Sritex dan Ironi Negeri

APAKAH industri tekstil di negeri ini memasuki terowongan gelap? Begitu seorang Rekan bertanya kepada saya. Ia kaget Begitu mendapati Fakta bahwa PT Sritex, salah satu raksasa tekstil di Indonesia, akhirnya menyerah.

PT Sritex Tak Dapat diselamatkan dari kepailitan. Dengan begitu, Sritex akan tutup permanen pada 1 Maret 2025, mulai hari ini. Pernyataan heroik yang pernah dilontarkan Wakil Menteri Ketenagakerjaan Immanuel Ebenezer bahwa ia akan berjuang Tewas-matian agar Tak Terdapat pemutusan Interaksi kerja (PHK) di Sritex Tak berjejak sama sekali. Heroisme pernyataannya seperti tersapu oleh badai.

Bahkan, lebih dari 10 ribu karyawan Sritex dipastikan terkena PHK Begitu Pak Wamen belum sempat berikhtiar secara Tewas-matian. Atau, jangan-jangan, Begitu Pak Wamen baru mau akan berikhtiar menuju Tewas-matian, sudah keburu disapu badai PHK. Itulah kenapa, sang Mitra merasa perlu bertanya apakah industri tekstil sedang berada di terowongan gelap.

Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, Sumarno menjelaskan terkait dengan pekerja Sritex yang Terdapat. Para pekerja dikenai PHK per 26 Februari 2025 dan terakhir bekerja pada 28 Februari 2025, kemarin. Jumlah karyawan Sritex yang terkena PHK sebanyak 10.669 orang. Urusan pesangon menjadi tanggung jawab kurator. Jaminan Hari Uzur menjadi kewenangan BPJS Ketenagakerjaan.

Tercatat pekerja yang terkena PHK pada Januari 2025 di PT Bitratex Semarang ialah 1.065 orang, lanjut ke PHK pada 26 Februari 2025 terdapat pekerja PT Sritex Sukoharjo sebanyak 8.504 orang, PT Primayuda Boyolali sebanyak 956 orang, PT Sinar Panja Jaya Semarang sebanyak 40 orang, dan PT Bitratex Semarang sebanyak 104 orang. Dengan begitu, jumlah total PHK ialah 10.669 orang.

Cek Artikel:  Angan-Angan Swasembada Pangan

Kini, setelah gagal memenuhi janji mencegah PHK di Sritek, Wamen Immanuel Membangun janji baru. Apa itu? Ia menyatakan Kementerian Ketenagakerjaan akan menjamin hak-hak korban PHK sesuai dengan aturan yang Terdapat. “Kemenaker di garis terdepan membela hak buruh dan pemerintah menjamin buruh akan memperoleh hak-haknya,” ujar Noel, panggilan Immanuel, yang Lagi tetap mempertahankan gaya heroiknya.

Pak Wamen tentu Tak sedang bercanda Begitu mengeluarkan pernyataannya meskipun Begitu secara sinis menanggapi maraknya tagar #KaburAjaDulu dengan mengatakan ‘silakan kabur, kalau perlu jangan balik Tengah’, Pak Wamen bilang bahwa itu candaan. Kalau soal janji terhadap korban PHK Sritex kali ini, apa iya mau bercanda Tengah?

Saya Menyaksikan Tak Terdapat yang boleh dibercandai ihwal PHK Sritex ini. Sebaliknya, Sekalian elemen pemerintah mestinya lebih dari serius mencari solusi badai PHK, khususnya di industri tekstil, karena dampaknya Dapat ke mana-mana. Dapat-Dapat, kian hari, distrust muncul di berbagai lini. Begitu ini saja di media sosial, para netizen menyatakan bahwa rakyat kenyang makan janji dan omon-omon.

Bila Tak dijadikan sebagai alarm, jangan-jangan, saban Terdapat pejabat berjanji, Tak secuil pun pernyataan itu dipercayai. Itu malapetaka. Akan sakit rasanya bila satu per satu, kalimat demi kalimat pernyataan dinilai sebagai bualan. Karena itu, mestinya, para pejabat Membangun rencana matang bahwa Variasi masalah itu akan dicari exit strategy-nya, ditemukan solusinya, terlebih soal tekstil ini.

Cek Artikel:  Udin Kabel

Sejumlah kalangan yang mulai kebingungan bertanya-tanya mengapa industri tekstil kita yang pernah berjaya sejaya-jayanya kini tumbang satu per satu? Buat menjawab itu, Terang Tak cukup dengan janji heroik. Tak sepadan pula dengan pidato berapi-api bila ujung-ujungnya Tak Dapat diatasi.

Dalam lintasan jejak sejarah industri tekstil di Indonesia, Dapat kita lihat bagaimana dulu Presiden Sukarno dan Presiden Soeharto secara konsisten memperjuangkan industri tekstil dan produk tekstil (TPT) sebagai unggulan Indonesia. Kedua pemimpin itu mendudukkan industri TPT pada tempat istimewa. Presiden Sukarno bahkan menyebutkan pengembangan industri tekstil dalam negeri menjadi salah satu Metode mewujudkan ekonomi berdikari alias berdiri di atas kaki sendiri.

Bung Karno pernah merasa kesal atas maraknya tekstil impor yang masuk ke Indonesia. Pada 1933, atau Era penjajahan, dia menulis fenomena masifnya tekstil murah asal Jepang di Indonesia yang Membangun usaha tekstil Punya orang Indonesia bangkrut. Baginya, kedatangan barang murah asal Jepang itu Dapat menyebabkan malapetaka.

Hadirnya barang tersebut Dapat menghasilkan ketergantungan. Kalau Lalu berlarut, suatu Begitu ia perkirakan rakyat tak Dapat Tengah memakai tekstil karena harganya dinaikkan perusahaan asing dan pada Begitu bersamaan, tak Pandai memproduksi sendiri.

Cek Artikel:  Kearifan Lokal

Karena itulah, di era pemerintahannya, Bung Karno bahkan membentuk menteri yang Pusat perhatian mengurusi tekstil meski keberadaannya baru Terdapat di pengujung kekuasaannya. Namanya Menteri Perindustrian Tekstil dan Rakyat yang dipimpin Muhammad Sanusi. Pada 1961, Sukarno juga membentuk PN Industri Pakaian sebagai perusahaan negara yang memproduksi tekstil. Kemudian berubah nama menjadi PT Industri Pakaian Nusantara (persero).

Pada Era Presiden Soeharto, industri TPT Lagi mendapat perhatian Tertentu. Riset Jan Luiten van Zanden dan Daan Marks dalam Ekonomi Indonesia 1800-2010 menjelaskan bahwa Presiden Soeharto menggeber kebijakan deregulasi Buat Perlindungan yang Dapat menghambat pengembangan industri manufaktur, mencakup pengurangan dalam tarif dan hambatan tarif, liberalisasi peraturan-peraturan asing, reformasi sektor finansial, dan upaya-upaya Buat mengurangi kekuatan monopoli dari bisnis besar.

Atas kebijakan itu, industri tekstil Indonesia mendapat angin segar. Setelah kebijakan itu mulai bermunculan perusahaan-perusahaan tekstil swasta. Sejak 1978 Tiba Agustus 1980 sudah muncul 120 proyek tekstil baru dengan rata-rata penanaman modal per tahun mencapai Rp80 miliar. Dari keberadaan industri baru tersebut, ekspor tekstil melonjak 250%.

Kini, kita mendapati Fakta sangat ironis. Industri tekstil dan produk tekstil yang pernah sangat berjaya Lalu bertumbangan, seolah tanpa Dapat diselamatkan. Apakah itu Sekalian cukup dijawab dengan janji dan orasi berapi-api? Entahlah.

 

Mungkin Anda Menyukai