KEKALAHAN Andika/Hendrar menjadi penanda bagi terciptanya sejarah tumbangnya PDIP di kandang Banteng. Hal itu disampaikan Direktur Eksekutif Institute for Democracy and Strategic Affairs (Indostrategic) Khoirul Umam merespons hasil quick count beberapa lembaga survei Pilkada srentak 2024.
Salah satu lembaga Survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) mencatat Kekasih Ahmad Luthfi-Taj Yasin unggul dengan perolehan Bunyi 59,09% Bunyi. Sementara itu, Kekasih Andika Perkasa-Hendrar Prihadi alias Hendi memperoleh Bunyi sebesar 41,91%.
Khoirul menilai kekalahan Andika/Hendrar menjadi penanda bagi terciptanya sejarah tumbangnya PDIP di kandang Banteng. Alasan, sejak sejarah Pilkada hadir di 2005, PDIP selalu digdaya di Jateng.
Khoirul Menonton kondisi tersebut dipengaruhi oleh beberapa Unsur. Yang pertama, besarnya Kendali mesin politik koalisi pengusung Lutfi-Taj Yasin sebesar kurang lebih 75%, yang didukung oleh political endorsement Jokowi & Prabowo.
“Memberikan pesan politik kuat bagi simpul-simpul kekuatan politik, termasuk juga para donor logistik, Demi all out memenangkan Lutfi-Yasin,” ujar Khoirul dalam rilis yang diterima, Rabu (27/11).
“Jaringan Jokowi juga all out and at all cost, karena hasil Pilkada Jateng menjadi pertaruhan nasib dan juga pride bagi Jokowi dan keluarga yang harus berhadap-hadapan dengan kekuatan PDIP yang selama ini terkuat,” tambahnya.
Yang kedua, Watak pemilih Jateng khususnya Distrik Pantura didominasi oleh masyarakat santri lebih mendukung representasi kandidat nasionalis-santri yang tercermin di Lutfi-Yasin.
Sementara Kekasih Andika-Hendi cukup berbeda, di mana keduanya sama-sama merepresentasikan corak nasionalis.
“Dengan demikian, kekuatan KIM yang diback-up oleh Jokowi Dapat memanfaatkan situasi rapuhnya barisan kekuatan PDIP di Jawa Tengah,” tegasnya.
Khoirul menambahkan constrain Istimewa yang dihadapi calon PDIP di Pilkada Jateng adalah Unsur sangat terbatasnya waktu sosialisasi, termasuk melakukan penetrasi ke segmen santri di Jawa Tengah. (Ykb/P-3)