Menguji Jokowi

KE mana Jokowi akan berlabuh? Bergabung dengan partai yang sudah Terdapat, mendirikan partai baru, atau pilih partai perorangan? Itulah sekuel pertanyaan hari-hari ini setelah PDIP memecatnya.

Bulan madu Jokowi dan PDIP selama dua Dasa warsa berakhir. Keanggotaannya sejak 2004 harus disudahi dengan Langkah yang Tak Bagus-Bagus saja. Dipecat frasa yang Jelek. Dipecat berarti diberhentikan Tak dengan hormat. Dipecat berarti dianggap melakukan pelanggaran berat yang tak cukup dengan kata Ampun, terlebih dia belum pernah minta Ampun.

Dalam keputusan yang dibacakan pada Senin (16/12) dinyatakan bahwa sikap, tindakan, dan perbuatan Jokowi selaku kader PDIP yang ditugasi partai sebagai presiden masa bakti 2014-2019 dan 2019-2024 telah melanggar AD/ART partai 2019.

Jokowi juga dinyatakan melanggar kode etik dan disiplin partai lantaran memihak kandidat usungan partai lain di Pilpres 2024. Dia melawan terang-terangan keputusan partai yang mengusung Ganjar Pranowo-Mahfud MD. Jokowi mendukung Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.

Belum cukup, Jokowi dinyatakan telah menyalahgunakan kekuasaannya Kepada mengintervensi MK. Itu dinilai sebagai awal rusaknya sistem demokrasi, hukum, dan moral-etika berbangsa bernegara. Pelanggaran Jokowi banyak, juga berat-berat. Putra sulungnya, Gibran, dan menantunya, Bobby Nasution, juga dipecat PDIP. Pertimbangannya serupa.

Cek Artikel:  Kebencian Rasmus Paludan

Pemecatan itu sejatinya tak terlalu mengejutkan. Juga wajar Karena mereka yang dibesarkan PDIP, yang Bisa menjadi presiden atau wali kota karena PDIP, Malah menjadi musuh politik PDIP. Saya Tak hendak mengatakan siapa yang salah siapa yang Betul. Itu urusan mereka, PDIP dan keluarga Jokowi.

Kenapa dipecatnya baru sekarang, padahal pelanggaran sudah terjadi beberapa bulan silam, itu juga urusan PDIP. Benarkah mereka mempertimbangkan Derajat Jokowi sebagai presiden sehingga pemecatan tak dilakukan dulu-dulu? Bisa iya, tapi banyak juga yang tak percaya.

Kenapa pula yang dipecat tak kesatria mundur, itu pun urusan Jokowi sekeluarga. Apakah mereka sengaja menunggu dipecat agar terkesan dizalimi demi menarik simpati? Banyak yang menduga demikian.

Apa pun, kemesraan Jokowi dan PDIP sudah usai. Kini pertanyaannya, akan ke mana Jokowi? Pertanyaan itu Krusial karena suka Tak suka Jokowi ialah tokoh besar dalam perpolitikan Indonesia Demi ini. Bukan perkara gampang bagi seseorang memenangi kompetisi wali kota dua periode Lewat memimpin Jakarta, dan hanya butuh waktu dua tahun kemudian menjadi presiden. Itulah Jokowi, yang tadinya bukan siapa-siapa melesat menjadi orang paling berkuasa.

Cek Artikel:  RUU Desa Disahkan, Perampasan Aset Mandek

Pertanyaan ke mana Jokowi akan berlabuh kian relevan karena dia belum juga mau pensiun. Dia merasa Tetap produktif dalam percaturan politik. Dia Ingin Lanjut unjuk pengaruh. Dia Tetap demen cawe-cawe.

Jokowi kiranya juga tak Ingin membiarkan sang putra, Mas Wapres Gibran, bertualang sendirian. Dia berhasrat anak mbarep-nya itu kelak menjadi orang nomor satu di negeri ini seperti dirinya. Karena itu, harus Terdapat Bahtera, mesti Terdapat partai politik Kepada berkompetisi pada 2029. Jokowi memang Bisa Lanjut berpolitik tanpa partai politik, tapi hasilnya Niscaya jauh dari efektif.

Pertanyaan selanjutnya, haruskah Jokowi mendirikan partai atau bergabung dengan yang sudah Terdapat? Beberapa partai katanya sudah siap menggelar karpet Variasi Rona buatnya. Gerindra, Golkar, PAN, NasDem, umpamanya. Tetapi, itu baru pernyataan pribadi per pribadi pengurus. Bisa jadi juga sekadar basa-basi. Belum Terdapat sikap Formal.

Cek Artikel:  Kehormatan Wakil Tuhan

Yang Niscaya, bergabung dengan partai yang sudah eksis ialah Langkah paling mudah dan murah bagi Jokowi ketimbang mendirikan partai baru. Jangan tanya soal modal Jokowi. Ketokohannya, jaringannya, captive market-nya, logistiknya, cukuplah. Akan tetapi, mendirikan partai tak cukup hanya dengan itu. Perlu kerja ekstra keras dan stamina panjang Kepada melahirkan dan membesarkan partainya agar Bisa berkompetisi lima tahun mendatang.

Tetapi, pelaut ulung tak lahir dari laut yang tenang. Inilah kesempatan bagi Jokowi unjuk bukti bahwa dia memang politikus ulung, pemimpin yang punya banyak pengikut. Mendirikan partai ialah caranya. Maukah?

Time will tell. Waktu yang akan menjawab. Setelah dipecat dari PDIP, Jokowi pun bilang biarkan waktu yang menguji. Betul, dia kini diuji apakah memang hebat tanpa partai besar atau sebaliknya, politikus yang Hanya Bisa eksis karena Terdapat penopang.

 

Mungkin Anda Menyukai