Perundingan I-EU CEPA Menuju Kemakmuran Serempak

Perundingan I-EU CEPA Menuju Kemakmuran Bersama
(Dok. CSIS)

NEGOSIASI perundingan I-EU CEPA (Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement) yang belum selesai antara Indonesia dan Uni Eropa turut mewarnai pertemuan antara ASEAN dan Uni Eropa yang sedang berlangsung di Brussel. Enam belas putaran perundingan I-EU CEPA telah berlangsung, tetapi negosiasi masih cukup dinamis dan kesepakatan masih belum memenuhi kepentingan Indonesia dan Uni Eropa. Setelah menjalani proses negosiasi selama hampir delapan tahun, kedua belah pihak harus dapat mengesampingkan perbedaan dan fokus pada kepentingan bersama untuk membawa I-EU CEPA mencapai kesepakatan akhir.

 

Memprioritaskan kepentingan bersama

Baca juga : Konflik Timur Tengah Hambat Pemulihan Ekonomi Dunia

Bagi Indonesia, perjanjian itu sejalan dengan inisiatif reformasi struktural yang diharapkan dapat mendorong Indonesia mencapai status negara berpendapatan tinggi pada 2045 dan menghindari jebakan negara berpendapatan menengah. 

Menurut Bank Dunia, perjanjian perdagangan yang mendalam atau deep trade agreements, seperti I-EU CEPA, dapat meningkatkan perdagangan yang terkait dengan rantai nilai global. Karena itu, memfasilitasi integrasi negara-negara tersebut ke dalam industri bernilai tambah tinggi.

Potensi keuntungan yang dapat diperoleh dari implementasi I-EU CEPA diperkirakan akan lebih tinggi juka dibandingkan dengan perjanjian regional comprehensive economic partnership (RCEP) yang berasal dari peningkatan kualitas dan tata kelola di Indonesia melalui proses yang bertahap dan periode transisi yang memadai.

Cek Artikel:  Pesan dari Negeri Rostam di Ubun-Ubun Netanyahu

Baca juga : Data Ekonomi 2023 Solid, Laporan Bank Dunia Perkirakan Ekonomi Indonesia 2024 Tumbuh 4,9%

Dalam acara Indonesia Europe Investment Summit 2023 (IEIS) pada 30 November 2023 lalu, perusahaan-perusahaan Eropa sepenuhnya mendukung ambisi transformasi ekonomi Indonesia dan berkomitmen untuk membina hubungan kemitraan perdagangan dan investasi yang telah dibangun selama puluhan tahun.

Upaya bersama itu bertujuan menggali potensi yang masih belum maksimal dimanfaatkan, terutama di sektor manufaktur bernilai tambah tinggi, industri hijau, dan produk konsumen. Kagak hanya mendorong investasi yang lebih ramah lingkungan, investasi dari Uni Eropa juga diharapkan menciptakan lebih banyak lapangan pekerjaan berkualitas tinggi serta mendukung praktik bisnis yang berkelanjutan. I-EU CEPA diharapkan dapat memperluas peluang-peluang tersebut.

 

Baca juga : Perekonomian Mendunia Bersiap untuk Rekor Terburuk di Akhir 2024 

Dinamika dan tantangan

Perundingan I-EU CEPA memberikan tantangan tersendiri bagi Indonesia karena cakupan isu yang luas serta lebih mendalam jika dibandingkan dengan perjanjian perdagangan konvensional yang menimbulkan tantangan unik bagi tim negosiasi dan kementerian/lembaga teknis. 

Tantangan tersebut mencakup, antara lain akses pasar untuk pengadaan barang dan jasa pemerintah, badan usaha milik negara, dan bab tentang perdagangan dan pembangunan berkelanjutan (trade and sustainable development/TSD). Lebih lanjut hal itu mungkin memerlukan penyesuaian regulasi, termasuk implementasi teknis pelaksanaannya. 

Cek Artikel:  Pajak Kepada Generasi Emas

Baca juga : Rapor Merah Pengelolaan Utang Beban Berat bagi Pemerintahan Baru

Meskipun terdapat keuntungan ekonomi yang potensial, proses negosiasi perjanjian itu diselimuti oleh pembahasan dinamis mengenai hal-hal yang menghambat kemampuan kedua pihak untuk mencapai kesepakatan bersama. Hal itu terutama disebabkan oleh kompleksitas kebijakan domestik dan perbedaan kepentingan antarnegara seiring dengan situasi geopolitik yang tengah berkembang. 

Embargo ekspor Indonesia, dan yang terkini, The EU Deforestation-Free Regulation (EU DR), ialah contoh kebijakan dalam negeri yang memiliki dampak terhadap dimensi perdagangan eksternal. Salah satu progres positif, yaitu Indonesia dan Malaysia yang tergabung dalam EU DR Joint Task Force sebagai upaya untuk memiliki platform komunikasi dan kerja sama yang lebih kuat antara Uni Eropa dan negara mitra.

 

Baca juga : World Bank Puji Konsistenitas Perekonomian Indonesia dan Pertumbuhan Ekonomi Digital

Prospek finalisasi perundingan ke depan

Dari sisi Uni Eropa, I-EU CEPA dapat menjadi platform kerja sama ekonomi strategis yang bermanfaat, khususnya di kawasan Indo-Pasifik. Uni Eropa bukan merupakan anggota perjanjian perdagangan kawasan seperti RCEP yang mendorong pertumbuhan ekonomi di wilayah tersebut melalui perdagangan, investasi, dan rantai nilai global. Melalui I-EU CEPA, Indonesia merupakan mitra strategis dengan pasar domestik yang cukup besar dan memiliki basis produksi potensial di kawasan bagi perusahaan-perusahaan Eropa.

Cek Artikel:  Menanti Langkah Strategis Indonesia untuk Palestina

Agar dunia usaha di Indonesia dapat sepenuhnya memanfaatkan keuntungan dari I-EU CEPA, perjanjian itu juga sebaiknya mencakup program-program pembangunan kapasitas khusus. Misalnya, Uni Eropa dapat memberikan bantuan dan program pendampingan untuk memfasilitasi penghapusan hambatan nontarif di kedua belah pihak dan meningkatkan implementasi I-EU CEPA pada masa depan.

Baca juga : Menko Airlangga Beberkan Strategi Transisi Daya di Indonesia

Putaran negosiasi I-EU CEPA berikutnya pada Februari ini diharapkan dapat menghasilkan konsensus dan hasil nyata bagi kemajuan I-EU CEPA. 

Indonesia dan Uni Eropa harus bersedia berkompromi untuk menyelesaikan perundingan itu dan bersama-sama mengeksplorasi target realistis yang dapat dicapai dan memahami bahwa negosiasi tersebut bukanlah zero-sum game. Potensi kerja sama ekonomi strategis antara Indonesia dan Uni Eropa melalui I-EU CEPA tidak boleh terhambat karena ketidakmampuan untuk mengesampingkan perbedaan. Sebaliknya, kedua belah pihak harus fokus pada manfaat dan potensi lebih besar yang bisa diperoleh dari hubungan tersebut.

 

Baca juga : Harga Komoditas Melemah, Bank Dunia Prediksi Ekonomi Indonesia Turun 4,9 Persen

Mungkin Anda Menyukai