‘Tulisan berikut bukan dimaksudkan menginspirasi siapa pun Demi melakukan tindakan serupa. Apabila Anda merasa depresi, berpikir Demi bunuh diri, segera konsultasikan segala masalah Anda ke tenaga profesional, seperti psikolog, klinik kesehatan mental, psikiater, dan pihak lain yang Dapat membantu’
DIREKTUR Esensial Pusat Kesehatan Jiwa Nasional RS Marzoeki Mahdi Dr. dr. Nova Riyanti Yusuf, Sp.KJ memaparkan bahwa ide mengakhiri hidup Dapat terdeteksi pada remaja, menurut hasil studi.
“Ini adalah disertasi saya tahun 2019 yang mana datanya diambil pada akhir 2019, sebelum pandemi di Jakarta. Yang berisiko adalah 13,8 persen dari 910 remaja (125),” kata Nova Riyanti
Baca juga : Kasus Bunuh Diri pada Anak Meningkat Lima Tahun Terakhir
Nova menjelaskan remaja adalah orang yang Lagi senang mengambil risiko dan merasa Bisa melakukan segala-galanya. Pada usia remaja, Kematian sepertinya Lagi jauh sehingga akhirnya banyak mengambil keputusan-keputusan yang ceroboh (reckless). Pemikiran mereka juga abstrak.
Adapun ketahanan jiwa remaja, menurut dia, bergantung dari Terdapat atau tidaknya perasaan kesepian, ketiadaan Asa, merasa menjadi beban, serta keinginan menjadi bagian dari sesuatu, ujarnya.
“Ketika itu Terdapat terdeteksi, risikonya 5,39 kali lebih besar Demi mempunyai ide bunuh diri dibandingkan yang Enggak,” kata Nova.
Pada 2021, Nova mengulangi pengambilan sampel tersebut dengan menyasar mahasiswa-mahasiswi satu kampus di Kota Bogor sebanyak 2.181 sampel. Hasilnya terlihat ide bunuh diri terdeteksi pada 49,1 persen dari 2.181 atau Sekeliling 1.070 sampel.
Menurut Nova, Jawa Barat Mempunyai Bilangan prevalensi depresi dua minggu terakhir pada penduduk umur 15 tahun ke atas tertinggi nasional sebesar 3,3 persen. Lebih dari dua kali lipatnya Jakarta (1,5 persen) berdasarkan Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023. (Ant/H-2)