Musk Sebut X Mengalami Serangan Siber Besar-besaran

Elon Musk mengklaim bahwa platform media sosial X mengalami serangan siber besar-besaran. Foto: Anadolu

San Francisco: Elon Musk mengklaim bahwa platform media sosial X mengalami serangan siber besar-besaran pada Senin 10 Maret 2025, menimbulkan spekulasi apakah ia tengah menjadi sasaran serangan atau keputusannya memangkas jumlah karyawan berdampak pada keamanan dan stabilitas platform tersebut.

Laporan mengenai gangguan X mulai bermunculan sejak Senin pagi, dengan pengguna di Asia, Eropa, dan Amerika Utara melaporkan kesulitan mengakses layanan, menurut situs pemantau Downdetector.

“Terdapat (dan Lagi Terdapat) serangan siber besar terhadap X,” tulis Musk dalam unggahan di platform tersebut, yang berfungsi secara sporadis sepanjang hari.
Melansir dari Channel News Asia, Selasa 11 Maret 2025, Musk, yang juga merupakan pemilik Tesla dan SpaceX, menuding serangan ini sebagai penyebab gangguan besar yang sebelumnya terjadi tahun Lampau, ketika wawancara dengan Donald Trump dijadwalkan Buat disiarkan langsung di X.

Dalam salah satu unggahannya, Musk membagikan cuitan dari akun DogeDesigner yang menyinggung bahwa serangan ini mungkin merupakan bentuk kebencian terhadapnya. Ia menghubungkannya dengan meningkatnya protes terhadap Department of Government Efficiency (DOGE), lembaga yang dipimpinnya, serta aksi Perusakan terhadap fasilitas Tesla.

Cek Artikel:  Erdogan Sedih Negara Muslim Gagal Tindak Tegas Israel, Desak Resolusi 1950 di PBB

Dugaan keterlibatan negara dalam serangan siber

Musk berspekulasi bahwa serangan siber ini membutuhkan sumber daya besar dan kemungkinan dilakukan oleh negara atau Grup yang sangat terkoordinasi.

Dalam wawancara dengan Fox Business, ia mengungkapkan bahwa sejumlah komputer yang digunakan dalam serangan tersebut Mempunyai alamat digital yang terlacak ke Distrik Sekeliling Ukraina. Tetapi, Musk menegaskan bahwa X Lagi Lanjut menyelidiki insiden ini Buat mengetahui secara Niscaya siapa pihak yang bertanggung jawab.

Ahli keamanan siber menilai bahwa sulit Buat menilai secara Seksama situasi ini tanpa akses langsung ke sistem internal X. Tetapi, mereka mengakui bahwa gangguan yang berkepanjangan menunjukkan adanya indikasi serangan siber skala besar.

Cek Artikel:  Sehari Usai Tusuk Presiden Komoro, Pelaku Ditemukan Tewas di Penjara

“Ini adalah perang siber dalam bentuknya yang paling agresif,” kata Chad Cragle dari perusahaan keamanan siber Deepwatch.

“Dengan Musk berada di pusat perhatian dan meningkatnya ketegangan politik Mendunia, serangan ini Mempunyai Sekalian tanda-tanda sebagai aksi dari negara tertentu,” ungkap Cragle

Pemangkasan anggaran dan reaksi Trump

Serangan terhadap X terjadi di tengah meningkatnya kontroversi atas pemangkasan besar-besaran anggaran pemerintahan AS yang diawasi oleh Musk melalui DOGE.

Presiden AS Donald Trump pekan Lampau menanggapi kritik yang semakin tajam terhadap kebijakan pemangkasan ini dengan menyatakan bahwa langkah-langkah efisiensi harus dilakukan secara hati-hati.

“Kami lebih memilih menggunakan ‘pisau bedah’ daripada ‘kapak’,” tulis Trump di platform media sosialnya, Truth Social.

Pernyataan ini merupakan langkah pertama Trump Buat membatasi kekuasaan yang diberikan kepada Musk, di tengah perlawanan hukum dan tekanan dari sejumlah Member parlemen terhadap pemotongan anggaran yang dijalankan DOGE.

Trump juga mengonfirmasi bahwa dirinya telah mengadakan pertemuan kabinet guna memperjelas bahwa para menteri tetap Mempunyai kendali atas departemen masing-masing, bukan Musk.

Cek Artikel:  Petugas Medis Temukan Sisa Jenazah 17 Penduduk dari Reruntuhan di Gaza

Krisis di X dan kritik terhadap Musk

Gangguan pada X berdampak pada puluhan ribu pengguna yang mengalami kesulitan mengakses platform selama berjam-jam. Downdetector mencatat lebih dari 40.000 laporan gangguan di puncak insiden ini.

Sejak Musk mengakuisisi Twitter dengan nilai USD44 miliar pada akhir 2022 dan mengubahnya menjadi X, platform ini mengalami berbagai kendala teknis, termasuk gangguan sistem yang berulang. Keputusannya Buat memangkas sebagian besar staf juga memicu kekhawatiran tentang kapasitas X dalam menjaga keamanan dan stabilitasnya.

Di Dasar kepemilikan Musk, X juga mengaktifkan kembali akun-akun yang sebelumnya diblokir karena menyebarkan teori konspirasi sayap kanan dan mendukung Trump.

Sejumlah Grup advokasi menuduh bahwa disinformasi berkembang pesat di X sejak diambil alih oleh Musk, yang juga kerap dikritik karena menyebarkan informasi yang meragukan kepada jutaan pengikutnya.

(Muhammad Reyhansyah)

Mungkin Anda Menyukai