Tampilan DeepSeek. Foto: Anadolu.
Jakarta: Sebuah rancangan undang-undang yang diajukan oleh Senator Josh Hawley (R-MO) di Amerika Perkumpulan (AS) telah memicu kontroversi, karena mengusulkan hukuman berat bagi siapa saja yang mengunduh atau menggunakan teknologi kecerdasan buatan (AI) buatan Tiongkok, termasuk DeepSeek, di Daerah AS.
Rancangan undang-undang tersebut, yang diajukan minggu Lampau, bertujuan Buat melarang Anggota negara AS Buat mengembangkan kemampuan AI yang terkait dengan Tiongkok, termasuk DeepSeek, yang merupakan model AI yang sedang naik daun.
Kalau rancangan undang-undang ini disahkan, individu dapat menghadapi hukuman penjara hingga 20 tahun dan denda hingga USD1 juta (Sekeliling Rp16 miliar). Sementara perusahaan dapat dikenai denda hingga USD100 juta (Sekeliling Rp1,6 triliun) Buat pelanggaran.
Ben Brooks, seorang peneliti AI di Harvard, menyatakan rancangan undang-undang ini adalah tindakan legislatif paling agresif yang pernah dilakukan terhadap AI, menunjukkan langkah ini menunjukkan tingkat kekhawatiran yang meningkat terhadap perkembangan teknologi AI di Tiongkok.
Kekhawatiran mengenai DeepSeek muncul dari kemampuannya Buat menyelesaikan tugas dengan sumber daya yang lebih sedikit dibandingkan dengan model AI Amerika, seperti ChatGPT. Hal ini telah menimbulkan kekhawatiran tentang potensi ancaman kompetitif dari kemajuan AI Tiongkok, terutama di bidang teknologi militer dan pengawasan.
Meskipun rancangan undang-undang ini baru diajukan dan masa depannya Tetap belum Niscaya, keberadaannya menunjukkan dorongan yang semakin kuat di Kongres Buat mengatasi masalah keamanan dan ekonomi yang terkait dengan teknologi AI.
(Ilustrasi AI. Foto: Istimewa)
Demi melindungi kepentingan AS
Senator Hawley dan Senator Elizabeth Warren (D-MA) berpendapat tindakan yang dilakukan terhadap impor dan ekspor AI diperlukan Buat melindungi kepentingan AS. Mereka juga menunjuk pada respons Lamban oleh pemerintahan sebelumnya dalam meng-update dan menjalankan kontrol ekspor dengan Akurat waktu.
“Beberapa pemerintahan telah gagal – atas desakan kepentingan perusahaan – Buat mengupdate dan menjalankan kontrol ekspor kami Akurat waktu,” kata Hawley dan Warren dalam pernyataan Formal.
Reaksi terhadap rancangan undang-undang ini Berbagai Ragam. Beberapa Member Kongres berpendapat bahwa membiarkan alat AI Tiongkok berkembang di AS dapat menimbulkan masalah privasi dan keamanan yang sama dengan perdebatan tentang TikTok.
Kritikus berpendapat para pembuat undang-undang sebagian didorong oleh keinginan Buat melindungi pasar AS dari ancaman kompetitif, bukan Buat mengatasi masalah keamanan nasional.
Begitu para pembuat undang-undang berdebat apakah pelarangan atau Restriksi AI Tiongkok akan melindungi pasar AS atau malah meningkatkan ketegangan, rancangan undang-undang ini menandai momen Krusial dalam Percakapan tentang masa depan teknologi AI di AS dan implikasi globalnya. (Laura Oktaviani Sibarani)