Perbaikan Lingkungan dan Sanitasi untuk Kurangi Stunting

Perbaikan Lingkungan dan Sanitasi untuk Kurangi Stunting
Anggota menggunakan jamban di aliran kali di Desa Sukawijaya, Tambelang, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Rabu (20/12/2023).(ANTARA/Fakhri Hermansyah)

SANITASI yang layak dan akses terhadap air bersih menjadi faktor inti dalam pencegahan stunting pada anak-anak. Intervensi tersebut diperoleh lewat kajian ilmiah Konsentrasi Kesehatan Indonesia (FKI) terlihat jelas bahwa daerah dengan akses terbatas terhadap air bersih dan fasilitas sanitasi memiliki tingkat stunting yang lebih tinggi dibandingkan dengan daerah yang memiliki akses sanitasi yang baik.

Menurut Direktur Eksekutif FKI Prof. Safir F Moeloek, kajian FKI lewat studi literatur dan analisis data keluarga risiko stunting BKKBN menunjukkan bahwa kualitas air minum yang buruk serta sanitasi yang jelek di lingkungan keluarga meningkatkan risiko stunting hampir 1,5 kali.

Fakta ini diperoleh dengan analisis mendalam lewat systematic review dan uji skala prioritas melalui pendekatan community diagnosis yang belum banyak diimplementasikan dalam kebijakan kesehatan Indonesia.

Baca juga : 431.247 Keluarga di NTT Gaduho Stunting

Kajian FKI ini menemukan bahwa pencegahan stunting memang tidak bisa hanya fokus pada intervensi gizi semata, tetapi untuk jangka panjang, agar pencegahan stunting optimal maka sanitasi lingkungan dan akses air bersih juga harus mendapat fokus lebih.

Cek Artikel:  75 Pelajar Indonesia Raih Beasiswa Uni Eropa

“Sanitasi buruk menyebabkan anak-anak lebih rentan terhadap infeksi, seperti diare, yang mengganggu penyerapan nutrisi dan memperparah kondisi malnutrisi. Itu sebabnya akses terhadap air bersih dan sanitasi yang layak sangat penting untuk memastikan anak-anak tumbuh sehat dan terbebas dari stunting,” kata Safir dalam temu media Konsentrasi Kesehatan Indonesia (FKI) di Jakarta Selatan, Kamis (19/9).

Dengan minimnya ketersediaan akses fasilitas buang air besar bisa meningkatkan risiko 1,27 kali ketiadaan fasilitas buang air besar dan ketiadaan septic tank meningkatkan risiko stunting.

Baca juga : Perempuan Berperan Krusial dalam Penyediaan Air Minum yang Bersih

“Tiga faktor berdaya dampak besar cegah stunting yakni sanitasi, akses air bersih, skrining dan cegah anemia sejak ibu hamil,” ujar Menteri Kesehatan periode 2014-2019 tersebut.

Cek Artikel:  Polisi Konfirmasi tidak Terdapat Keterlibatan Anak Ketua Partai dalam Kasus Bullying SMA BINUS

Senada dengan Safir Moeloek, peneliti kedokteran komunitas FK UI dr. Ray Wagiu Basrowi menjelaskan kajian FKI juga mengidentifikasi 3 faktor kunci yang sangat berdampak besar untuk mencegah stunting dalam jangka panjang, yaitu menurunkan anemia (lewat skrining, optimasi intervensi tablet tambah darah dan nutrisi lain), tingkatkan akses dan kualitas sanitasi dan air minum/air bersih dan peningkatan kualitas ANC.

“Terdapat hasil yang konsisten dari sejumlah penelitian skala besar tentang anemia pada ibu meningkatkan risiko stunting hingga 2,3 kali lebih besar. Sehingga intervensi skrining anemia di komunitas, posyandu dan layanan primer, mengoptimalkan intake zat besi, baik itu tablet tambah darah maupun asupan nutrisi sumber protein dan zat besi harus jadi intervensi prioritas pada ibu hamil agar stunting bisa dicegah secara berkelanjutan,” ujarnya.

Cek Artikel:  Jogja Diguncang Gempa, Beberapa Rumah di Gunungkidul Dilaporkan Rusak

Baca juga : Wapres: Pusingkatan Akses Air dan Sanitasi Dorong Penurunan Stunting

Kondisi anak yang tumbuh lebih pendek dari standar usianya karena kekurangan gizi kronis, tidak hanya disebabkan oleh kurangnya asupan makanan bergizi, tetapi juga terkait erat dengan lingkungan hidup yang tidak sehat.

Stunting telah menjadi salah satu isu kesehatan serius di Indonesia. Menurut data dari Kementerian Kesehatan, sekitar 21,6% anak di bawah usia lima tahun di Indonesia masih mengalami stunting.

Kondisi ini tidak hanya memengaruhi pertumbuhan fisik, tetapi juga berdampak jangka panjang pada perkembangan kognitif, prestasi pendidikan, dan produktivitas ekonomi di masa depan.

“Kami menyerukan kolaborasi lintas sektor yang lebih kuat, terutama di daerah-daerah terpencil, untuk memastikan bahwa setiap anak memiliki akses ke air bersih dan sanitasi yang layak,” pungkasnya.

 

Mungkin Anda Menyukai