Debat tanpa Terdapatb, Ngeles kayak Bajaj

PESAN yang disampaikan dalam debat capres mestinya memiliki daya magis menjatuhkan lawan. Musuh dijatuhkan agar mendapatkan peluang yang besar untuk memenangi kontestasi. Tujuan debat tentu saja mencapai kemenangan lewat adu argumentasi.

Terkait dengan debat capres-cawapres, ada tiga tujuan debat sebagai salah satu metode kampanye. Pertama, mengukuh dukungan pemilih yang loyal. Kedua, merebut konstituen lawan debat. Ketiga, meraih pemilih yang belum menentukan pilihan.

Selain debat, masih ada tujuh metode kampanye lainnya, seperti pertemuan terbatas, pertemuan tatap muka, penyebaran bahan kampanye kepada umum, pemasangan alat peraga, media sosial, iklan media massa, dan rapat umum.

Debat capres diharapkan mampu mengembalikan sukma kampanye sebagai pendidikan politik bagi rakyat. Karena itu, meski menyiapkan pesan yang memiliki daya magis, para kontestan tetap menjaga kesantunan dan keadaban selama debat berlangsung.

Menjaga kesantunan dan keadaban mutlak dilakukan karena pemilih itu cerdas. Jangan lupa, pemilih tidak mau dikadali dengan debat yang hanya mempertontonkan emosi tanpa mengindahkan etika dan adab. Peserta debat jangan ngeles kayak bajaj.

Cek Artikel:  Pelajaran dari Konser Mbak Taylor

Jujur diakui bahwa ada kemajuan signifikan dalam debat capres kali ini. Pertama kali diadakan pada Pemilu 2004, debat capres seperti dialog. Gagasan yang dilontarkan capres normatif, lawan debat hanya menyatakan persetujuan tanpa mengambil posisi berlawanan atas sebuah isu.

Debat ketiga pada Pemilu 2024 memperlihatkan kemampuan capres mengirimkan pesan berdaya magis. Tema debat yang digelar pada 7 Januari 2024 menyangkut isu pertahanan, keamanan, hubungan internasional, dan geopolitik.

Capres Anies Baswedan dan capres Ganjar Pranowo menelanjangi kinerja Kementerian Pertahanan yang dijabat capres Prabowo Subianto. Ganjar memberi nilai 5 (dari rentang 1-10) untuk kinerja Kementerian Pertahanan. Anis memberikan nilai 11 dari 100 poin. Amat disayangkan, Prabowo berlindung di balik rahasia negara atas data yang disodorkan Ganjar dan Anies.

Terkait dengan rahasia negara yang disampaikan Prabowo, Presiden Joko Widodo mengatakan ada data yang harus dirahasiakan yang berkaitan dengan pertahanan dan keamanan negara, termasuk alat utama sistem persenjataan.

Cek Artikel:  Bilik Reyot Senator

“Itu ada yang bisa terbuka, tetapi banyak yang memang harus kita rahasiakan karena ini menyangkut sebuah strategi besar negara, enggak bisa semua dibuka kayak toko kelontong, enggak bisa,” kata Jokowi. Anak sulung Jokowi, Gibran Rakabuming Raka, menjadi cawapres pendamping Prabowo.

Boleh-boleh saja Jokowi menilai debat ketiga itu kurang mengedukasi dan memperlihatkan serangan personal. Sebaliknya, publik sangat antusias mengikuti debat itu. Antusiasme itu diukur dari banyaknya respons publik di media sosial saat debat berlangsung dan setelah debat digelar.

Lagi tersisa dua kali debat. Elok nian bila capres-cawapres mempersiapkan diri secara matang. Persiapan itu tidak hanya menyangkut substansi tema debat.

Jauh lebih penting lagi ialah membenahi teknis penampilan, seperti gaya komunikasi, pemilihan diksi, dan bahasa tubuh kandidat. Jadikan dua debat tersisa sebagai momentum memperkukuh basis dukungan, terutama dukungan pemilih loyal biar mereka tidak beralih ke lain hati.

Pemilih mengambang dan pemilih yang belum menentukan pilihan pada umumnya ialah orang-orang yang berpendidikan. Metode merebut perhatian kelompok itu ialah memberikan data, fakta, dan argumen yang masuk akal. Karena itu, dalam dua debat tersisa, pasangan calon jangan lagi menawarkan pesimisme disertai data abal-abal, tetapi menyodorkan narasi optimisme dengan data akurat.

Cek Artikel:  Pilkada tanpa Bansos

Lebih elok lagi jika capres-cawapres berjuang habis-habisan di arena debat. Gunakan kesempatan debat untuk beradu argumentasi, bukan memperlihatkan tong kosong nyaring bunyinya. Pun, tidak perlu melempiaskan kekesalan dari arena debat pada saat bertemu pendukung di daerah.

Idealnya, ukuran keberhasilan debat ialah seberapa banyak konstituen capres lawan beralih menjadi konstituennya dan memilihnya pada hari pelaksanaan pencoblosan. Ukuran ideal itu tidak akan terpenuhi apabila pemerintah dan perangkat negara lainnya ikut cawe-cawe mendukung salah satu calon. Kondisi lain yang dibutuhkan ialah calon jangan mengadali debat dengan mengeksploitasi emosi.

Lagi ada dua kali debat yang diharapkan menampilkan kualitas diri pasangan capres-cawapres. Kualitas debat tidak terpenuhi jika pasangan calon berdebat tanpa adab dan ngeles kayak bajaj.

Mungkin Anda Menyukai