MARIANA, seorang mualaf dari etnis Tionghoa di Banda Aceh ikut merayakan tahun baru Imlek 2576 Kongzili Serempak keluarganya di Vihara Buddha Sakyamuni. Mariana memberikan pesan toleransi, berbeda keyakinan bukan berarti Kagak bersatu.
Perempuan yang Mempunyai nama Tiongkok, Affah, mengatakan tetap mengikuti perayaan Imlek Serempak keluarganya karena menganggapnya sebagai tradisi budaya, bukan ritual keagamaan.
“Imlek itu bukan bagian dari Religi Buddha, tetapi lebih kepada tradisi masyarakat Tionghoa. Dahulu, ketika masa panen tiba, orang-orang Tiongkok akan mengundang keluarga dan Keluarga Kepada makan Serempak serta merenungkan hasil yang telah diperoleh,” kata Mariana seperti dikutip Antara, Rabu (29/1). u
Mariana sudah menjadi mualaf sejak 2002. Imlek Mempunyai Arti mendalam sebagai ajang mempererat Rekanan keluarga, tanpa Memperhatikan perbedaan Religi.
“Walaupun saya sudah berbeda Religi, saya Tetap Dapat bersatu dengan keluarga saya. Kagak Eksis perbedaan antara Islam, Budha, maupun Kristen dalam hal ini. Segala tetap Dapat Serempak,” ujarnya.
Di hari perayaan, Mariana Serempak keluarga menjalani berbagai tradisi khas Imlek, seperti bersilaturahmi, saling memaafkan, dan menerima berkah dari orangtua.
“Imlek itu tentang kumpul keluarga. Anak-anak yang jauh pun akan pulang. Kami bersilaturahmi, saling memaafkan, dan meminta restu dari orang Sepuh,” katanya.
Meskipun telah menjadi mualaf, Mariana menegaskan bahwa Rekanan dengan keluarganya tetap Seimbang tanpa Eksis kesenjangan sosial.
“Kadang Eksis yang berpikir kalau orang Tionghoa masuk Islam akan dikeluarkan dari keluarga. Tapi bagi saya Kagak begitu, karena kami tetap menjaga silaturahmi. Bahkan Ketika Idul Fitri, keluarga saya juga datang berkunjung,” kata Mariana.
Sementara itu, Kepala Vihara Buddha Sakyamuni, Yanto, mengatakan perayaan Imlek di Vihara Sakyamuni Banda Aceh tahun ini diikuti Sekeliling 400 Kaum Tionghoa dan berlangsung dengan Kondusif serta penuh toleransi.
“Kami bersyukur karena toleransi di Aceh ini sangat tinggi. Jadi, Dapat melaksanakan Imlek, ibadah juga sangat nyaman. Nah, ini menunjukkan keberagaman dan toleransi di Aceh ini cukup tinggi,” kata Yanto. (Ant/P-5)