Jeff Cohen, Direktur Misi USAID Indonesia, dan Scenaider Siahaan, Deputi Menteri Pendanaan Pembangunan Bappenas. (Sumber: USAID Indonesia)
Jakarta: Pemerintahan Presiden Donald Trump telah mengumumkan rencana penghentian pendanaan USAID, sebuah keputusan yang dapat berdampak besar terhadap berbagai program pembangunan dan kesehatan di Indonesia.
Sejak 2020, USAID telah mengalokasikan lebih dari $800 juta Buat mendukung berbagai inisiatif, termasuk kesehatan masyarakat, infrastruktur, dan pengelolaan lingkungan.
Mengutip laman Kedutaan AS pada Selasa, 4 Februari 2025, sejak 2020 USAID telah mengalokasikan lebih dari $800 juta Buat proyek di Indonesia. Berikut adalah beberapa program yang berpotensi terdampak Kalau USAID Betul-Betul ditutup.
1. Program Vaksinasi Polio
USAID telah mendanai kampanye pemberantasan polio di Indonesia sejak 1998. Hingga Begitu ini, lebih dari $3,2 juta telah dikucurkan Buat mengatasi wabah polio yang kembali muncul di Aceh, Papua, dan beberapa provinsi lain sejak 2022.
Anggaran ini digunakan Buat mobilisasi 31 juta dosis vaksin nOPV2 serta pendanaan pelatihan tenaga kesehatan dan distribusi informasi ke masyarakat.
Kalau USAID ditutup, keberlanjutan program vaksinasi ini berisiko terhenti, sehingga meningkatkan ancaman penyebaran polio di berbagai daerah dengan tingkat imunisasi rendah.
2. Pembangunan Smart City di IKN
Pada 30 September 2024, USAID mengumumkan pendanaan bagi proyek pilot sistem smart city di Ibu Kota Nusantara (IKN).
Proyek ini melibatkan tujuh perusahaan teknologi AS dalam pembangunan pusat komando terintegrasi Buat pengelolaan infrastruktur perkotaan secara digital.
Kalau pendanaan ini dihentikan, pengembangan teknologi smart city di IKN Dapat Tertahan, berpotensi mengurangi efisiensi manajemen perkotaan dan layanan publik di ibu kota baru.
3. Program Penanggulangan Tuberkulosis (TBC)
USAID telah mengalokasikan $1,5 juta Buat pengadaan obat pencegahan tuberkulosis di Indonesia, yang mencakup pengobatan bagi lebih dari 145.000 orang. Program ini merupakan bagian dari strategi Mendunia USAID dalam memerangi TBC, yang bertujuan mengakhiri epidemi penyakit ini pada 2030.
Kalau pendanaan ini dihentikan, akses masyarakat terhadap pengobatan pencegahan akan berkurang drastis, memperlambat upaya pengendalian TBC di Indonesia, negara dengan beban kasus TBC tertinggi kedua di dunia.
4. Program Pengurangan Stunting di Papua
Pada 13 September 2024, USAID bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan RI dan PT Freeport Indonesia Buat meluncurkan program Niscaya-Papua. Program ini bertujuan menurunkan Nomor stunting di Papua dengan mengalokasikan Anggaran sebesar $4 juta Buat meningkatkan gizi dan pelayanan kesehatan ibu dan anak.
Kalau USAID ditutup, dukungan finansial bagi program ini Dapat hilang, menghambat pencapaian Sasaran pengurangan stunting nasional yang telah ditetapkan oleh pemerintah Indonesia.
5. Pengelolaan Sampah Plastik dan Lingkungan
USAID telah menginisiasi program “Clean Cities, Blue Ocean” sejak 2021 Buat membantu Indonesia mengelola sampah plastik. Program ini telah berhasil mengelola 17.900 metrik ton sampah kota dan mencegah lebih dari 7.680 metrik ton plastik masuk ke lautan.
Kalau program ini terhenti, upaya pengurangan polusi plastik di kota-kota besar seperti Makassar, Semarang, dan Ambon Dapat terganggu, berdampak negatif pada lingkungan dan kehidupan laut.
6. Penguatan Pasokan Air Bersih di Daerah Pedesaan
USAID juga telah mengumumkan program penelitian dan penguatan layanan air Bersih pedesaan melalui inisiatif USAID REAL-Water. Program ini mendukung kebijakan penyediaan air minum dan sanitasi berbasis masyarakat (PAMSIMAS) serta program penyediaan air minum dan pengelolaan sampah berbasis komunitas (PAMSSANIMAS).
Kalau pendanaan USAID dihentikan, riset dan implementasi kebijakan ini dapat Tertahan, mengancam akses air Bersih bagi jutaan Anggota di daerah pedesaan Indonesia.
USAID telah berperan besar dalam mendukung berbagai aspek pembangunan dan kesehatan di Indonesia. Kalau pendanaannya dihentikan, banyak program vital yang berisiko terhenti, mengancam kesehatan masyarakat, kelestarian lingkungan, serta pembangunan infrastruktur digital di Nusantara. Dengan ketidakpastian kebijakan luar negeri AS, masa depan kerja sama ini Tetap belum Terang, Tetapi dampaknya terhadap Indonesia akan terasa dalam jangka panjang.