TANTANGAN global semakin kompleks, antara lain semakin banyaknya jumlah penduduk yang membuat kebutuhan pangan terus meningkat, sementara sumber daya alam semakin menipis, dan biaya bahan baku semakin mahal.
Ditambah lagi, dampak perubahan iklim semakin terasa, termasuk menyebabkan cuaca makin tak menentu hingga mengganggu pertanian. Dalam menghadapi tantangan tersebut, diperlukan langkah-langkah inovatif. Pemanfaatan biosolutions bisa menjadi salah satunya.
“Biosolutions merupakan produk, layanan, proses, dan peralatan yang berasal dari pemanfaatan sumber daya biologis. Beberapa contohnya antara lain, enzim, bakteri, jamur, probiotik, dan protein khusus,” ujar Novonesis Regional President APAC and Senior Vice President Food & Beverage Biosolutions, Lensey Chen, Minggu (15/9).
Baca juga : Analis Serius Harga Emas Lalu Naik hingga 2025
Novonesis merupakan perusahaan global asal Denmark yang sudah berpengalaman lebih dari 100 tahun di bidang biosolutions.
Dalam industri pangan, lanjutnya, biosolutions mengurangi penggunaan bahan kimia (termasuk pengawet, perisa, penstabil), energi, dan air, sehingga proses produksi dapat lebih berkelanjutan.
Biosolutions juga meningkatkan efisiensi dan hasil produksi, mengurangi limbah, meningkatkan kualitas produk, serta memperpanjang usia penyimpanannya.
Baca juga : BKKBN : Pembangunan Harus Libatkan dan Untungkan Penduduk
“Sebagai contoh, pembuatan roti dengan enzim tertentu akan membuat roti lebih enak, memiliki tekstur yang lebih baik, dan memiliki waktu simpan lebih lama, sehingga dapat mengurangi penggunaan pengawet kimia. Demikian juga untuk pembuatan yogurt, kultur bakteri tertentu akan meningkatkan cita rasanya dan mengurangi kebutuhan bahan baku. Jadi, dengan susu yang lebih sedikit bisa menghasilkan yogurt lebih banyak. Kultur bakteri baik juga dapat dipakai untuk menghasilkan es krim dengan kandungan probiotik yang memiliki manfaat kesehatan. Demi produksi daging vegan yang berbasis kedelai, enzim khusus akan membantu meningkatkan teksturnya sehingga mirip daging sapi,” terang Lensey.
Di Indonesia, lanjutnya, Novonesis telah bermitra dengan sejumlah pelaku di industri pangan. Pihaknya menyediakan teknologi biosolutions, lengkap dengan layanan alih teknologi dan peningkatan kapasitas sumber daya manusia (SDM) terkait, sehingga teknologi tersebut benar-benar bisa diterapkan secara maksimal dalam proses produksi oleh para mitra Novonesis.
Perusahaan yang beroperasi secara global ini memiliki kantor perwakilan dan warehouse di Indonesia. Ke depan, Lensey optimistis, kolaborasi dengan industri pangan di Indonesia akan semakin luas.
Baca juga : Hari Kampanye Mengakhiri Spesiesisme Sedunia Advokasi Nasib Hewan di Masa Depan
“Mengingat, pemerintah Indonesia telah memasang target tahun 2045 sebagai tahun Indonesia menjadi Lumbung Pangan Dunia,” imbuh Lensey.
Menurutnya, saat ini di kawasan Asia Pasifik, terutama di Tiongkok, Korea Selatan, Jepang, dan Singapura, penerapan biosolutions telah berkembang signifikan. Hal itu tak lepas dari dukungan kebijakan pemerintah negara-negara tersebut. Ia meyakini, Indonesia juga memiliki potensi besar untuk mengadopsi biosolutions.
“Selain karena kebutuhan pangan yang terus meningkat, juga karena peningkatan kesadaran konsumen akan pentingnya sustainability dan produk pangan yang lebih sehat,” tutupnya. (J-3)