RI Berpeluang Kena Tarif Impor AS Gegara Masuk BRICS

Jakarta: Ketua Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (Himki) Abdul Sobur mengungkapkan adanya potensi Indonesia dikenakan tarif impor oleh Amerika Perkumpulan (AS). Pernyataan tersebut diperoleh setelah Sobur bertanya langsung kepada Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso dalam acara Indonesia International Furniture Expo (IFEX) 2025 yang digelar di Jakarta International Expo (JIExpo) Kemayoran, Jakarta, Jumat (7/3).

Sobur menjelaskan potensi pengenaan tarif disebabkan Indonesia Tak Mempunyai perjanjian perdagangan bebas (Free Trade Agreement/FTA) dengan AS. Di sisi lain, Indonesia kini menjadi Personil blok ekonomi yang terdiri dari Brasil, Rusia, India, Tiongkok, dan Afrika Selatan atau BRICS.

“Saya tanya langsung ke Mendag, katanya belum Terdapat Tiba Demi ini (soal tarif impor). Tapi, (kata Mendag) nada-nadanya sih Indonesia Dapat dikenakan tarif. Kita kan Tak punya FTA dengan AS, ini rawan sekali,” ujar Sobur dalam Penutupan IFEX 2025 di JIEXpo, Minggu, 9 Maret 2025.

Cek Artikel:  KITB Gaet Perusahaan Korea Selatan di Vietnam Manufacturing Expo 2024

Pengusaha mebel pun mengaku ketar-ketir mengenai Kesempatan Indonesia dikenakan tarif impor dari Presiden AS Donald Trump. “Ketika misalnya Trump Membangun semacam balasan, ‘You kan Indonesia sudah masuk BRICS, kalau gitu kita berikan (tarif impor)’, Wafat lah kita pak,” kata Sobur.

Menurut Ketua Himki itu, pengenaan tarif impor AS diberlakukan secara merata bagi Sekalian Kenalan dagang yang dianggap mengancam kepentingan politik maupun ekonomi Negara Om Sam.

Ini terlihat dari keputusan Trump pada Selasa (4/3), yang Meningkatkan tarif impor pada barang dari Tiongkok menjadi sebesar 20 persen. Pengenaan tarif juga diterapkan pada barang-barang impor dari Kanada dan Meksiko sebesar 25 persen.

“Kebijakan AS ini seperti memberikan ekualitas kepada siapapun Kenalan dagangnya. Meksiko, Kanada sudah dibantai, Tiongkok juga dihantam,” ucap Sobur.
 

Cek Artikel:  BKPM Pede Sasaran Investasi 2024 Tercapai


(Menteri Luar Negeri Sugiono dalam pertemuan BRICS di Kazan, Rusia: Foto: Instagram)
 

Berharap permintaan ekspor furnitur Lagi ‘meluber’

Sementara, Co-Founder & Design Director Djalin Furniture Sita Fitriana mengaku Meletakkan perhatian mengenai potensi Pengaruh perang dagang AS dengan Kenalan lainnya. Pasalnya, secara komposisi penjualan produk furnitur rotan Djalin lebih besar ke pasar ekspor dengan Asia, Eropa, dan AS sebagai pangsa Istimewa. 

“Kita sebetulnya agak concern (perhatian) dengan isu ini. Buyers kita banyak dari AS, Eropa, dan Asia,” ucap dia. 

Kendati di tengah ketidakpastian Dunia dan pelemahan daya beli masyarakat, Sita berharap permintaan ekspor furnitur dari Indonesia Lagi Lalu melaju.

“Harapannya supaya market Dunia furnitur Tak terlalu terdampak besar. Kita Lagi optimistis industri ini Lagi berkembang Berkualitas ke depannya,” ucap dia.

Cek Artikel:  Tren Digitalisasi Lanjut Meningkat di Sektor Keuangan

Diketahui, IFEX merupakan salah satu pameran furnitur dan kerajinan Dunia terbesar. Pameran tahun ini menghubungkan lebih dari 12 ribu buyers atau pembeli dari dalam negeri maupun mancanegara.

Himki mencatat selama empat hari pergelaran IFEX 2025 dari Kamis-Minggu, 6-9 Maret 2025, tercatat transaksi on the spot mencapai USD350 juta atau setara Rp5,7 triliun (kurs Rp16.294). Bilangan ini lebih tinggi dari capaian tahun Lampau yang sebesar USD300 juta.

Mungkin Anda Menyukai