILIHAN Presiden (Pilpres) 2024 memang menjadi magnet politik kuat bagi publik. Seluruh perhatian publik tersita dalam atmosfir pemilihan orang nomor satu itu di negeri ini. Drama politik receh hingga perbincangan substantif tidak luput dari perhatian khalayak.

Pilpres 2024 diharapkan menghadirkan perang gagasan, bukan perang politik pencitraan. Soal gagasan ini akan jadi poin penting mengingat para calon pemilih sangat menanti para kanddidat untuk menghadirkan gagasan tentang Indonesia yang akan dipimpinnya, termasuk menjelaskan rekam jejak dan rekam karya yang telah ditorehkan.

Pertarungan gagasan dan publikasi rekam karya juga akan membuat perhatian publik bergeser dari kampanye yang saling menonjolkan perbedaan dan juga pencitraan berbasis gimik yang mewarnai politik nasional selama ini. Hal itu juga membantu masyarakat menentukan kandidat mana yang benar-benar layak memimpin negeri ini.

Cek Artikel:  Melawan Kecurangan dengan Hak Angket

Maka dari itu, para Tim sukses, relawan, hingga kontestan diharapkan mampu menjaga suasana kompetisi demokrasi lima tahunan itu berlangsung damai dan bermartabat, jauh dari intrik kotor dan ujaran kasar penuh kebencian.

Jangan lagi ruang publik disesaki dengan narasi-narasi murahan seperti makian kasar, provokasi, apalagi informasi bohong. Karena,  intensitas disinformasi, misinformasi, dan beragam jenis penyebaran hoaks di platform-platform media sosial kian meninggi akhir-akhir ini. Bahkan, sejak sebelum masuk periode kampanye, informasi hoaks telah bertebaran di medsos. Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menemukan 96 hoaks terkait pemilu sejak 17 Juli 2023 hingga 26 November 2023.

Hoaks itu disebarkan ratusan kali di berbagai media sosial terkait dengan 355 konten. Facebook menjadi media yang paling banyak dengan 312 hoaks,  21 hoaks tersebar di TikTok, dan 17 hoaks tersebar di Youtube. Kemudian tiga hoaks tersebar di Twitter dan dua hoaks tersebar di Snack Video.

Cek Artikel:  Membersihkan Sapu Kotor KPK

Intervensi Kemenkominfo tersebut harus menjadi perhatian bersama. Karena, konten negatif di ruang digital berpotensi memecah belah bangsa. Sudah cukup rasanya dua kali pemilu yang lalu membuat ruang publik saling bermusuhan dan bangsa ini terbelah.

Tetapi, tidak juga kontestasi demokrasi ini hanya disuguhi politik kemasan, rakyat hanya dipertontonkan gimmick politik yang tidak mendidik. Karena, dengan pencitraan publik akan minim informasi soal rancana para kandidat untuk memajukan negeri ini.

Perhelatan pemilu kali in tentu akan menjadi barometer bagi perjalanan demokrasi Indonesia. Perang gagasan para capres/cawapres jelas akan melambungkan kualitas demokrasi bangsa ini yang sedang tidak baik-baik saja.

Buat itulah pemerintah bersama dengan penyelenggara pemilu dituntut menjaga ruang demokrasi yang sehat, termasuk di ruang-ruang media sosial. Sehingga tercipta iklim pemilu bermartabat yang menjunjung tinggi integritas, serta berjalan fair, aman dan damai.

Cek Artikel:  Para Penabrak Demokrasi

Tentu yang paling mujarab yakni teladan dari para capres/cawapres. Ketika para calon pemimpin ini mengedepankan politik gagasan, bukan politik murahan, akan membangun efek berganda kepada seluruh tim pemenangan bahkan hingga ke para pendukungnya.

Publik akan sangat mengapresiasi para capres/cawapres yang rajin hadir dalam forum-forum diskusi yang digelar oleh komunitas ilmiah dan akademik, saling memaparkan gagasan, visi dan misinya untuk membangun Indonesia.

Mungkin Anda Menyukai