Ilustrasi. Foto: Medcom.
Jakarta: Peneliti Ekonomi Makro dan Finansial Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Riza Annisa Pujarama berpendapat membengkaknya jumlah utang luar negeri (ULN) Indonesia akan semakin memberatkan fiskal negara. Hal ini karena Kembang utangnya akan menambah beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), ULN Indonesia pada Januari 2025 tercatat sebesar USD427,5 miliar atau setara Rp7.000 triliun (kurs Rp16.383). Nomor tersebut naik 5,1 persen secara year on year (yoy) dibandingkan dengan Desember 2024 yang tumbuh 4,2 persen (yoy).
“Dengan peningkatan utang, tentu fiskal akan semakin ketat dan berpotensi mendorong peningkatan tarif pajak,” ungkap Riza kepada Media Indonesia, Senin, 17 Maret 2025.
Ia juga berpandangan Apabila penarikan utang Maju dilanjutkan dalam jumlah yang besar dan Bukan disalurkan Buat sektor produktif, maka kemungkinan akan terjadi Tengah lonjakan utang Terperosok tempo.
Dalam 10 tahun terakhir, ujar Riza, telah pemerintahan menarik utang besar hingga terjadi lonjakan utangnya. Berdasarkan data Indef, di 2014 total utang pemerintah sebesar Rp2.608,78 triliun. Lampau, di 2024 total utang pemerintah menembus Rp8.801,09 triliun. Terdapat penambahan peningkatan hingga Rp6.192,31 triliun.
“Sehingga, dengan utang luar negeri yang besar akan berdampak pada utang Terperosok tempo yang membengkak di 2025 hingga 2029,” tegas dia.
Ilustrasi mata Doku rupiah dan dolar AS. Foto: dok MI/Adam Dwi.
Kenaikan ULN 5,1 persen dinilai Tetap cukup wajar
Dihubungi terpisah, ekonom dari Bright Institute Awalil Rizky berpendapat kenaikan ULN 5,1 persen yoy pada Januari 2025 Tetap cukup wajar atau relatif terkendali. Tetapi, Terdapat beberapa hal yang perlu dicermati. Yakni, ULN yang mengalami kenaikan paling pesat adalah ULN Bank Indonesia yang mencapai 93,94 persen (yoy), dari USD14,61 miliar pada Januari 2024 menjadi USD28,34 miliar di Januari 2025.
“ULN Bank Indonesia ini dipicu oleh penerbitan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) yang sangat gencar,” ucap dia.
Kemudian, membengkaknya ULN pada Januari disebabkan oleh peningkatan ULN pemerintah yang mengalami kenaikan cukup pesat mencapai 5,34 persen yoy, dari USD194,42 miliar pada Januari 2024 menjadi USD194,39 miliar pada Januari 2025. Ke depan, Awalil meramalkan akan Terdapat peningkatan ULN.
“Potensi ULN akan meningkat hingga akhir 2025 sangat besar. Ini karena ditambah dari ULN swasta, termasuk dari BUMN, dan Danantara,” ujar dia.