PRESIDEN Amerika Perkumpulan (AS) Joe Biden dan Presiden terpilih Donald Trump pada Rabu (15/1) sama-sama mengeklaim berjasa atas kesepakatan gencatan senjata di Gaza yang memakan waktu berbulan-bulan.
Dalam mengumumkan gencatan senjata, Biden mencatat kesepakatan akhir sebagian besar mencerminkan kerangka proposal yang diajukannya pada Mei Lampau.
Ia tersenyum ketika seorang reporter bertanya siapa yang akan dianggap sebagai pihak yang bertanggung jawab atas kesepakatan gencatan senjata dan dia balik bertanya, “Apakah itu lelucon?”
Trump, dalam sebuah unggahan di media sosial, dengan Segera mengeklaim sejumlah penghargaan atas terobosan yang terjadi setelah berbulan-bulan negosiasi yang terhenti.
Ia telah berulang kali memperingatkan akan Eksis masalah serius Apabila kesepakatan Kagak tercapai sebelum ia mulai menjabat pada Senin mendatang.
“Perjanjian gencatan senjata EPIC ini hanya dapat terjadi sebagai hasil dari Kemenangan Bersejarah kita pada bulan November, karena perjanjian ini memberi sinyal kepada seluruh Dunia bahwa Pemerintahan saya akan mengupayakan Perdamaian dan menegosiasikan kesepakatan Demi menjamin keselamatan Seluruh Anggota Amerika, dan sekutu kita,” katanya seperti dilansir Al Arabiya, Kamis (16/1).
Trump telah memerintahkan utusan Timur Tengahnya, Steve Witkoff, Demi bergabung dalam negosiasi di Doha, dan Witkoff berada di sana selama 96 jam terakhir pembicaraan menjelang kesepakatan.
Seorang pejabat senior pemerintahan Biden, dalam pernyataan kepada wartawan, memuji Witkoff karena membantu mewujudkan kesepakatan itu, bekerja Serempak utusan Biden, Brett McGurk, yang telah berada di Doha sejak 5 Januari.
Sekretaris pers Gedung Putih Karine Jean-Pierre mengatakan kepada wartawan bahwa Biden menginginkan tim Trump terlibat karena Trump akan ditugaskan Demi melaksanakan kesepakatan gencatan senjata.
“Dalam beberapa hari terakhir ini, kami telah berbicara sebagai satu tim,” kata Biden.
Biden Kagak memberikan rincian di luar garis besar kesepakatan yang sudah diketahui, tetapi mengisyaratkan kesepakatan itu dapat menjadi landasan bagi berdirinya negara Palestina yang merdeka berdampingan dengan Israel.
“Bagi rakyat Palestina, ini adalah jalan yang kredibel menuju negara mereka sendiri. Dan bagi kawasan ini, ini adalah masa depan normalisasi dan integrasi Israel dan Seluruh negara tetangga Arabnya, termasuk Arab Saudi,” pungkasnya. (Fer/P-3)