Elemen Penyebaran Tuberkolosis di Indonesia

Faktor Penyebaran Tuberkolosis di Indonesia
Petugas kesehatan melakukan pemeriksaan paru kepada warga saat skrining Tuberkolosis (TB) gratis di Gedung Sate, Bandung, Jawa Barat, Jumat (2/8/2024)(ANTARA)

TUBERCLOSIS (Tb) telah menjadi masalah kesehatan global selama berabad-abad, termasuk di Indonesia. Sebagai salah satu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri mycobacterium tuberculosis, TB menyebar melalui udara, umumnya dari penderita aktif yang batuk, bersin, atau berbicara. Jikapun ada kemajuan dalam upaya pengendalian, Tb masih menjadi ancaman serius, terutama dengan munculnya Tb yang resisten terhadap obat-obatan (MDR-TB). Di Indonesia, TB menjadi salah satu prioritas kesehatan utama, mengingat tingginya jumlah kasus yang terus meningkat setiap tahunnya.

Pada semester pertama tahun 2024, Dinas Kesehatan DKI Jakarta mencatat 30 ribu kasus Tb baru di Jakarta selama enam bulan pertama. Bilangan ini mencerminkan beban besar yang dihadapi Indonesia dalam pengendalian penyakit ini.

Cek Artikel:  Pengamat Sebut Pungutan Anggaran PPDS untuk Makan Senior Tak Dibenarkan

Epidemiolog Dicky Budiman mengatakan pengobatan Tb melibatkan kombinasi antibiotik yang harus dikonsumsi secara teratur selama enam hingga sembilan bulan. Pengobatan ini harus diselesaikan hingga tuntas untuk mencegah resistensi obat. Kasus Tb yang tidak diobati atau tidak ditangani dengan baik dapat menyebabkan komplikasi serius, termasuk MDR-TB, yang memerlukan pengobatan lebih lama dan lebih kompleks.

Baca juga : Tuberkolusis hingga Rokok, Masalah Kesehatan Paru Harus Mendapat Perhatian Tertentu dari Pemerintah Mendatang

“Pencegahan Tb meliputi vaksinasi BCG (Bacillus Calmette-Guérin) untuk anak-anak guna mencegah bentuk Tb yang berat. Edukasi kesehatan masyarakat tentang pentingnya etika batuk dan kebersihan pernapasan,” kata Dicky, Selasa (17/9).

Skrining rutin pada kelompok berisiko tinggi, seperti petugas kesehatan dan orang yang tinggal di rumah dengan penderita Tb harus rutin dilakukan.

Cek Artikel:  Bahas Nasab Baalawi, Rabithah Alawiyah Undang Imaduddin, Rhoma, Menachem Ali

Terdapatpun faktor yang berkontribusi penyebaran Tb antara lain kepadatan penduduk kota-kota besar seperti Jakarta memiliki populasi padat, meningkatkan risiko penularan. Kemudian stigma sosia: Banyak penderita Tb yang enggan untuk mendapatkan diagnosis atau pengobatan karena takut dikucilkan.

“Terdapat juga pandemi covid-19 karena pandemi ini telah menyebabkan gangguan dalam layanan kesehatan, termasuk program deteksi dan pengobatan Tb. Terdapat juga meningkatnya resistensi oba, kasus MDR-TB di Indonesia menjadi tantangan besar dalam pengobatan dan memerlukan penanganan khusus,” ujar Dicky.

Selain itu, kemiskinan adalah faktor yang turut berkontribusi pada sulitnya mengendalikan penyakit Tb. (S-1)

Mungkin Anda Menyukai