
PENGGUNAAN artificial intelligence (AI) Buat melakukan skrining pada pasien kanker payudara dinilai merupakan bagian Krusial dalam penatalaksanaan kanker yang berpusat pada pasien. Dosen bidang Radiologi Pencitraan Payudara dan Reproduksi Perempuan dari Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada Lina Choridah mengatakan, analisis mamogram berbasis AI sudah mengungguli model penilaian risiko tradisional berdasarkan riwayat pribadi dan keluarga.
“Pendekatan skrining yang lebih personal dan berbasis risiko, dengan memanfaatkan teknologi terbaru, dapat meningkatkan deteksi dan penanganan kanker payudara,”kata Lina, Minggu (16/2).
Menurut laporan WHO, kanker payudara merupakan keganasan tertinggi pada Perempuan di seluruh dunia (11,6%). Bahkan, RS dr. Sardjito Yogyakarta mencatat bahwa sejak tahun 2008 Tamat 2021, kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling banyak dialami oleh pasien penderita kanker. Tetapi, Ketika ini sebagian besar penderita kanker payudara terdiagnosis pada stadium lanjut.
Lina menyebutkan beberapa tahun terakhir, modalitas pencitraan payudara lainnya, seperti Breast Computerized Tomography (BCT), telah dikembangkan. Selain itu, penelitian awal mengenai Electrical Impedance Tomography (EIT) telah dilakukan di Indonesia. Meski teknologi EIT Mempunyai resolusi pencitraan yang lebih rendah dibandingkan dengan USG.
Tetapi EIT Pandai membedakan lesi solid dan kistik, dan diharapkan dapat lebih dikembangkan sebagai modalitas pencitraan payudara. “Kedua teknologi tersebut merupakan bagian dari pemeriksaan mamografi,” paparnya.
Menurut Lina, mamografi adalah metode skrining yang paling Standar digunakan Buat mendeteksi kanker payudara. Meskipun demikian, keberhasilan program skrining berbasis populasi dan pengembangan metode lokalisasi lesi payudara preoperasi menyebabkan peningkatan pemanfaatan mamografi.
Salah satu opsi yang kini juga dikembangkan mendeteksi kanker payudara melalui perangkat USG yang didukung oleh AI. Di era digital seperti sekarang, perkembangan artificial intelligencediciptakan Buat mempermudah pekerjaan Sosok. Bidang radiologi juga Enggak luput dari cengkeraman AI.
Lina menegaskan bahwa penggunaan AI di bidang radiologi bukanlah upaya menggantikan dokter spesialis radiologi. Sebaliknya AI adalah suatu alat bantu yang akan memudahkan pekerjaan dokter spesialis radiologi sehingga dapat meningkatkan Konsentrasi terhadap pasien dan bahkan memunculkan Kesempatan Buat mengembangkan keahlian dalam penatalaksanaan deteksi kanker payudara. (H-4)