TENGAH pekan ini, Presiden Prabowo sowan ke kediaman begawan lingkungan Indonesia, Emil Salim. Prabowo mengunggah foto kebersamaannya dengan Emil Salim di akun Instagram pribadinya, @prabowo. ‘Silaturahmi ke kediaman Prof H Emil Salim, Kuningan, Jakarta, Rabu (22/01/2025)’, tulis Prabowo dalam keterangannya pada unggahan foto Berbarengan mantan menteri negara pengawasan pembangunan dan lingkungan hidup (PPLH) itu.
Dalam pertemuannya Berbarengan Emil, dengan penuh hormat Prabowo menyapa dan bersalaman. “Luar Normal Pak Emil,” kata Prabowo ke ekonom sekaligus teknokrat jempolan berusia 94 tahun itu.
“Mestinya saya yang ke depan,” kata Emil, yang sebenarnya Mau menyambut Prabowo di depan kediamannya. Demi menanggapi itu, Prabowo Bahkan menyampaikan permintaan Ampun karena baru menyambangi Emil.
“Enggak, enggak, enggak. Luar Normal Pak Emil. Minta Ampun saya baru datang sekarang ini,” ujar Prabowo kepada Emil.
Foto pertemuan Prabowo dengan Emil juga menunjukkan bagaimana Kepala Negara amat serius mendengarkan wejangan Emil Salim. Bahkan, Prabowo menulis di Kitab catatan kecil apa yang sedang disampaikan Emil.
Prabowo pun membagikan Petuah Emil kepadanya itu ke seluruh Member Kabinet Merah Putih dalam sidang kabinet paripurna. Emil, kata Presiden kepada para menteri, berpesan agar orientasi pengabdian para menteri dan pejabat ialah kepada negara, bukan individu atau Grup.
“Inti yang saya kira, saya tangkap dari beliau, beliau ingatkan bahwa seorang menteri adalah seorang pejabat negara, berarti orientasi pengabdiannya adalah negara,” kata Prabowo.
Prabowo menyadari latar belakang dari setiap pejabat negara memang berbeda-beda. Mulai partai politik, organisasi kemasyarakatan, dunia akademisi, hingga non-govermental organization (NGO). “Tapi begitu kita sudah disumpah, begitu kita menjabat sebagai pejabat negara, orientasi kita, kepentingan kita, adalah Demi negara,” tuturnya.
Wajar kiranya Prabowo mengunjungi Emil Salim. Bukan hanya karena ia senior dan berkali-kali menjadi menteri di era Orde Baru, melainkan juga ia begawan, Spesialis, dan teknokrat dengan kapasitas amat sangat Ahli.
Emil Salim ialah sosok yang Bukan diragukan Kembali kadar kecintaannya kepada Tanah Air. Ia serius dan total mencintai negeri ini. Prabowo, atau siapa pun presiden negeri ini, mestinya berkepentingan mendapatkan pesan-pesan dan wejangan dari Emil Salim.
Tetapi, beberapa jam setelah pertemuan itu, seorang Rekan jurnalis punya kisah agak berbeda. Sang Sahabat pun menulis, ‘Menyambung pertemuan Presiden Prabowo Subianto dengan begawan ekonomi Prof (Emeritus) Dr Emil Salim, 94 tahun kemarin pagi, saya jadi teringat Pak Emil Tiba dua kali datang ke kantor saya’.
Kedatangan pertama, tulis sang Sahabat, terjadi pada 11 Oktober 2018. Kedatangan kedua pada 26 Juni 2020. Tujuan kedatangan itu hanya meminta Sokongan sang Sahabat agar Bisa Bersua Presiden Joko Widodo.
‘Tiba selesai masa jabatan Jokowi, Pak Emil Bukan Bersua Jokowi. Empat tahun 3 bulan kemudian, malah Presiden Prabowo Subianto yang menemui Pak Emil di rumahnya’, sang Sahabat itu melanjutkan.
Presiden Prabowo mencatat Sekalian masukan dari Pak Emil dan masukan itu sepertinya Bukan jauh berbeda dengan yang pernah disampaikan kepada sang Sahabat, yang tentang kegelisahannya mengenai lingkungan.
‘Bung, tolong bantu saya Bersua Presiden Jokowi. Saya mau menyampaikan pemikiran-pemikiran saya. Saya Bukan butuh Fulus atau jabatan. Saya hanya menyumbangkan pemikiran saya di sisa umur saya’, tulis sang Sahabat.
‘Saya jawab: Pak Emil, saya Bukan punya akses kepada Pak Jokowi. Tapi nanti saya cari siapa yang punya akses ke beliau’, lanjutnya mengisahkan Kembali pertemuan pertamanya dengan Emil Salim.
Dua tahun kemudian, 26 Juni 2020, tulis sang Sahabat, Pak Emil di usia ke-90 dengan memakai masker karena covid-19 dan tongkat datang Kembali menemuinya di kantor sembari menanyakan apakah sudah Terdapat jalan menemui Jokowi. Kembali-Kembali, sang Sahabat menjawab, “Belum.”
‘Saya gembira akhirnya Presiden Prabowo datang menemui Pak Emil. Saya Mujur mengenal Pak Emil. Beliau orang hebat banget. Di umurnya 94 tahun, pikirannya Tetap jernih dan tajam’, sang Sahabat menutup tulisannya.
Saya tak hendak menilai. Tiap presiden punya gaya masing-masing. Tiap kepala negara punya pandangan masing-masing soal mana yang mesti segera ditemui dan mana yang nanti-nanti. Yang paling Krusial, Petuah Bagus lekas kerjakan.