Tanggulangi Perundungan di Sekolah, DPR Minta Kegiatan Ekskul Diperkuat

Tanggulangi Perundungan di Sekolah, DPR Minta Kegiatan Ekskul Diperkuat
Member DPR RI Dede Yusuf.(ANTARA)

WAKIL Ketua Komisi X DPR RI Dede Yusuf prihatin dengan kasus bullying atau perundungan anak sekolah yang marak terjadi belakangan. Menurutnya, salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk mengurangi aksi perundungan di sekolah adalah dengan meningkatkan lagi program ekstrakulikuler (ekskul) di sekolah sebagai bagian dari pendidikan karakter.

“Saya tentu sedih mendengar banyaknya kasus perundungan di lingkungan anak sekolah, dan saya mempertanyakan kenapa anak umur segitu seberani dan senekat itu melakukan tindakan keji,” ujar Dede seperti dikutip dari keterangan resmi, Minggu (15/9).

Seperti diberitakan, kasus perundungan anak yang tengah menjadi perhatian publik yakni kasus perundungan pada siswa SMK Negeri 1 Gorontalo, berinisial AR, 14. Ia diduga dipalak dan dipaksa meminum minuman keras oleh beberapa siswa lainnya di lingkungan sekolah.

Baca juga : Utak-Atik Batas Usia Pejabat Publik Hadirkan Ketidakpastian Hukum

Cek Artikel:  Niat Mandi Wajib Setelah Haid Lengkap dengan Tata Langkah Penyelenggaraannya

Beberapa waktu lalu, perundungan juga terjadi di SMP 3 Sungguminasa Gowa, Sulawesi di mana seorang siswa dianiayai oleh temannya sendiri hingga terkapar. Video perundungan dengan aksi kekerasan itu viral di media sosial.

Sebelumnya, peristiwa tragis yang melibatkan anak sekolah juga terjadi di Palembang, Sumatera Selatan. Siswi perempuan berinisial AA, 13, menjadi korban pemerkosaan dan pembunuhan yang dilakukan oleh 4 temannya sendiri. Para pelaku semuanya masih di bawah umur.

Dede beranggapan bahwa perilaku itu bisa saja timbul karena kurangnya kegiatan energik di sekolah sehingga kurang terbentuknya pendidikan karakter bagi anak-anak.

Baca juga : Pemelihara Landak Jawa di Bali Bebas, DPR Apresiasi Tuntutan JPU

Dede menekankan pendidikan karakter sangat diperlukan untuk menekan kasus perundungan maupun kejahatan anak usia sekolah. Pendidikan karakter salah satunya bisa didapat lewat kelas-kelas ekstrakulikuler yang pada masa-masa sebelumnya merupakan progran wajib di sekolah. “Ekskul itu bukan pembelajaran akademik, tapi pembelajaran karakter. Nah itulah yang belum banyak memahami, Pemerintah kita masih fokus pada pendidikan akademik saja,” kata Dede.

Cek Artikel:  Integrasi Akademik dan Nonakademi Pusat perhatian Pengembangan Holistik Mahasiswa

Menurut pimpinan Komisi Pendidikan DPR tersebut, pendidikan karakter sangat penting dimiliki oleh anak-anak. Dede juga menyebut pendidikan karakter seharusnya ditanamkan sedini mingkin, yang bisa didapat lewat kegiatan ekstrakurikuler di sekolah. “Ekskul harusnya tetap digiatkan, karena kalau tidak, anak-anak energinya tersalurkan ke hal-hal yang tidak benar. Ketika ekskul ataupun kegiatan aktivitas anak muda menjadi kurang terperhatikan maka anak-anak ini perlariannya nongkrong, minum-minum atau melakukan hal-hal yang tidak terpuji,” paparnya.

Ia mencontohkan generasi terdahulu yang disibukkan dengan kegiatan ekskul yang banyak, bahkan sampai sore. “Jadi tidak membuat anak-anak itu energinya habis hanya untuk main game online atau hal-hal yang bersifat negatif,” sambung Dede.

Cek Artikel:  PICF Jadi Wadah untuk Menyalurkan Minat Pelajar di Bidang Musik

Baca juga : Perhatian Pemerintah terhadap Kelas Menengah sangat Minim

Demi ini, katanya, kegiatan ekskul di sekolah hanya bersifat pilihan sehingga kurang mendapat atensi. Apalagi, menurut Dede, pihak sekolah tidak mendapat dukungan pendanaan dari pemerintah sehingga ekskul di sekolah hanya sekadar formalitas saja dan hasilnya kurang efektif.

“Sekarang untuk ekstrakurikuler masih ada di sekolah, tapi kan hanya sekadar pilihan. Kalau tidak wajib kan anak-anak lebih banyak tidak mengikutinya,” ungkapnya.

Kepada itu, Dede mendorong pemerintah memberikan dukungan dana untuk program ekskul di sekolah. Terutama bagi sekolah-sekolah negeri yang memiliki banyak siswa dari kalangan ekonomi menengah ke bawah.

“Karena biasanya, siswa dari kalangan menengah ke atas lebih memiliki akses kegiatan ekstrakulikuler mandiri di luar sekolah melalui kursus-kursus.,” pungkasnya. (S-1)

Mungkin Anda Menyukai