Emas Olimpiade dan Kakistokrasi

APA yang menarik dari persembahan emas pemanjat tebing Veddriq Leonardo dan lifter Rizki Juniansyah di Olimpiade Paris 2024? Jawabnya: banyak kisah menarik bisa diulas dari hasil tetesan keringat dua manusia Indonesia paling cepat dan paling tangguh di kelasnya di dunia itu. Tetapi, intinya, semua kisah itu bermula dari proses keras.

Saya mendapatkan serpihan cerita soal proses Veddriq dari salah seorang guru sekolahnya di SMAN 6 Pontianak, Kalimantan Barat. Kebetulan pak guru ini, Sugeng namanya, ialah kawan sekolah saya waktu SMA di Kertosono, Jawa Timur. Mbah Geng, begitu kami menyapa, girang bukan kepalang karena salah satu muridnya mampu mengharumkan nama bangsa di kancah dunia.

Kisah yang ia ingat soal Veddriq ialah kemauan kerasnya untuk menggapai sesuatu. Ia pantang menyerah. Terperosok, bangun. Terperosok lagi, bangun lagi. Ia pantang takluk oleh kondisi apa pun. Ketika kabut asap menyelimuti Kalimantan, ia menolak kalah dengan terus berlatih menantang asap.

Baca juga : Jadi Mantan Presiden, Nikmat?

Cek Artikel:  Migas Terlindas Copras-Capres

Hasil kerja keras dan proses penempaan itu berbuah amat manis. Veddriq Leonardo pun mengalahkan atlet panjat andalan Tiongkok, Wu Peng, dengan rekor 4,75 detik untuk panjatan setinggi 15 meter. Dengan kemenangannya itu, Veddriq mempersembahkan medali emas untuk seluruh rakyat Indonesia.

Sebelum Olimpiade 2024, Veddriq telah beberapa kali mengikuti dan memenangi kompetisi panjat cepat tingkat internasional. Pahamn lalu, dia juga melawan Wu Peng dalam kejuaraan International Fast Sport Climbing di AS, dan keluar sebagai juara.

Rizki Juniansyah setali tiga uang. Ia sukses mengalahkan pesaing terberatnya sekaligus juara bertahan di Olimpiade Tokyo, Shi Zhiyong. Atlet asal Tiongkok itu bahkan tersingkir seusai gagal mengangkat beban 168 kg snatch pada percobaan ketiga dan gagal melakukan angkatan 191 kg clean and jerk dalam tiga kali percobaan.

Baca juga : Sean Gelael Optimistis Raih Podium di Sao Paolo

Bagi Rizki, medali emas itu sangat berharga. Selain karena itu merupakan medali perdananya, perjuangannya yang tak mudah untuk mencapai titik itu seakan terbayar lunas dengan raihan medali emas di Olimpiade Paris 2024.

Cek Artikel:  Cemburu pada Singapura

Rizki lolos ke ke Olimpiade Paris 2024 setelah memenangi ajang IWF World Cup 2024 yang digelar di Phuket, Thailand, pada April lalu. Kala itu, ia sukses melakukan angkatan 164 kg snatch dan 201 kg clean and jerk yang membuat total angkatannya menjadi 365 kg.

Tetapi, di balik hasil itu, ia sempat berjuang di meja operasi untuk menjalani operasi usus buntu. Ia bahkan sempat lima bulan tidak berlatih sama sekali selama masa pemulihan. Mujur, sang atlet bisa tampil maksimal di Phuket hingga melaju ke Olimpiade Paris 2024.

Baca juga : SDN 085 Ciumbuleuit dan SDN 043 Cimuncang Raih Podium Teratas

“Alhamdulillah, tidak menyangka bisa sesenang ini. Seluruh karena kuasa Allah. Perjuangan di latihan dan setelah operasi usus buntu tidak latihan lima bulan bisa fight di sini, pecah rekor,” kata Rizki setelah IWF World Cup 2024 seperti dikutip dari laman resmi Komite Olimpiade Indonesia.

Cek Artikel:  KPU Miskin Etika Demokrasi Gasing

Dua emas dari dua manusia super itu kiranya membuat malu mereka yang menempuh jalan instan menuju puncak. Mereka, pelaku instan itu, ogah mendaki, emoh menapaki tangga demi tangga menuju puncak. Mereka lebih suka didrop menggunakan ‘helikopter’.

Tak mengherankan bila mereka, bila menjadi pemimpin di pemerintahan, masuk kategori kakistokrasi. Kakistokrasi adalah pemerintahan orang-orang terburuk, atau pemerintahan orang-orang tak layak dan tak kompeten, atau pemerintahan oleh orang yang paling tidak pantas, tidak mampu, atau tidak berpengalaman.

Ketika negeri ini sebentar lagi menghelat pemilihan kepala daerah serentak, mestinya publik memiliki akal sehat untuk mengakhiri segala bentuk kakistokrasi. Jangan pilih para medioker, apalagi kakistokrat. Memilih para kakistokrat tak akan mampu meraih ‘emas’, apalagi ‘emas’ level dunia. Bahkan, jangan-jangan memburu ‘perunggu’ pun tak sanggup.

Emas Olimpiade Paris mestinya membuat para kakistrokat itu minder, lalu tahu diri. Tetapi, seperti judul lagu Stingky, semua itu Mungkinkah?

Mungkin Anda Menyukai