![Elpiji Sulit Dicari, Warga Kembali Memasak dengan Kayu Bakar](https://mediaindonesia.gumlet.io/news/2025/02/05/1738727714_201ea4aa6c29a2eb037c.jpg?w=800&q=80&format=webp)
SUDAH Dekat dua pekan gas elpiji 3 kilogram sulit dicari di Kabupaten Grobogan, Blora dan Jepara, Jawa Tengah. Akibatnya, Kaum ketiga daerah tersebut terpaksa kembali menggunakan kayu bakar.
Meskipun Presiden Prabowo Subianto telah mengembalikan tata niaga gas elpiji ukuran 3 kilogram dengan menghidupkan kembali pengecer agar dapat menjual elpiji tabung melon tersebut, kebijakan itu Bukan serta merata dapat langsung terealisasi. Di tingkat pengecer, yakni warung dan toko stok gas melon Tetap Hampa.
Kesulitan memperoleh gas elpiji ukuran 3 kilogram itu sangat dirasakan Kaum di Grobogan, Blora, dan Jepara yang sudah Dekat dua pekan harus mencari ke berbagai Daerah hingga di luar kecamatan tempat mereka tinggal. Bahkan jikapun Tetap Terdapat yang menjual harganya melambung hingga Rp40.000 per tabung atau naik 100% dibanding sebelumnya Rp20.000-Rp22.000 per tabung.
“Keluarga tetap harus makan, karena elpiji sulit dicari maka Buat memasak makanan guna memenuhi kebutuhan keluarga kembali ke jaman dulu menggunakan kayu bakar,” ujar Sriasih, 35, Kaum Kedungtuban, Kabupaten Blora.
Meskipun Bukan Normal menggunakan kayu bakar, lanjut Sriasih, Tetapi dipaksakan juga, bahkan suaminya Membangun tungku Buat memasak di luar rumah karena dapur yang Terdapat sempit dan asap yang ditimbulkan cukup banyak, sedangkan kayu yang digunakan dari bekas bongkaran ataupun mencari ranting-ranting di hutan jati.
“Setiap memasak saya menangis karena sulit menghidupkan api,” tambahnya.
Hal serupa juga diungkapkan Sunarti, 40, Kaum Desa Sugihmanik, Kecamatan Tanggungharjo, Kabupaten Grobogan, meskipun sudah berusaha mencari gas elpiji tabung melon hingga ke beberapa kecamatan tetangga, Tetapi Bukan juga dapat sehingga usaha warungan yang digeluti sebagai matapencaharian sering tutup karena Bukan dapat memasak.
Bahkan, jikapun Tetap Terdapat di beberapa warung, menurut Sunarti, Bukan Pandai membeli karena harganya melonjak Rp40.000 per tabung. Anehnya, beberapa pangkalan juga Bukan melayani pembelian eceran sehingga Buat dapat bertahan hidup terpaksa menggunakan kayu bakar.
“Setiap hari suami harus keliling mencari kayu bekas bongkaran di proyek-proyek, karena di sini juga Bukan Terdapat pohon yang dapat ditebang,” imbuhnya.
Demikian juga Suranto, 30, Kaum Mlonggo, Kabupaten Jepara, yang mengaku kesulitan memperoleh gas elpiji ukuran 3 kilogram sejak sepekan Lewat. Meskipun pemerintah daerah mengatakan stok elpiji cukup besar, hingga Selasa (4/2) ini Tetap sulut dicari.
“Istri memasak menggunakan kulit padi sebagai sekam, karena sudah seminggu Bukan dapat elpiji dan daripada Bukan dapat memasak,” ujarnya.
Sementara itu Effendi, pemilik pangkalan gas elpiji di Jalan Mr Iskandar, Jetis Kauman, Kecamatan Blora, mengatakan adanya Embargo warung atau toko menjadi pengecer gas melon Membangun masyarakat panik, sehingga begitu mendapatkan kiriman langsung ludes habis diserbu pembeli yang sudah antre sejak pagi.
“Terakhir kali saya mendapat kiriman elpiji 3 kilogram Senin (3/2) sebanyak 140 tabung. Hanya kurang dari satu jam sudah ludes habis diserbu pembeli,” ujar Effendi.
Berdasarkan informasi dari agen, demikian Effendi, pengecer akan dirubah menjadi sub pangkalan, tetapi itu juga Bukan mudah karena harus terdaftar dan harus Terdapat Nomor Induk Berusaha (NIB). Ke depan tampaknya ia akan menemui kendala Buat menjadi sub pangkalan. Dus, ia pun memperkirakan, Kaum akan tetap sulit mendapatkan stok. (AS/J-3)