Rupiah Makin ‘Tenggelam’ Meski BI Sunat Spesies Tumbuh

Ilustrasi. Foto: MI/Adam Dwi.

Jakarta: Nilai Salin (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Perkumpulan (AS) pada penutupan perdagangan hari ini kembali mengalami pelemahan.

Mengutip data Bloomberg, Rabu, 15 Januari 2025, nilai Salin rupiah terhadap USD ditutup di level Rp16.325 per USD. Mata Fulus Garuda tersebut melemah 55 poin atau setara 0,34 persen dari posisi Rp16.270 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.

“Pada perdagangan sore ini, mata Fulus rupiah ditutup melemah 55 poin, sebelumnya sempat melemah 70 poin di level Rp16.325 dari penutupan sebelumnya di level Rp16.270,” kata analis pasar Fulus Ibrahim Assuaibi dalam analisis hariannya.

Sementara itu, data Yahoo Finance juga menunjukkan rupiah berada di Area merah pada posisi Rp16.315 per USD. Rupiah turun sebanyak 56 poin atau setara 0,34 persen dari Rp16.259 per USD di penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Cek Artikel:  Harga Emas Merosot Tajam pada Kamis 10 Oktober 2024

Sedangkan berdasar pada data kurs Surat keterangan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), rupiah berada di level Rp16.311 per USD. Mata Fulus Garuda tersebut turun 46 poin dari perdagangan sebelumnya di level Rp16.265 per USD.
 


(Ilustrasi. Foto: dok MI)
 

BI pangkas Spesies Tumbuh

Berdasarkan analisis Ibrahim, Terdapat risiko Dunia yang meningkat terutama dari kemungkinan terjadinya trade war 2.0 dan high-for-longer rate Spesies Tumbuh The Fed, yang akan menyebabkan naiknya risk-off sentiment.

“Melebarkan current account deficit atau defisit transaksi berjalan, dan memicu capital outflow, yang berujung pada pelemahan nilai Salin rupiah. Hal ini akan memicu terjadinya imported inflation,” Jernih Ibrahim.

Cek Artikel:  Dukung Program Makan Bergizi Gratis, Mentan Siap Tingkatkan Produksi Daging

Oleh karena itu, dalam pertemuan hari ini, Bank Indonesia menurunkan Spesies Tumbuh acuan 25 bps menjadi 5,75 persen, Spesies Tumbuh Deposit Facility menjadi 5,00 persen, dan Spesies Tumbuh Lending Facility menjadi 6,50 persen.

Keputusan ini konsisten dengan arah kebijakan moneter Demi memastikan tetap terkendalinya inflasi dalam sasaran 2,5 persen plus minus satu persen pada 2025, serta Demi mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Ke depan, BI akan Lalu memperhatikan pergerakan nilai Salin rupiah dan prospek inflasi, serta dinamika kondisi yang berkembang, dalam mencermati ruang penurunan Spesies Tumbuh moneter lebih lanjut

Selain itu, sambung Ibrahim, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia surplus USD2,24 miliar pada Desember 2024. Surplus tersebut sejalan dengan proyeksi ekspor pada Desember Lagi akan tumbuh sebesar 7,6 persen (yoy) sementara impor tumbuh lebih tinggi mencapai 10,4 persen.

Cek Artikel:  Peran Krusial Industri Asuransi di Tengah Ketidakpastian Ekonomi

Realisasi tersebut melanjutkan tren surplus neraca dagang Indonesia dalam 56 bulan terakhir. Tren surplus tersebut sudah bertahan sejak Mei 2020. Kendati demikian, realisasi tersebut turun USD2,1 miliar dibandingkan bulan Lampau.

Mungkin Anda Menyukai