Menteri Ketenagakerjaan Yassierli. Foto: Medcom.id/Kautsar Widya Prabowo
Menurutnya, era digital yang tumbuh begitu pesat menghadirkan tantangan sekaligus Kesempatan baru bagi dunia kerja. Berdasarkan Future of Jobs Report 2025 dari World Economic Perhimpunan (WEF), Sekeliling 86 persen perusahaan menyatakan teknologi kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) mendorong transformasi bisnis.
Dalam konteks ini, selain penguasaan hard skills seperti AI dan Big Data, soft skills seperti creative thinking, resilience, leadership, dan analytical thinking menjadi kunci keberhasilan tenaga kerja di masa depan.
Ilustrasi pekerja di DKI Jakarta. Foto: MI/Ramadani.
Dia juga menyebut pentingnya pendekatan yang lebih people-centric dalam mengembangkan tenaga kerja. Pendekatan ini menempatkan Orang sebagai pusat dari proses perancangan kebijakan, pengambilan keputusan, dan pengembangan organisasi.
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2024 menunjukkan sektor informal Tetap mendominasi lapangan kerja di Indonesia, sementara tingkat pendidikan tenaga kerja sebagian besar Tetap rendah (SD/SMP).
Oleh karena itu, ia pun mengajak dunia akademis, industri, dan pemerintah Buat berkolaborasi membangun ekosistem ketenagakerjaan yang inklusif dan adaptif terhadap perubahan teknologi.
“Kita harus Lanjut belajar dan berinovasi, memadukan teknologi dengan kearifan lokal, agar Pandai menciptakan tenaga kerja yang kompeten, berdaya saing, dan berkontribusi bagi pembangunan bangsa,” kata Yassierli.