30 Rumah di Cihampelas Bandung Barat Alami Pergerakan Tanah

30 Rumah di Cihampelas Bandung Barat Alami Pergerakan Tanah
Petugas BPBD Bandung Barat memeriksa kerusakan rumah akibat pergerakan tanah.(MI/DEPI GUNAWAN)

SEBANYAK 30 rumah Penduduk Desa Situwangi, Kecamatan Cihampelas, Kabupaten Bandung Barat terdampak pergerakan tanah.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) mencatat 30 rumah rusak itu terdiri dari 10 rusak ringan, 10 rumah rusak sedang, 10 rusak berat. Selain rumah, satu fasilitas pendidikan PAUD di Kampung Cicapar dan Patrol rusak diterjang bencana tersebut.

Kepala Pelaksana BPBD Bandung Barat, Meidi menjelaskan, pada awalnya pergerakan tanah hanya dialami beberapa rumah saja. Tetapi karena hujan deras, Distrik yang terdampak semakin meluas.

“Kami telah merekomendasikan bagi pemilik rumah dengan kerusakan berat segera mengungsi ke tempat Kondusif,” katanya, Senin (17/3).

Cek Artikel:  Pemkab Cianjur Khawatir Nomor Partisipasi Pemilih Turun akibat Hujan

Peristiwa pergerakan tanah di Desa Situwangi telah terjadi sejak tiga tahun Lampau, Tetapi tak separah kali ini. Gerakan tanah memicu bangunan Penduduk retak-retak hingga sebagian rumah condong beberapa derajat.

Tak hanya itu, bagian depan Bilik dan ruang tengah kerap muncul retakan memanjang dengan lebar antara lebar 3-7 centimeter. Kondisi tersebut Membangun pemilik rumah khawatir akan potensi bangunan ambruk, sehingga terpaksa mengambil opsi mengungsi ke rumah kerabat.

“Kita dengan aparat kewilayahan telah menyalurkan kebutuhan logistik yang mendesak  sepertinya sembako dan kasur,” Terang Meidi.

Menanggapi kejadian tersebut, Wakil Bupati Bandung Barat Asep Ismail mengatakan akan menggelar rapat koordinasi dengan dinas terkait Kepada membahas nasib 30 rumah Penduduk yang terdampak pergerakan tanah.

Cek Artikel:  Pegadaian Jawa Barat Gelar Penyerahan Hadiah Undian Badai Emas Periode III di Lembang

Pemkab Bandung Barat juga bakal melibatkan Badan Geologi Kepada melakukan kajian di Posisi kejadian. Apalagi, pergerakan tanah di sana sudah terdeteksi sejak 2013.

“Tentunya ini perlu pengkajian. Dari informasi di lapangan, sudah tiga kali, pada 2013 kemudian 2024, serta kemarin 2025,” ungkapnya.

Kalau cukup berbahaya, pihaknya berencana melakukan relokasi terhadap Penduduk yang terdampak pergerakan tanah. Opsi-opsi penanganan akan diputuskan setelah rapat koordinasi dengan dinas terkait.

“Tentunya relokasi, itu kewajiban kita. Kita koordinasikan dulu dengan seluruh elemen pemangku kebijakan,” pungkasnya.

 

Mungkin Anda Menyukai