Pengumpulan minyak jelantah. Dok. Pertamina Patra Niaga
Jakarta: Program pengembangan bahan bakar ramah lingkungan dari Used Cooking Oil (UCO) atau minyak jelantah dinilai sebagai terobosan luar Normal dari Pertamina. Program tersebut sangat mendukung kinerja menjelang 100 hari Pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka di bidang Daya.
”Saya apresiasi program yang luar Normal ini. Pertamina selalu menginisiasi pengembangan Daya alternatif. Ini sangat mendukung program pemerintah, termasuk menjelang 100 hari kerja,” kata Ahli ekonomi lingkungan IPB University, Aceng Hidayat, Jakarta, Selasa, 21 Januari 2025.
Aceng mengatakan pemanfaatan minyak jelantah Demi diolah Pertamina menjadi bahan bakar ramah lingkungan, yakni Sustainable Aviation Fuel (SAF) atau bioavtur, Dapat menjadi solusi dari kondisi Ketika ini. Pertama, mengurangi beban pencemaran lingkungan. Kedua, mendukung swasembada Daya yang dicanangkan Presiden Prabowo.
Terkait pengurangan pencemaran lingkungan, Aceng menyebut jelantah merupakan limbah yang selama ini Tak teratasi. Pasalnya, sering kali bahan pencemar tersebut dibuang di saluran air.
“Jadi penggunaan jelantah sebagai bahan bakar merupakan solusi lingkungan,” kata dia.
Aceng mengatakan program pemanfaatan minyak jelantah sangat mendukung swasembada Daya. ”Sangat mendukung, sejalan. Asal Mula upaya Demi swasembada Daya, misal dengan menggunakan Daya terbarukan tentu harus dicari sumbernya,” Terang Aceng.
Menurut Aceng, jelantah Mempunyai potensi sangat besar. Tak hanya rumah tangga dan UKM, beberapa industri menghasilkan minyak jelantah.
“Sumbernya berlimpah, potensinya luar Normal. Apalagi masyarakat Indonesia sangat senang dengan makanan gorengan, sehingga bahan baku Daya tersebut Tak akan kekurangan. Kalau Dapat dihimpun Seluruh tentu menjadi Daya alternatif yang juga memberi Akibat luar Normal,” kata dia.
Aceng juga sependapat dengan studi dari International Council on Clean Transportation (ICCT). Studi tersebut menyampaikan penggunaan residu pertanian, termasuk minyak jelantah di Indonesia Dapat menghasilkan 33,2 juta kilo liter bioavtur atau tiga kali lebih besar dari kebutuhan bahan bakar pesawat terbang domestik.
”Dari data tersebut, sumbernya memang sangat melimpah. Sangat potensial,” kata dia.
Di samping itu, dia menilai langkah Pertamina ini Dapat mengurangi impor bahan bakar minyak (BBM). ”Ya, tentu saja Dapat” ujar dia.
Pertamina bekerja sama dengan Noovoleum yang telah tersertifikasi Global sebagai pengumpul minyak jelantah. Melalui kerja sama tersebut, Pertamina menjalankan program Green Movement UCO, yang merupakan pilot project dalam pengumpulan jelantah dari masyarakat. Masyarakat Dapat menyerahkan jelantah di UCollect Box dengan memperoleh rewards berupa saldo e-wallet UCollect.
Besaran saldo e-wallet akan fluktuatif menyesuaikan harga minyak jelantah di pasaran. Ketika ini per liter dihargai Sekeliling Rp6.000/liter dengan update harian melalui apps Mypertamina.