Meyakinkan Pemilih Bimbang

KONTESTASI demokrasi, termasuk pemilihan presiden, merupakan momen penting dalam perjalanan sebuah negara. Para capres dan cawapres itu merupakan kandidat pemimpin yang akan menjalankan roda pemerintahan.

Rakyat sebagai pemilik mandat akan memiliki momentum untuk membandingkan kandidat di panggung yang sama dalam membahas masalah yang sama. Itulah suguhan yang mestinya tersaji dalam debat capres, besok.

Adu gagasan yang bernas serta program kerja yang jelas dan membawa perubahan atas kesulitan hidup publik diharapkan jadi menu utama debat. Calon pemilih ingin melihat saling sanggah dalam debat bisa muncul sehingga debat akan mengerucut dan bukan sekadar politik kemasan.

Rangkaian pembuka debat kandidat dalam Pilpres 2024 bakal digelar besok dengan tema meliputi pemerintahan, hukum, hak asasi manusia (HAM), pemberantasan korupsi, penguatan demokrasi, peningkatan layanan publik, dan kerukunan warga.

Cek Artikel:  Cawe-Cawelah Urus Pemudik

Publik akan menanti bagaimana tiga kandidat calon presiden memaparkan jalan keluar terhadap persoalan memblenya pemberantasan korupsi, karut-marutnya tatanan hukum, serta mampatnya kebebasan berekspresi yang jadi fakta baru rasa lama di negeri ini.

Debat perdana antarcapres Pemilu 2024 juga akan krusial memengaruhi pilihan swing voter

atau pemilih bimbang. Debat perdana merupakan momen penting untuk melihat gagasan para capres sehingga dapat menjadi panduan bagi pemilih rasional dan pemilih pemula.

Kagak hanya gagasan, pemilih akan sangat menanti penampilan para calon pemimpin mereka dari gaya bahasa maupun gestur tubuh. Dari debat itulah, pemilih akan menentukan calon presiden yang dianggap memiliki pemikiran dan visi yang jelas serta mampu memimpin negara dengan baik.

Bagi ketiga kandidat capres, debat pertama itu harus dipandang sangat penting untuk meyakinkan pemilih. Bagus capres nomor urut 1 Anies Baswedan, nomor 2 Prabowo Subianto, maupun nomor urut 3 Ganjar Pranowo tidak boleh memandang debat itu sekadar seremonial pilpres. Kita mengapresiasi ketika ketiganya memilih rehat dari kampanye untuk memaksimalkan persiapan debat.

Debat mesti menjadi kesempatan untuk menunjukkan keterampilan dan kemampuan dalam menghadapi tantangan politik dan kebijakan publik sehingga mampu menarik hati memilih. Debat bahkan akan menjadi kesempatan besar untuk menggerakkan pemilih sebelum waktu pemungutan suara nanti.

Apalagi, survei yang dilakukan sejumlah lembaga survei menunjukkan masih cukup banyak rakyat yang memiliki hak pilih belum menentukan pilihan mereka.

Bahkan jajak pendapat yang dilakukan Litbang Kompas

menunjukkan tren anomali, yakni jumlah pemilih mengambang semakin membesar, mencapai 28,7%. Padahal, pemilih ragu-ragu yang direkam lembaga survei yang sama pada Agustus lalu hanya 15,4%.

Kebiasaanlnya, semakin mendekati pemungutan suara, pemilih semakin terkonsolidasi untuk mendukung paslon idaman mereka. Tetapi, kini dua bulan menjelang pencoblosan, jumlah pemilih bimbang naik.

Situasi itu bisa dimaknai bahwa rakyat masih menunggu debat capres-cawapres untuk memantapkan dukungan. Hanya debat yang berkualitas serta padat gagasan untuk membenahi kehidupan bangsa ini yang akan benar-benar menjadi acuan bagi rakyat untuk menentukan arah perjalanan bangsa ini. Karena itu, jangan merendahkan nalar pemilih dengan menyajikan debat kaleng-kaleng, alias debat-debatan.

Mungkin Anda Menyukai