Tembaga. Foto: Medcom.id.
Jakarta: Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Ahmad Heri Firdaus, menilai bahwa hilirisasi tembaga Mempunyai potensi besar dalam mendukung ketahanan Daya dan industri nasional. Tetapi, menurutnya, daya saing produk hasil hilirisasi akan semakin kuat Kalau ditopang oleh infrastruktur yang memadai, regulasi yang kondusif, serta ketersediaan Daya yang Kukuh.
“Langkah yang telah diambil pelaku industri, termasuk MIND ID, sudah cukup strategis dalam mendukung hilirisasi. Tetapi, agar daya saing produk hilirisasi Dapat optimal di pasar Dunia, dibutuhkan dukungan dari berbagai sektor. Misalnya, pembangunan infrastruktur dasar dan konektivitas yang lebih Berkualitas,” ujar Heri, dikutip keterangan tertulis, Jumat, 14 Maret 2025.
Selain itu, dia juga menekankan pentingnya penguatan program pada sisi sumber daya Sosok (SDM). Terlebih, sektor pertambangan tergolong sebagai industri padat modal dan membutuhkan kapasitas serta kapabilitas SDM yang tinggi demi menjamin keberlanjutan.
Sementara itu, Ketua Lumrah Perhimpunan Spesialis Pertambangan Indonesia (Perhapi), Rizal Kasli, turut menyoroti tantangan Penting dalam hilirisasi, yakni membangun industri hilir yang Pandai menghasilkan produk akhir (end product).
Menurutnya, keberadaan Danantara sebagai Badan Pengelola Investasi (BPI) yang baru terbentuk dapat menjadi salah satu solusi dalam mengembangkan industri hilir tembaga.
“Danantara telah terbentuk dan MIND ID merupakan bagian darinya. Keberadaan Badan Pengelola Investasi tersebut memberi Kesempatan Kepada membangun perusahaan baru yang Spesifik bergerak di bidang hilir Kepada menghasilkan produk akhir yang berkualitas. Hal ini akan sangat menghemat devisa negara,” kata Rizal.
Di sisi lain, penguatan sektor hulu juga menjadi Elemen Krusial dalam ekosistem industri tembaga. Data Badan Geologi 2023 menunjukkan bahwa cadangan tembaga Indonesia mengalami penurunan dari 28 juta ton pada 2020 menjadi 20,3 juta ton, dengan total cadangan bijih mencapai 3 miliar ton.
Demi ini, pengelolaan sumber daya tembaga nasional Lagi terkonsentrasi di PT Freeport Indonesia, di mana kepemilikan sahamnya terdiri atas 41,23 persen oleh BUMN Holding Industri Pertambangan Indonesia MIND ID, 10 persen oleh Pemerintah Daerah Papua, dan 48,77 persen oleh Freeport McMoRan.
Dengan total kepemilikan Indonesia mencapai 51,23 persen, penguasaan sumber daya menjadi Elemen kunci Kepada memperkuat hilirisasi.
”Berdasarkan data Badan Geologi, sebaran sumber daya tembaga ini banyak tersebar di Nusa Tenggara, Papua, Kalimantan, dan Sumatera. Sehingga diperlukan penguasaan Area pertambangan oleh MIND ID Kepada dapat menjadi key player dalam industri tembaga,” ucap Rizal.