![Perhatikan para Ayah, Kelola Stres dengan Baik, Jejak Stres Terbawa ke Sel Sperma](https://mediaindonesia.gumlet.io/news/2025/02/05/1738712973_6b5a029d30cb69c6e84d.jpg?w=800&q=80&format=webp)
PENELITIAN terbaru yang dimuat dalam jurnal Molecular Psychiatry menyebut, terdapat epigenetik” yang berbeda pada sel sperma Orang Sepuh yang pernah mengalami stres tinggi di masa kecil.
Penanda epigenetik pada Orang Sepuh yang Mempunyai pengalaman stres berat pada masa kanak-kanak berpengaruh pada keturunannya. Jejak trauma tersebut terekam dalam sel spermanya.
Epigenetika melibatkan bagaimana pembacaan DNA, yakni cetak biru yang digunakan Buat membangun protein dan molekul yang membentuk tubuh. Epigenetika Tak mengubah kode dasar DNA, melainkan mengubah gen mana yang dapat diaktifkan. Penelitian menunjukkan, pengalaman hidup dan juga lingkungan tempat kita tumbuh dapat meninggalkan perubahan epigenetik pada DNA, yang Dapat mengubah aktivitas gen.
“Epigenetika pada dasarnya menunjukkan gen mana yang aktif,” kata penulis Penting studi Dr. Jetro Tuulari, profesor di Universitas Turku di Finlandia.
Penelitian ini menegaskan banyak penelitian lain yang menyelidiki apakah pengalaman hidup orang Sepuh dapat diwariskan kepada generasi mendatang melalui perubahan epigenetik ini.
Para peneliti menuturkan, Krusial Buat dicatat bahwa bidang penelitian ini Tetap dalam tahap awal. “Menyaksikan perubahan epigenetik pada sperma Tak serta merta berarti perubahan tersebut diturunkan kepada anak. Faktanya, para peneliti bekerja sangat keras Buat menjawab pertanyaan itu, kata Tuulari.
Beberapa studi psikologi sebelumnya juga telah menunjukkan bagaimana trauma yang dialami seseorang Dapat “diwariskan” kepada keturunannya. Para Ahli menyebutnya sebagai “trauma antargenerasi”.
“Trauma yang dialami dari sebuah kejadian personal juga Dapat diturunkan, misalnya kekerasaan atau pelecehan Begitu kanak-kanak,” kata Hammond.
Kondisi seorang ibu jia mengalami depresi berat memengaruhi kemampuannya menjalankan pengasuhan secara sehat. Akibatnya, anak dibesarkan dengan Opini bahwa Rekanan yang berjarak dan kurang dekat antara ibu dan anak sebagai sesuati yang normal. (H-2)