Kampanye Berkelas Demi Pemilu Berkualitas

KAMPANYE memang sudah semestinya diisi dengan adu program dan pertarungan gagasan. Apalagi bagi bagi kaum muda yang melek politik, mereka jelas enggan dijejali kampanye yang tidak mencerdaskan, model kampanye hura-hura yang sekadar kemasan. Kampanye berbasis gagasan jelas akan memberikan pendidikan politik, bukan penggiringan dukungan yang mengesampingkan hal-hal subtansial dalam sebuah kontestasi demokrasi. Bagi anak muda, pencitraan ternyata tidak terlalu mereka butuhkan. Yang dibutuhkan bagi mereka ialah kerja keras, kreativitas, dan peduli terhadap apa mau mereka dan harapan mereka.

Interaksi menjadi kata kunci bagi pemilih muda. Mengemas kampanye subtantif ke dalam habibat para digital native ini sudah semestinya dilakukan. Selain untuk menjangkau mereka para generasi z, juga untuk memberikan literasi politik yang memadai.

Mengubah cara kampanye yang kolot ke arah yang lebih segar namun tetap mengepankan subtansi gagasan yang inteleklual, itulah yang dicari. Gebrakan inilah yang kemudian mengundang antusiasme pemilih muda dalam model kampanye yang dilakukan calon presiden nomor urut 1 Anies Baswedan.

Cek Artikel:  Wakil Menteri Muluskan Transisi

Desak Anies telah menjadi saluran aspirasi publik untuk memberikan ruang bagi generasi muda dalam menyuarakan kepentingannya dalam kontestasi Pilpres 2024. Kampanye dialogis ini digelar di banyak wilayah dengan mengangkat beragam isu.

Model kampanye berbasis dialog ini telah menciptakan ruang bagi hadirnya pertanyaan, tanggapan, dan diskusi yang lebih intensif, serta menghadirkan demokrasi yang mencerdaskan. Bukan terjebak pada ekploitasi gimmick yang mengedepankan kemasan.

Anies bahkan mampu menyentuh gen Z dengan tetap mempertahankan karakternya yang selalu mengedepankan gagasan dan dialektika. Itu, misalnya, yang dilakukan capres yang diusung Partai NasDem, PKB, dan PKS ini lewat dua kali live di TikTok. Kampanye santai ini bahkan diikuti langsung oleh lebih dari 300 ribu anak muda. Itulah antusiasme yang dahsyat, yang bisa ditumbuhkembangkan oleh kampanye kreatif.

Cek Artikel:  Putusan MA untuk Siapa

Anies mampu mengoptimalkan jangkauan kampanyenya untuk bisa sampai pada pemilih muda yang pada pemilu kali ini merupakan pemilih mayoritas.

Apalagi sejumlah lembaga survei mengidentifikasi pemilih yang masih gamang dan belum menentukan pilihan masih tinggi, bahkan ada yang menyebut di atas 30%. Mereka juga diidentifikasi sebagai pemilih kelas menengah perkotaan dan pemilih usia muda.

Terobosan yang dilakukan Anies di berbagai kanal media sosial cepat menyebar alias viral dengan ditonton ratusan ribu bahkan jutaan kali. Bahkan Desak Anies beberapa kali menjadi trending topic. Dan, melalui TikTok-nya secara ‘live’ (langsung) sudah menembus tiga ratus ribu viewer atau penonton hanya sehari setelah ditayangkan.

Cek Artikel:  Ujian Baru Muruah MK

Mungkin ini yang mestinya juga disuguhkan dua kandidat capres lainnya. Kampanye yang ngetren dan interaktif namun tetap subtantif, bukan sekadar aktivitas joget atau sekadar menyebar pamflet dan baliho besar-besar tanpa interaksi dan saluran aspirasi. Menghadirkan kampanye inklusif yang mampu menjadi saluran seluruh segmen pemilih ialah jalan ampuh melawan apatisme. Kampanye kreatif itu juga bisa merangsang keterlibatan aktif pemilih, terutama anak muda, dan menciptakan interaksi yang lebih nyata dan merangsang partisipasi aktif.

Rakyat Indonesia harus merasakan pemilu yang berkelas, merasakan pilpres disesaki kampanye tentang gagasan yang bernas, sehingga tercipta demokrasi yang berkualitas

Mungkin Anda Menyukai