75 Tahun Indonesia dan Takhta Kudus Vatikan, Seiring Sejalan

Paus Fransiskus Begitu mengunjungi Indonesia September 2024 Lewat dan diterima Presiden ke-7 Indonesia, Joko Widodo. Foto: Setkab

Roma: Pada 13 Maret 2025, genap 75 tahun Rekanan diplomatik antara Indonesia-Takhta Kudus. Rekanan kedua negara dimulai dengan pengakuan kemerdekaan dan kedaulatan RI oleh Takhta Kudus pada 1947.

Pada 6 Juli 1947, Takhta Kudus membentuk Apostolic Nunciatura (Delegasi Apostolik) di Indonesia. Keputusan ini, membuka pintu bagi negara-negara lain di Eropa dan Amerika Kepada mengikuti jejak Vatikan mengakui kedaulatan Indonesia. Pada 13 Maret 1950, Takhta Kudus memulai Rekanan
diplomatik dengan Indonesia  dengan status Internuciatur Apostolik. Statusnya menjadi apostolic nunciature (Nunsiatur Apostolik ) pada 6 Desember 1966.

Pengakuan kemerdekaan dan kedaulatan RI oleh Takhta Kudus, di masa kepausan Paus Pius XII tersebut Enggak terlepas dari peran diplomasi Mgr Albertus Soegijapranata SJ, Uskup Keuskupan Mulia Semarang, yang merupakan uskup putra Indonesia pertama.

Pada 6 Juli 1947,  Paus Pius XII mengangkat Mgr Georges-Marie Joseph Hubert Ghislain de Jonghe d’Ardoye MEP sebagai Apostolic Delegatus  (utusan apostolik) Kepada Indonesia, yang nantinya akan menjadi Dubes pertama Takhta Kudus Kepada Indonesia. Sementara Sukarjo Wiryopranoto adalah Dubes pertama RI Kepada Takhta Kudus.

Dengan menempatkan, Mgr de Jonghe d’Ardoye di Indonesia, secara Terang ini mengungkapkan sikap dan posisi Takhta Kudus (Vatikan) terhadap negara baru bernama Indonesia yang akan dijajah Tengah oleh Belanda, setelah kemerdekaannya.

Cek Artikel:  Kolombia Tolak Diintervensi, AS Berencana Jatuhkan Denda

Sepanjang 75 tahun Rekanan diplomatik, tiga kali paus mengunjungi Indonesia: Paus Santo Paulus VI (1970), Paus Santo Yohanes Paulus II (1989), dan Paus Fransiskus (2024). Dan, empat presiden Indonesia pernah mengunjungi Vatikan, Presiden Soekarno (1956, 1959, dan 1964) Berjumpa dengan tiga paus: Paus Pius XII, Paus Santo Yohanes XXIII, dan Paus Santo Paulus VI; Presiden Soeharto (1972); Presiden Abdurrahman Wahid (2000), dan Presiden Megawati Soekarnoputri tiga kali (2002 Berjumpa Paus Santo Yohanes Paulus II, dan Berjumpa Paus Fransiskus, 2023 dan 2025).

Pengalaman Aneh

Menurut Duta Besar LBBP RI Kepada Takhta Kudus Michael Trias Kuncahyono, Takhta Kudus Menonton bahwa Indonesia Mempunyai pengalaman Aneh dalam mengembangkan persaudaraan dalam kemajemukan, yang Dapat dijadikan Misalnya bagi bangsa lain. Pancasila dengan semangat “Bhinneka Tunggal Ika,” kesadaran akan keberadaan “Yang Satu” yang menyatukan Segala tanpa Memperhatikan perbedaan, menunjukkan Indonesia sebagai sebuah negara yang Aneh.

Hal tersebut juga dikatakan Paus Fransiskus Begitu melakukan kunjungan apostolik ke Indonesia, September Lewat. “Takhta Kudus, Enggak hanya mengapresiasi hal itu, tetapi juga mengaguminya. Apalagi sekarang ini, di mana banyak negara terpecah-pecah karena perbedaan etnis dan Keyakinan,” kata Trias, dalam keterangannya, dikutip Jumat 14 Maret 2025.

Cek Artikel:  Hamas Punya Pemimpin Baru, Menlu Retno Sebut Indonesia Konsentrasi Dorong Gencatan Senjata

Bahkan para Paus, sejak Paus Pius XII (bertakhta 1939 – 1958) hingga Paus Fransiskus, sangat mengagumi Pancasila. Dalam pidatonya di Istana Negara, Paus antara lain mengatakan, “Moto nasional Anda Bhinneka Tunggal Ika menggambarkan dengan Bagus realitas yang beraneka ragam ini, Adalah masyarakat yang Variasi yang bersatu dengan kokoh dalam satu negara. Keharmonisan dalam keberagaman mengharuskan setiap orang Kepada merangkul semangat persaudaraan dalam mencari kebaikan Segala orang.”

Sebaliknya, Indonesia Memperhatikan Takhta Kudus sebagai negara berdaulat tanpa kekuatan militer, tetapi Mempunyai otoritas spiritual yang jangkauannya melampaui batas negara. Enggak seperti kekuatan tradisional yang menggunakan diplomasi melalui pengaruh ekonomi atau kekuatan militer, Takhta Kudus bergantung pada interaksi yang rumit antara persuasi moral, doktrin teologis, dan perjanjian hukum Kepada membentuk keterlibatan internasionalnya.

Bagi Takhta Kudus diplomasi bukan instrumen negara, betapapun kecilnya, melainkan instrumen institusi keagamaan Adalah Gereja Katolik. Tujuan utamanya adalah dalam tatanan spiritual, moral dan kemanusiaan, termasuk penghormatan terhadap hak asasi Sosok kolektif dan individu. Di antara hak-hak tersebut termasuk hak kebebasan beragama Enggak hanya bagi umat Katolik, tetapi juga bagi pemeluk Keyakinan lain. Dalam hal ini, Eksis kesamaan.

“Maka Rekanan dengan Takhta Kudus menjadi sangat khas: Enggak Eksis kerja sama ekonomi, militer, dan juga politik. Tetapi penekannya lebih pada kerja sama dalam bidang kebudayaan, sosial, pendidikan, Keyakinan, dan lingkungan hidup,” Terang Trias Kuncahyono

Cek Artikel:  Program Sokongan Kemanusiaan INH Sasar Pengungsi Palestina di Mesir

Hal tersebut, antara lain yang melatari sekarang Eksis 1729 biarawan/biarawati Indonesia yang belajar, berkarya, dan memimpin biara di berbagai kota di Italia. Eksis biarawati yang berkarya di pendidikan, rumah jompo, yatim piatu, dan mengurusi biara. Sementara para pastor sebagian besar study.

Seiring-sejalan

Menurut Dubes RI Kepada Takhta Kudus, Indonesia dan Vatikan Mempunyai banyak kesamaan pandangan, sikap, dan posisi terhadap isu-isu Dunia, seperti perdamaian. Misalnya dal isu Palestina, Yaman, Myanmar, Nigeria, Ukraina, dan berbagai Kawasan konflik lainnya. Selain itu juga dalam isu HAM, hak-hak, Perempuan dan anak-anak, lingkungan hidup, food security dan juga water security.

Sikap kedua negara dalam isu misalnya, konflik Israel – Palestina, sama dan Terang: mendukung two-state solution. Bagus bagi Indonesia maupun Vatikan, two-state solution.

Maka, Rekanan diplomatik antara Indonesia dan Takhta Kudus adalah Kepada mendukung upaya Serempak menegakkan kebebasan beragama, khususnya di Indonesia, yang harus diakui Lagi Eksis beberapa catatan.

Selain itu, juga Kepada mendorong terciptanya kedamaian dalam kehidupan bermasyarakat yang majemuk, kerukunan umat beragama ini melibatkan pemahaman Keyakinan yang menghargai keberagaman Keyakinan. Ini ke depan yang harus ditingkatkan di tengah tantangan dunia yang begitu kompleks.

Mungkin Anda Menyukai