Menelanjangi Capres di Mimbar Debat

SESI pertama dari lima rangkaian debat calon presiden dan calon wakil presiden di Pilpres 2024 terselenggara dengan baik tadi malam. Pesan yang baik pun tersaji dalam debat itu sebagai panduan bagi rakyat untuk memilih yang terbaik pada 14 Februari 2024 mendatang.

Kita menyambut baik, debat pertama berlangsung secara terbuka dan dinamis. Kekhawatiran bahwa debat akan berjalan bak cerdas cermat tidak sepenuhnya menjadi kenyataan. Kecemasan bahwa debat akan bergulir sekadar tanya jawab pun terhindarkan.

Perdebatan antara capres nomor 1 Anies Baswedan, capres nomor 2 Prabowo Subianto, dan capres nomor 3 Ganjar Pranowo berlangsung seru, bahkan sengit. Ibarat pertandingan sepak bola, peserta debat bersemangat jual beli serangan.

Seperti halnya adu tinju, ketiga capres termotivasi tukar tambah pukulan. Tentu, di antara mereka ada yang asal memukul, ada yang menyerang dengan penuh perhitungan, ada yang hit and run, ada pula yang lebih banyak bertahan.

Cek Artikel:  Cemas Harga Pangan Tancap Gas

 

Bagaimanapun, debat pertama dengan tema hukum, HAM, pemerintahan, antikorupsi, dan penguatan demokrasi itu patut dijadikan pijakan untuk debat-debat berikutnya agar lebih berkualitas dan lebih substantif lagi. Dengan debat yang bermutu, akan ketahuan siapa sejatinya capres yang paling layak memimpin 280 juta manusia Indonesia lima tahun ke depan.

Siapa sesungguhnya para capres pun sudah tergambar di panggung debat pertama yang cukup berhasil ‘menelanjangi’ mereka. Bukan cuma soal isi kepala, stok pikiran, tapi sifat dan karakter mereka pun mulai atau bahkan kian tenkorfirmasi. Terdapat capres yang memang pintar, menguasai masalah, serta punya gagasan dan kebaruan ide untuk menyelesaikan masalah.

Salah satu ciri pemimpin yang pintar ialah mendasarkan setiap kebijakan pada data, ilmu pengetahuan, bukan asal-asalan, tidak semaunya, pantang suka-suka. Lebih dari itu, dia juga berwatak baik, tenang, dan mumpuni dalam mengendalikan diri, tapi tegas dan konsisten.

Cek Artikel:  Dilema Mengertinan Soal Perberasan

Terdapat capres yang belum kelihatan pintar, karakternya menjadi sorotan pula. Dia terkesan arogan, emosional, ketika rivalnya memberikan pertanyaan atau tanggapan menohok tajam.

Bukan hanya harus punya kapasitas dan penyelesai persoalan, pengendalian diri juga penting, sangat krusial, bagi seorang presiden. Sebagai pemimpin tertinggi, dia wajib matang jiwa dan raga. Apa jadinya jika negara dipimpin oleh presiden temperamental? Mau jadi apa bangsa ini jika pemimpinnya belum tegak hendak berlari, bertensi tinggi, gampang sensi, ketika menghadapi kritik dan penetrasi?

Debat memang tidak serta-merta memengaruhi pilihan, tapi ia bisa menjadi bagian dari tolok ukur seberapa pintar bangsa ini memilih pemimpin. Kita berharap, sangat berharap, debat tidak cuma tontonan, tetapi jadi pijakan dalam menjatuhkan pilihan.

Cek Artikel:  Hati Lapang Sambut Putusan MK

Bukan hanya bagi swing voters, massa mengambang, yang jumlahnya menurut salah satu lembaga survei masih di kisaran lebih dari 20%, tapi juga buat mereka yang sudah memiliki pilihan. Pilpres akan menghasilkan presiden dan wakil presiden hebat yang terpilih bukan karena gimik dan iming-iming sesat sesaat, melainkan lahir dari rakyat yang pintar dan rasional. Debat menawarkan rasionalitas itu.

 

Mungkin Anda Menyukai