Truk Sokongan kemanusiaan bertolak menuju Jalur Gaza. (Anadolu Agency)
Tel Aviv: Israel menghentikan masuknya Seluruh barang dan pasokan Sokongan ke Jalur Gaza pada hari Minggu, 2 Maret 2025, seraya memperingatkan “konsekuensi tambahan” Apabila Hamas Tak menerima usulan baru Buat memperpanjang gencatan senjata Demi ini.
Mengutip dari Times Colonist, Hamas menuduh Israel mencoba menggagalkan perjanjian gencatan senjata yang berlaku Demi ini, dan mengatakan keputusannya Buat menghentikan Sokongan adalah “pemerasan murahan, kejahatan perang, dan serangan terang-terangan” terhadap gencatan senjata.
Gencatan senjata di Gaza mulai berlaku pada 19 Januari setelah lebih dari setahun dinegosiasikan. Sejauh ini, Israel dan Hamas sama-sama Tak mengatakan gencatan senjata telah berakhir.
Fase pertama gencatan senjata, yang mencakup lonjakan Sokongan kemanusiaan, berakhir pada hari Sabtu kemarin. Kedua belah pihak belum merundingkan fase kedua, di mana Hamas akan membebaskan puluhan sandera yang tersisa sebagai imbalan atas penarikan Laskar Israel dan gencatan senjata permanen.
Seorang pejabat Israel, yang berbicara dengan syarat anonim sesuai dengan peraturan, mengatakan keputusan Buat menangguhkan Sokongan dibuat dalam koordinasi dengan pemerintahan Amerika Perkumpulan (AS) di Rendah Presiden Donald Trump.
Tak Terdapat komentar langsung dari AS tentang proposal yang diumumkan Israel, atau keputusannya Buat menghentikan Sokongan ke Gaza. Israel mengatakan proposal baru tersebut telah didukung oleh AS.
Ratusan truk Sokongan telah memasuki Gaza setiap hari sejak gencatan senjata dimulai pada 19 Januari, dan Tak Terang apa Akibat langsung dari penghentian Sokongan tersebut.
Israel mengatakan proposal baru tersebut, yang katanya berasal dari utusan AS Buat Timur Tengah Steve Witkoff, menyerukan perpanjangan gencatan senjata hingga Ramadan dan hari raya Paskah Yahudi (Passover), yang berakhir pada 20 April.
Gencatan Senjata Gaza
Berdasarkan proposal tersebut, Hamas akan membebaskan Sebelah dari sandera pada hari pertama dan sisanya ketika kesepakatan dicapai mengenai gencatan senjata permanen, menurut kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.
Menteri Luar Negeri Gideon Saar mengatakan Israel siap Buat bernegosiasi mengenai fase gencatan senjata berikutnya, tetapi bersikeras agar lebih banyak sandera dibebaskan selama pembicaraan. Ia mengatakan Israel telah menerima surat tambahan dari pemerintahan Koe Biden yang mengatakan Tak Terdapat transisi Mekanis antara fase gencatan senjata.
“Kami memenuhi Seluruh komitmen kami (di Rendah Fase 1) hingga hari terakhir, Yakni kemarin,” kata Saar dalam konferensi pers.
“Posisi kami adalah bahwa selama negosiasi, para sandera harus dibebaskan,” sambungnya.
Hamas memperingatkan bahwa setiap upaya Buat menunda atau membatalkan perjanjian gencatan senjata akan menimbulkan “konsekuensi kemanusiaan” bagi para sandera, dan menegaskan kembali bahwa satu-satunya Metode membebaskan mereka adalah melalui penerapan kesepakatan yang Terdapat, yang Tak menentukan batas waktu Buat membebaskan para sandera yang tersisa.
Hamas mengatakan pihaknya bersedia membebaskan para sandera yang tersisa sekaligus di Tahap 2, tetapi hanya dengan imbalan pembebasan lebih banyak tahanan Palestina, gencatan senjata permanen, dan penarikan Laskar Israel.
Baca juga: Israel Setuju Perpanjang Gencatan Senjata Selama Ramadan, Hamas Menolak